Manchester United dan Real Madrid adalah tim legendaris, kedua klub beda negara ini adalah kesebelasan yang menjadi raja di kompetisi masing-masing, MU dengan raihan 20 trofi premier league adalah yang terbanyak, sementara Real Madrid mempunyai koleksi 33 gelar La Liga.
Tak hanya itu, hubungannya dalam hal transfer pemain pun, kedua tim sering terlibat. Yang paling terkenal mungkin kepergian Cristiano Ronaldo dari old trafford ke Real Madrid pada musim panas 2009 dengan status pemain termahal dunia.
Sebelum Ronaldo, di era 2000-an Real Madrid memang sering mendatangkan pemain setan merah, David Beckham, Ruud Van Nistelrooy dan Gabriel Heinze adalah beberapa di antaranya.
Kalau itu adalah pemain MU yang hengkang ke Madrid, berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2014, saat itu pemain El Real Angel Di Maria bergabung dengan skuad Manchester Merah.
Namun jauh sebelum transfer pemain itu terjadi, tahukah kamu footballovers bahwa Real Madrid pernah menawarkan pemainnya untuk memperkuat Manchester United. Kejadian itu terjadi di era 1950-an.
Saat itu, presiden Real Madrid, Santiago Bernabeu dan pelatih Manchester United, Sir Matt Busby memang menjalin hubungan yang sangat baik.
Hubungan antara Sir Matt Busby dan Santiago BernabĂ©u diuraikan dalam buku John Ludden berjudul “A Tale of Two Cities: Manchester dan Madrid 1957-1968“. di mana penulis mencatat keterkejutannya bahwa ada beberapa permusuhan di era modern antara kedua klub.
“Ketika Anda melihat kembali sejarah dan Anda melihat apa yang dilakukan Real Madrid untuk United setelah tragedi Munich … ini luar biasa.”
Busby menjadi perhatian Bernabéu setelah laga semifinal Piala Champions 1957, di mana MU tampil sangat semangat, namun pada akhirnya tidak mampu untuk menghentikan Real Madrid, yang memenangkan laga dengan skor 5-3 secara agregat.
Bernabéu sangat terkesan dengan kerja keras manajer asal Skotlandia tersebut sehingga ia menawarinya untuk menjadi pelatih di Real Madrid. Tapi Busby tidak tergerak oleh pendekatan ini, ia masih menginginkan untuk mengangkat trofi bersama United, dan dengan sopan ia pun menolaknya.
Namun tragedi dan sejarah Manchester United berubah kemudian pada musim berikutnya, ketika terjadi kecelakaan pesawat Munchen yang membuat sebagian besar pemain inti MU meninggal dunia.
Tragedi Muenchen terjadi tanggal 6 februari 1958 ketika rombongan skuat MU sedang melakukan perjalanan pulang usai melawat ke markas Red Star Belgrade pada babak delapan besar Piala Champions 1957/58.
Kala itu maskapai British European Airways yang ditumpangi rombongan skuat MU harus berhenti di Muenchen untuk mengisi bahan bakar. Pesawatnya memang tak mampu melakukan perjalanan nonstop Beograd-Manchester.
Setelah mengisi bahan bakar, sang pilot, Kapten Jams Thain dan Kenneth Rayment, mencoba untuk lepas landas hingga dua kali. Namun, upaya untuk lepas landas gagal karena gangguan pada mesin.
Ketika mencoba untuk yang ketiga kalinya, pesawat tak mampu dikendalikan akibat turun salju hingga menabrak pagar dan melewati landasan dalam kecepatan tinggi. Pesawat pun hancur karena menabrak beberapa bangunan dan pohon.
Di dalam pesawat itu terdapat delapan pemain dan tiga staff MU. Tujuh dari delapan pemain dan tiga staff langsung meninggal dunia di tempat. Duncan Edwards, pemain MU, sempat selamat dari insiden itu. Namun, ia meninggal 15 hari kemudian. Pelatih Matt Busby dan bintang Bobby Charlton termasuk dua yang selamat.
Usai tragedi tersebut, MU memasuki masa-masa sulit karena kehilangan sebagian besar pemain andalan yang dikenal dengan “Busby Babes”. Bahkan, banyak yang memprediksi MU bakal sulit bangkit.
Dan benar saja, MU yang menurunkan banyak pemain Muda kala menghadapi AC Milan di babak semifinal piala Champions harus mengakui keunggulan tim Italia tersebut. AC Milan yang pada gilirannya dikalahkan oleh Real Madrid di partai final.
Namun masa sulit Manchester United tak berlangsung lama, tiga bulan setelah tragedi Munchen itu datanglah Real Madrid yang menjadi dewa penolong, hingga akhirnya MU mampu melalui masa-masa sulit mereka.
Presiden Madrid, Santiago Bernabéu, mendedikasikan gelar piala champions itu untuk Man United, dan bahkan menawarkan trofi si kuping besar itu untuk di miliki MU meski akhirnya di tolak.
BernabĂ©u tak ingin menyerah begitu saja, pada tahun berikutnya ia lalu menawarkan aset Real Madrid yang paling berharga, pemain paling didambakan di dunia – Alfredo Di StĂ©fano – ke Man United.
Semua pihak telah menyetujui kesepakatan pinjaman jangka pendek yang diterima, tetapi secara mengejutkan Asosiasi Sepak Bola Inggris, FA memblokir perpindahan itu dengan alasan khawatir menghambat potensi pemain Inggris. Alhasil, Madrid pun mencari jalan lain untuk membantu MU.
Mereka pun membuat sebuah bendera yang bertuliskan nama-nama korban meninggal Tragedi Munchen. Diberi nama ‘Champions of Honour’, bendera-bendera itu dijual di Spanyol. Dana yang terkumpul dialokasikan untuk Setan Merah.
Tak hanya itu, Madrid juga menawarkan pengobatan gratis korban yang terluka untuk memulihkan diri dengan fasilitas mewah milik mereka. Juga digulirkannya pertandingan persahabatan untuk penggalangan dana yang melibatkan kedua tim. Penggalangan dana dilakukan untuk membantu keluarga korban.
Untuk pertandingan itu, Madrid harus membayar 12.000 paun. Berbeda dengan pihak Man united yang dibebaskan untuk membayarnya dengan apa pun.
Dari dua pertandingan persahabatan yang dihelat oktober 1959 itu Real Madrid memenangkan semuanya, El Real mencetak total 12 gol tetapi kebobolan enam gol, kedua hasil itu memperlihatkan bahwa MU sedang dalam fase membangun kembali tim yang fantastis.
Santiago BernabĂ©u menggambarkan Matt Busby bukan hanya orang yang “paling berani” tetapi juga orang “terhebat” yang pernah ia temui dalam sepakbola. Busby menjawab bahwa “Madrid sekarang seperti keluarga kami.” (Dikutip dari thesefootballthemes)
Pada tahun berikutnya juara Eropa lima kali itu mengalahkan United dalam pertemuan klasik dengan skor 3-2, sebelum tim Matt Busby akhirnya mengalahkan si putih 3-1 pada 1961 dan kemudian 2-0 pada tahun berikutnya.
Persahabatan ini adalah sesuatu luar biasa dari Real Madrid, membantu saingan hebat mereka untuk kembali bangkit pasca salah satu tragedi olahraga terbesar yang pernah ada.Â
Di musim 1962/63, Manchester United sukses memenangi Piala FA. Itu merupakan trofi pertama MU setelah Tragedi Munchen.
Kebangkitan MU berlanjut, gelar Liga Inggris 1964/65 dan 1966/67 pun direngkuh. Puncaknya, MU mampu mengamankan gelar Piala Champions 1967/68 atau tepat satu dekade pasca tragedi Munchen setelah menaklukkan Benfica 4-1 di laga final.
Dalam laga semifinal di piala champions musim itu, MU sempat mengalahkan Real Madrid, Presiden Real Madrid, Santiago BernabĂ©u berkomentar: “Jika itu harus siapa saja, maka saya senang itu mereka.” (Thesefootballthemes).
Tentu saja, kebangkitan setan merah tak lepas dari jalinan persahabatan dengan Madrid. Bahkan, bisa dibilang Madrid adalah dewa penolong MU saat itu. Keanggunan dan kemurahan hati Bernabéu sangat mengagumkan, tetapi yang lebih penting, itu asli. Itu adalah tindakan yang tidak boleh dilupakan.