Tepat pada tahun 1968 saat kubu setan merah berhadapan dengan Estudiantes dalam ajang final piala interkontinental. Perlu diketahui bahwa piala interkontinental saat ini telah berubah nama menjadi piala dunia antar klub.
Pada masa itu turnamen tersebut memang hanya mempertemukan juara kontinental Amerika Selatan (Copa Libertadores) dengan juara Eropa (Piala Champions). Manchester United berhak untuk tampil setelah menjadi juara piala champions eropa di musim 1967/68.
Pada musim itu, manchester united mengalahkan Benfica dengan skor 4-1 melalui babak perpanjangan waktu. Dua gol diciptakan oleh Sir Bobbi Charlton, dan satu gol masing-masing dicetak George Best dan Brian Kidd.
Sementara Estudiantes berhasil menjadi juara copa libertadores setelah mengalahkan wakil Brasil, Palmeiras pada bulan mei 1968. Atas hasil itu mereka berhak menjadi wakil Amerika Latin di piala interkontinental.
Estudiantes sendiri merupakan klub asal Argentina yang namanya memiliki arti “Para Pelajar” dalam bahasa Spanyol (bahasa utama di Argentina). Meski begitu klub ini mendapat julukan Los Pincharratas atau “Si Penikam Tikus”. Karena kebanyakan pendiri Estudiantes adalah para pelajar kedokteran yang biasa berkutat dengan tikus percobaan.
Pertandingan final piala interkontinental tersebut menerapkan sistem laga home and away. Laga pertama berlangsung di Laa Bombonera, Buenos Aires pada 25 September 1968. Tuan rumah Estudiantes unggul tipis 1-0 berkat gol yang dicetak Marcos Conigliaro pada menit ke-27.
Pertandingan tersebut berlangsung keras, tim tamu menjadi korban setelah gelandangnya, Nobby Stiles, menerima kartu merah usai dianggap menghina wasit dan striker Bobby Charlton dijahit kepalanya karena cedera. Bahkan sebelum kick off sempat terjadi ledakan bom asap di dalam stadion.
Pasca laga, manajer United, Sir Matt Busby langsung mengatakan bahwa para pemain Argentina sudah sepantasnya dilarang tampil di seluruh laga kompetitif.
Atas kekalahan tersebut, manchester united harus mencuri kemenangan dengan selisih 2 gol pada laga kedua yang akan berlangsung di Old Trafford jika ingin jadi juara.
Pertandingan yang akan berlangsung pada 16 oktober 1968 tersebut mendapat sorotan lebih dari berbagai media-media ternama. Bahkan, Tiga ratus orang penggemar Estudiantes melakukan perjalanan ke Manchester untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Pada Leg kedua,Manchester United mendapatkan kesempatan untuk membalikkan keadaan. Disaksikan kurang lebih 63.500 pendukungnnya, banyak pihak yang memprediksi Setan Merah akan dengan mudah menang dan mengejar ketertinggalan dari para pelajar.
Babak pertama,tim tuan rumah langsung tampil menyerang, mereka berusaha mencetak gol penyama kedudukan. Bek Pat Crerand menciptakan peluang emas pertama, ia melepaskan tendangan dari jarak 30 meter, namun sayang masih bisa diantisipasi oleh kiper Estudiantes Alberto José Poletti .
Namun selanjutnya prediksi dari berbagai pihak rupanya kurang tepat, pertandingan tetap berjalan keras dan sengit. Belum ada tanda-tanda tuan rumah akan memenangi laga. Bahkan pada menit ketujuh tim tamu justru mampu unggul lebih dulu.
Siapa yang cetak gol ? adalah striker Juan Ramon Veron yang mampu membuat seisi Theatre of Dream terdiam. United semakin tertekan, mereka berusaha mencetak gol, tapi penampilan gemilang ditunjukkan oleh kiper Estudiantes.
Setan merah semakin terpuruk, setelah salah satu penyerang andalannya, Denis Law, harus ditarik keluar pada menit ke-43 dan digantikan oleh Carlo Santori karena mengalami cedera.
Pada babak kedua mau tidak mau united harus berusaha lebih keras lagi untuk mencetak gol gol penting. Mereka memiliki peluang untuk menyamakan kedudukan di awal babak kedua, namun tendangan Brian Kidd membentur mistar gawang.
Karena tidak kunjung mendapatkan gol, membuat para pemain united tampil lebih keras. Hal itu membuat pemain Estudiantes ikut terpancing emosinya. Bahkan dua menit menjelang peluit panjang dibunyikan, dua kartu merah keluar dari saku wasit asal Yugoslavia, Konstatin Zecevic.
Kartu merah pertama untuk George Best dari United, setelah ia meninju wajah Jose Medina dan mendorong Nestor Tognerike hingga terjatuh. Kartu merah selanjutnya diberikan kepada Jose Medina dari Estudiante setelah terlibat bentrok dengan George Best. Kedua pemain itu pun harus mandi lebih awal.
Menjelang bubaran akhirnya Man United mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1 melalui gol Willie Morgan. Namun karena kalah aggregat, mereka harus merelakan trofi interkontinental pergi ke Argentina. Estudiantes akhirnya berpesta di Old Trafford bersama kurang lebih 300 fans mereka yang terbang langsung dari Argentina.
Kemenangan Estudiantes pun diakui di seluruh negeri, dengan liputan luas oleh media lokal. Estudiantes juga menjadi tim Argentina pertama yang memenangkan turnamen tersebut, yang menarik setelah itu mereka tidak pernah lagi menjuarai ajang piala interkontinental atau piala dunia antar klub.
Bahkan bagi setan merah sendiri, kegagalan tersebut bukan akhir dari segalanya, karena beberapa tahun setelahnya, mereka mampu menjelma menjadi klub papan atas dunia yang bergelimang prestasi.
Nah itulah footballovers, kisah manchester united yang dipermalukan oleh para pelajar yang tak lain adalah Estudiantes. Jadi bagaimana menurut kamu footballovers ?