Klub raksasa Spanyol, Real Madrid sangat menginginkan Donny Van Deen Beek. El real mengincar gelandang asal Belanda yang bermain untuk Ajax Amsterdam tersebut bukan tanpa alasan. Musim lalu Donny mampu menciptakan 17 gol serta 10 assist dalam 57 pertandingan di semua kompetisi.
Selain itu, Donny dibekali kualitas teknik yang mumpuni. Gelandang muda tersebut memiliki kecepatan dan penempatan posisi yang baik. Ia juga punya keunggulan berupa ketahanan fisik yang oke. ia seperti manusia besi di Ajax karena nyaris tak pernah dibekap cedera. Musim lalu ia hanya absen satu kali bersama Ajax.
Donny Van Deen Beek lahir pada 18 april 1997 di Nijkerkerveen, sebuah kota kecil di wilayah sentral Belanda dari pasangan Andre dan Gerdina, Ia mengawali karirnya bersama akademi Ajax Amsterdam pada tahun 2008. Disana Donny ditempa menjadi pesepakbola handal. Seperti yang sudah diketahui akademi Ajax memang kerap melahirkan bintang-bintang sepakbola.
Di akademi AJax Donny bermain hingga 2015. Ia lalu dipromosikan ke skuad utama dan melakukan debut kompetitif dalam pertandingan Europa League melawan klub Glasgow Celtic. Gol pertamanya untuk Ajax terjadi ketika meraih hasil imbang 1-1 melawan klub Norwegia Molde FK.
Sejak musim 2016/17 Donny menjadi andalan di tim utama AJax. Musim itu ia tampil dalam 32 pertandingan. Tidak hanya itu, Donny juga menjadi andalan di tim junior Belanda. Ia membela Belanda sejak level u-17 hingga melakukan debut di tim senior pada november 2017.
Sebelum menjadi salah satu gelandang AJax berprospek cerah di Eropa, tahukah kamu Footballovers bahwa Donny van de Beek punya bakat yang lain semasa kecilnya.
Bocah pirang balita bernama Donny van de Beek ini pada awalnya tak diarahkan menjadi pesepak bola. Saat berusia hingga lima tahun, Van de Beek lebih tertarik pada tempat-tempat tinggi dan bermain dengan binatang. Ia kerap memelihara burung.
“Dia benar-benar seorang pemanjat. Di dalam rumah, kami memiliki tiang kayu yang suka dia panjat. Sungguh anak yang tangguh,” ucap Andre, ayah Donny van de Beek, mengenang masa kecil putranya itu.
“Saat masih tinggal di rumah kecil, kami punya kandang burung. Saat melihat keluar, saya sering melihat Donny sedang duduk di atap. Dia memanjat ke sana melalui tiang,” tutur Andre lagi. (Dikutip dari Telegraf).
Ibunya, Gerdina, tidak menyangka Donny punya bakat lebih dari itu. Bukannya soal panjat-memanjat, lelaki berusia 22 tahun ini jatuh cinta dengan sepak bola sejak dibawa mengikuti latihan pertamanya di Veensche Boys di usia 5 tahun.
Sang ayah mengatakan bahwa sejak saat itu Donny sudah mulai mencintai sepakbola. Sebagai suporter Ajax Amsterdam, sang ayah kerap membawa Donny menonton langsung pertandingan di stadion. Sejak itulah minat dan bakat Donny terhadap dunia si kulit bundar semakin terasah.
Donny memiliki sebuah drum yang kerap dibawa ke stadion yang ditandatangani sosok idolanya semasa kecil, seperti pelatih Ajax kala itu, Marco van Basten, dan pemain pujaannya, Wesley Sneijder serta Rafael van der Vaart.
Sejak kecil Donny merupakan pendukung Ajax yang sangat fanatik, jika Ajax kalah ia sering menangis.
Keterikatan itu membuat ia sempat menolak tawaran dari Vitesse Arnhem, yang lebih dulu mengundangnya berlatih. Dalam perjalanan ke markas Vitesse, Donny dan ayahnya memilih berbelok ke markas Ajax dan lantas bergabung di tim junior mereka.
Donny merasakan polesan dari pelatih akademi Ajax kala itu sekaligus legenda timnas Belanda, Dennis Bergkamp. Dasar berbakat, ia tak butuh waktu lama untuk tampil cemerlang melebihi rekan seusianya hingga kini menjelma jadi pemain andalan Ajax sekaligus komoditi pasar menggiurkan di Eropa dalam usia yang masih muda.
Donny kini bisa menularkan bakat memanjatnya di usia balita menuju kariernya di level senior untuk membawa klubnya dan tim nasional Belanda meraih prestasi tertinggi.