Kasus rasisme di sepak bola eropa kerap kali terjadi. Musim ini saja, telah banyak pesepak bola yang menjadi korban. Di Italia, Mario Balotelli menjadi salah satu korban pelecehan rasial yang dilakukan para penggemar.
Striker Brescia itu menjadi sasaran serangan rasial dari para fans Hellas Verona saat kedua tim bertanding di Stadion Marc antonio Bentegodi. Para fans kala itu menirukan suara monyet tiap Balotelli membawa bola.
Tak terima dilecehkan, pada menit ke-50 Balotelli kemudian menendang bola ke arah tribun dan berusaha untuk keluar lapangan. Tapi rekan-rekannya membujuknya untuk kembali saat wasit menghentikan permainan.
Selain Balotelli, penyerang Shaktar Donetsk, Taison juga mendapat perlakuan serupa. Taison mendapat pelecehan rasis dari para pendukung Dinamo Kiev, peristiwa itu terjadi saat laga Shaktar Donetks vs Kiev di pekan ke-14 Liga Ukraina 2019/20.
Selain kedua pemain tersebut, cukup banyak pemain yang telah jadi korban rasisme. Umumnya pesepak bola berkulit hitam yang menjadi korban pelecehan rasis. Tercatat nama-nama seperti Romelu Lukaku, Rahem Sterling, Fred, Moise Kean, dan Ahmad Mendes Moreira sudah menjadi sasaran rasial para fans.
Maraknya aksi rasisme yang dilakukan para fans membuat klub sepakbola bergerak melawan. Salah satu hal yang dilakukan klub adalah dengan menghukum fans yang melakukan aksi rasime, meskipun itu pendukungnya sendiri.
Di Italia, AS Roma sudah melakukan hal tersebut, tim serigala ibukota tersebut sudah menunjukkan keseriusannya dalam memerangi aksi rasisme. Roma menjadi salah satu klub yang memberikan hukuman larangan menonton pertandingan seumur hidup kepada seorang fans.
Tidak hanya AS Roma, di Negeri tiga singa, Manchester United juga telah melarang fansnya menonton laga MU seumur hidup. Hal itu usai seorang fans meluncurkan pelecehan rasis kepada seorang pemain Liverpool.
Fans itu melakukannya saat menyaksikan laga The Red Devils melawan Liverpool di Old Trafford 20 oktober silam.
Petugas keamanan sampai mengeluarkan seorang fans tersebut dari stadion, yang dilaporkan telah melontarkan pelecehan rasial kepada Trent Alexander-Arnold di babak pertama dalam laga yang berakhir imbang 1-1 tersebut.
“Setelah penyelidikan kami terhadap dugaan insiden pelecehan rasisme pada Minggu lalu, kami telah mengeluarkan larangan menyaksikan laga di Old Trafford selamanya untuk individu (fans) yang terlibat,” ujar juru bicara Manchester United. (Dikutip dari Independent)
“Orang ini tidak diterima di Old Trafford dan kami ingin menegaskan, kami akan terus mengambil tindakan tegas terhadap siapapun yang kami identifikasi terlibat dalam pelecehan rasis atau diskriminatif, baik secara daring atau dalam pertandingan kami,” tambahnya.
Menurut pihak Manchester United, tidak ada toleransi bagi pelaku aksi rasisme. Setiap pelaku pelecehan rasial harus ditindak tegas.
“Rasisme dan segala bentuk diskriminasi sama sekali tidak dapat diterima dan tidak mencerminkan nilai-nilai klub kami,”.
Manchester United kemudian menambahkan dalam pernyataannya. Mereka terbuka untuk fans itu mengajukan banding terhadap putusan tersebut.
Sikap MU untuk menghukum fans atas pelecehan rasis kepada pemain Liverpool itu seakan-akan menegaskan bahwa rivalitas kedua tim tidak menghalanginya.
Seperti sudah diketahui bahwa Liverpool merupakan klub yang menjadi rival utama United di Inggris. Ketika MU memberi hukuman kepada fansnya sendiri karena melakukan rasisme kepada Arnold, itu merupakan keputusan yang tepat.
Rivalitas panas di sepak bola memang harus dikesampingkan jika sudah menyangkut persoalan rasisme.
Sementara itu, Liga Primer sendiri telah mendesak para fans untuk melaporkan insiden pelecehan rasisme yang terjadi di pertandingan sebagai bagian dari kampanye ‘No Room for Racism’ mereka.
Larangan dari MU itu menjadi sanksi terbaru dari serangkaian insiden dugaan rasisme dalam laga sepakbola di Inggris musim ini.
Selain kasus di markas MU, partai babak kualifikasi keempat Piala FA antara Haringey Borough dan Yeovil Town pada 19 oktober lalu bahkan harus dibatalkan, itu menyusul adanya laporan pelecehan rasisme terhadap para pemain Haringey.
Sudah saatnya, semua stakeholder sepak bola mencegah aksi rasisme di dunia si kulit bundar.