Sepanjang karirnya, Lionel Messi hanya memperkuat satu klub saja. Tim yang bermarkas di Camp Nou, FC Barcelona adalah pelabuhan bagi megabintang asal Argentina.
Pemain berjuluk La Pulga itu sudah menjadi bagian dari Barcelona sejak tahun 2001. Ia menembus skuat senior pada tahun 2004, dan telah menyumbangkan banyak trofi untuk klub raksasa Spanyol tersebut.
Hubungan Messi dan Barcelona bak simbiosis mutualisme. Keduanya saling menguntungkan. Sampai detik ini, Messi sudah mempersembahkan total 34 gelar dari berbagai kompetisi. Termasuk Empat dari ajang Liga Champions.
Messi seperti sudah ditakdirkan untuk Barcelona, pemain berusia 32 tahun ini merupakan andalan Blaugrana. Menjadi kapten, merobek jala lawan, memberikan assist, dan melewati sejumlah pemain adalah kebiasaan La Pulga.
Seusai memenangkan Balon D’Or keenamnya awal desember 2019 lalu. Messi mengungkapkan perasaan cintanya ke Barcelona. Kala itu, Messi menanggapi rumor yang menyebutkan bahwa dirinya tidak akan lama lagi merumput bareng Barca.
“Orang-orang di klub mengenal saya. Mereka tahu bahwa tak ada masalah di luar dari apa yang kontrak katakan,”
“Apa yang saya rasakan terhadap klub ini melebihi tanda tangan ataupun peran apapun. Jadi tidak ada masalah,” Ujar Messi.
Ucapan tersebut semakin menegaskan bahwa Barcelona merupakan klub yang sangat dicintai oleh Lionel Messi.
Tetapi, semua kesuksesan Messi bersama Barcelona mungkin tak akan pernah terjadi, andai kala itu klub Inggris Manchester City benar-benar memboyong Messi ke Ettihad.
Sekitar 11 tahun silam, tepatnya pada musim panas 2008, Manchester City sempat menggoda Lionel Messi untuk hijrah dari Camp Nou.
Kabar tersebut diungkapkan oleh mantan CEO City, Garry Cook. Cook bergabung ke City pada mei 2008, tidak lama setelah Thaksin Shinawatra membeli klub.
Pada saat itu tim-tim papan atas eropa sudah iri terhadap Barca karena memiliki Messi yang tampil luar biasa. Cook ketika itu ingin merekrut Messi dengan bandrol sebesar 70 juta paun atau Rp 1,2 triliun.
Keputusan Cook sendiri berdasarkan percakapan telepon dirinya dengan Thaksin Shinawatra serta orang nomor dua di City, Pairoj Piempongsant. Namun usut punya usut ternyata keputusan Cook itu hanyalah salah komunikasi antara dirinya dengan Pairoj.
Cook mengatakan tak mengerti maksud kata-kata yang dikeluarkan Pairoj tentang Messi. Aksen bahasa Inggris dan keterbatasan bahasa pria asal Thailand itu jadi penyebabnya. Cook menjelaskan cerita ini kepada The Atlantic yang dikutip dari Marca.
“Ketika itu kami menggelar conference call di London,”
“Pairoj Piempongsant begitu bersemangat, dia sedang berbicara pada Paul Aldridge yang sebelumnya pernah bekerja untuk West Ham dan menghadapi masalah terkait transfer Carlos Tevez dan Javier Mascherano, dan dia juga merupakan bagian dari dunia Thaksin.”
“Bayangkan saja situasinya. Paul dengan aksen Londonnya mengatakan: ‘Pairoj, kamu harus mengarahkan pekerjaan kami, di sini mulai di luar kendali’,”
“Pairoj saat itu sedang duduk dan menjawab: ‘Yes, yes, yes! Very messy, it’s getting messy‘ (Ya, sangat kacau, ini semakin kacau). Di situlah letak kesalah pahamannya, dia terdengar seperti kami harus mendapatkan Messi.” Ujar Cook.
Ketika Paul Aldridge menjelaskan apa yang dipahaminya kepada Cook, mantan CEO City tersebut langsung merencanakan mendatangkan Lionel Messi.
“Di situlah awal komedi Manchester City. Paul kemudian mendatangi saya: ‘Gerry ini semakin membingungkan, saya tidak tahu apa yang sedang kita lakukan di sini.’ Saya menjawab: ‘Layangkan saja tawaran, kita lihat bagaimana nanti’.”
Namun di kemudian hari, Cook didatangi oleh seorang petinggi dari Liga Primer, Dave Richards dan menanyakan soal pemberitaan City ingin membeli Messi. Richards lalu menyebut hal tersebut adalah sangat gila karena City tak memiliki uang sebanyak itu.
“Gary apakah benar Anda mengajukan penawaran untuk Lionel Messi? 70 juta pound? Apakah Anda gila,” ucap Cook menirukan suara Richards kala itu.
Dan hebatnya, Barcelona mengatakan kepada Richards bahwa mereka akan mempertimbangkan tawaran tersebut seandainya itu asli.
“Dia mengaku mendapat kontak dari Barcelona dan tim Spanyol itu ingin tahu apakah tawaran itu serius atau tidak.”
“Mereka juga menjelaskan, jika memang serius, mungkin kesepakatan bisa dirampungkan (jika tawaran datang) beberapa pekan lebih cepat.”
Namun pada akhirnya cerita tersebut berakhir ketika Manchester City lebih memilih mendatangkan Robinho dari Real Madrid. Dan di saat itu pula City memasuki dunia baru, kepemilikan berpindah ke tangan konglomerat asal Uni Emirat Arab dan menjadikan City kekuatan sepak bola Inggris.