Meskipun membosankan karena tercipta sedikit gol. Akan tetapi piala dunia 1990 banyak dikenang dalam beberapa hal, Saling ludah antara Rikjaard dan Voller, Air mata Gazza, ataupun tarian Roger Milla di sudut lapangan yang ikonik.
Sejak awal turnamen, piala dunia 1990 memang telah melahirkan drama. Laga pertama di piala dunia yang diselenggarakan di Italia tersebut mempertemukan Argentina yang diperkuat Diego Maradona yang baru saja mengantarkan Napoli meraih Scudetto melawan Kamerun yang dihuni oleh pemain-pemain yang hampir tidak dikenal secara luas.
Hal itu, tentu saja menjadi kesempatan bagi Argentina untuk mengawali turnamen tersebut dengan cemerlang. Sebagai juara bertahan yang dihuni pemain-pemain beken seperti Jorge Buruchaga, Roberto Sensini, Nestor Lorenzo, Cannigia dan tentu saja Maradona membuat tiga poin rasanya menjadi hal yang wajib bagi kubu La Albiceleste.
Secara luas banyak pihak menjagokan skuad besutan Carlos Bilardo untuk meraih kemenangan atas kamerun dalam laga pembuka piala dunia 1990 yang berlangsung di San Siro tersebut. Sangat wajar memang, mengingat jelang piala dunia performa Kamerun juga tidak lah baik. Tampil jelek di piala Afrika serta tampil angin-anginan di sejumlah partai uji coba.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Kamerun mampu membendung serangan-serangan dari Argentina hingga babak pertama berakhir dengan skor tanpa gol. Bek mereka, Benjamin Massing menjadi tokoh sentral dalam menghadang ancaman para pemain Argentina.
Di babak kedua, Argentina tidak mengendorkan serangan, meski begitu, Kamerun juga sesekali melakukan tekanan. Tapi, The Indomitables sempat ketar-ketir ketika gelandang Andre Kana-Biyik mendapatkan kartu merah langsung pada menit ke-61 setelah lakukan pelanggaran terhadap Claudio Cannigia.
Dengan kamerun turun menjadi sepuluh pemain, sebuah gol pasti akan terjadi. Memang, tapi yang mengejutkan tim asal Afrika tersebut lah yang berhasil memecah kebuntuan.
Pada menit ke-64, Nestor Lorenzo melakukan pelanggaran terhadap pemain kamerun di sisi kanan pertahanan Argentina. Wasit lalu menghadiahi tendangan bebas bagi Kamerun.
Tendangan bebas Kamerun diteruskan ke udara oleh salah satu pemain di kotak penalti, Francois Omam-Biyik langsung menyambutnya dengan tandukan yang sebenarnya mengarah ke kiper Nery Pumpido, tetapi penjaga gawang tim Tango itu melakukan kesalahan sehingga bola tidak dapat ia kuasai dan masuk ke dalam gawangnya.
Dalam 25 menit tersisa, Kamerun berusaha untuk mengamankan keunggulan mereka dengan segala cara yang mereka miliki. Penjagaan ketat pun dilakukan terhadap Maradona.
Argentina berusaha mencari gol penyama kedudukan, tekanan demi tekanan terus mereka lancarkan. tetapi mereka gagal membuat gol meski Kamerun bermain dengan 9 orang setelah bek Benjamin Massing, diusir di menit 89 setelah menjegal laju cepat dari Cannigia.
Skor 1-0 bertahan hingga usai dan membuat Kamerun mencatatkan sejarah untuk kali pertama meraih kemenangan di piala dunia. Sembilan pemain Kamerun yang tersisa merayakan kemenangan yang mustahil tersebut.
Setelah pertandingan, sang pencetak gol Omam Biyik berkata “Tidak ada yang berpikir kami bisa melakukan apa pun di sini melawan Maradona, tetapi kami tahu apa yang bisa kami lakukan,” ujar Omam-Biyik. (Dikutip Thesefootballthemes)
Setelah kemenangan tersebut, Kamerun terus tampil percaya diri dan kembali menghadirkan sensasi, mereka berhasil finis sebagai juara grup B di atas Rumania dan Argentina serta berhak lolos ke babak gugur. Pada babak perdelapan final mereka mengalahkan Kolombia 2-1.
Sebelum akhirnya disingkirkan oleh tim nasional Inggris dengan skor 3-2 pada perempat-final melalui babak tambahan waktu. Sementara, Argentina juga lolos bahkan melaju ke partai puncak sebelum ditumbangkan Jerman Barat dengan skor 1-0.
Meski terhenti di perempat final, penampilan Roger Milla cs mengundang pujian. Mereka adalah tim Afrika pertama yang bisa melangkah ke babak 8 besar Piala Dunia dan piala dunia 1990 akan selalu dikenang masyarakat benua Afrika sebagai piala dunianya Kamerun.