Sebuah pertandingan atau kompetisi sepakbola tak bisa dilepaskan dari sebuah kejutan. Kejutan-kejutan inilah salah satu alasan yang membuat sepak bola menjadi menarik untuk disaksikan.
Kekalahan Brasil dengan skor 1-7 dari Jerman di piala dunia 2014, Leicester City juara Liga Inggris, dan Yunani yang mengguncang eropa merupakan beberapa kejutan besar yang terjadi di sepak bola.
Namun, dalam hal ini kejutan yang akan kami bahas adalah kekalahan tak terduga yang dialami tim besar dari klub semenjana. Sebagai contoh kekalahan yang di alami Real Madrid dari Alcorcon yang merupakan klub divisi bawah dengan skor mencolok 4-0 pada 2009 silam.
Apa yang dirasakan oleh Madrid kemudian dialami oleh klub besar lainnya, Manchester United. Selepas era Sir Alex Ferguson, MU seperti mengalami masa-masa sulit. Tampuk kepelatihan pun silih berganti, dari David Moyes hingga sekarang Ole Gunnar Solksjaer.
Masa-masa kelam Setan Merah semakin terasa pahit saat mereka bertandang ke markas MK Dons, klub sepak bola yang dahulu bernama Wimbledon pada putaran kedua piala liga musim 2014/15.
Di bawah juru taktik anyar, Louis Van Gaal, MU kala itu memang sedang tidak dalam performa terbaiknya. Awal musim tersebut diawali MU dengan tanpa sekalipun meraih kemenangan. Kalah 1-2 dari Swansea dan ditahan imbang 1-1 oleh Sunderland di liga primer.
Pada 26 Agustus 2014, MU bersiap menjalani laga ketiga musim tersebut dengan menyambangi stadium MK, kandang kesebelasan MK Dons pada ajang piala Liga.
MK Dons sendiri merupakan klub yang berlaga di League One atau dalam piramida sepak bola Inggris berada di level ketiga. Sejak menjuarai League two pada 2007/08, klub yang didirikan pada 2004 ini belum meraih gelar kembali.
Bagi publik kota Milton Keynes, kedatangan tamu agung tak boleh disia-siakan begitu saja. Sekitar lebih dari 26 ribu penonton memadati stadion guna menyaksikan tim kesayangan mereka menghadapi salah satu klub besar di negeri Ratu Elizabeth, Manchester United.
Van Gaal membawa enam pemain yang sebelumnya tampil di piala dunia 2014. MU saat itu juga menjadi klub pembelanja terbesar di Inggris ketika mendatangkan Angel Di Maria dengan nilai 60 juta paun.
Seolah-olah meremehkan, pada pertandingan itu, 50% pemain yang diturunkan van Gaal merupakan pemain lapis kedua. Sebut saja, Reece James, Marnick Vermijl, Michael Keane, Saidy Janko dan Nick Powell serta Anderson, pemain yang performanya tengah menurun.
Di kubu lawan, MK Dons baru saja mendatangkan Kyle McFadzean dari Crawley Town, dan pemain muda Arsenal Benik Afobe. Keduanya pun tampil dalam laga tersebut.
Selain itu, MK Dons yang dilatih juru taktik, Karl Robinson mengandalkan pemain-pemain terbaiknya, seperti kiper David Martin, playmaker Ben Reeves, Delle Ali dan Will Grigg.
Bermain melawan tim lemah, sebenarnya tak ada alasan bagi MU untuk tidak meraih kemenangan, tapi fakta yang terjadi di lapangan justru sangat mengejutkan.
Bermain dengan formasi 3-4-1-2 dengan menduetkan Chicarito dan Danny Welbeck di lini depan. MU harus kebobolan terlebih dahulu pada menit ke 25, bermula dari kesalahan Johny Evans, Will Grig berhasil menceploskan bola ke gawang David De Gea setelah menerima umpan Ben Reeves.
Hingga turun minum, MU tak mampu membuat gol dan skor 1-0 pun bertahan. Pada babak kedua tepat di menit 63, Grigg kembali menuliskan namanya di papan skor usai menerima umpan matang lagi-lagi dari Ben Reeves dari sisi kiri, sontekan bola dengan dadanya gagal di antisipasi De Gea.
Berselang tujuh menit kemudian, MU dibuat seperti tim antah berantah ketika permainan cantik umpan satu dua para pemain tuan rumah menghasilkan gol ketiga yang kali ini diciptakan Benik Afobe. Pemain yang masuk menggantikan Will Grigg tersebut berhasil mengonversi umpan cantik, lagi-lagi dari Ben Reeves, pemain bernomor 10.
Pada menit ke-84, kegigihan plus olah bola yang baik dari Afobe kembali meruntuhkan pemain belakang united, setelah melewati tiga pemain MU, Afobe mencetak gol ke empat tuan rumah lewat sepakan kaki kiri yang gagal ke dijangkau De Gea.
Kedudukan empat gol tanpa balas untuk MK Dons bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Kemenangan bersejarah bagi MK Dons membuat para penggemar seperti tak percaya dengan skor akhir yang terjadi.
Bagi kubu lawan, Meskipun menguasai jalannya pertandingan hingga 55% namun MU tidak bisa menciptakan satu gol pun.
Kekalahan tersebut menandai pertama kalinya MU, sejak 1995 tersingkir dari kompetisi Piala Liga di putaran kedua. Sebelumnya, di Piala Liga, MU juga belum pernah dibobol empat kali oleh lawan dari divisi yang lebih rendah.
Seusai pertandingan, Van Gaal pun tak mau cari alasan. Pelatih asal Belanda itu mengakui kekalahan ini merupakan kesalahan timnya.
“Kekalahan ini adalah tentang berbuat kesalahan pada waktu yang tidak tepat. Terlihat dari gol-gol yang terjadi bahwa kami melakukan kesalahan besar yang seharusnya tidak boleh terjadi.” ujar van Gaal (Dikutip dari Skysports)
Lebih jauh, Van Gaal menilai timnya tampil lebih baik pada babak kedua, namun hal tersebut tidak mampu mengubah jalannya pertandingan. MK Dons sudah terlanjur percaya diri, sementara timnya semakin tertekan, sehingga bermain terburu-buru.
“Ketika mereka mencetak gol kedua, sulit bagi kami untuk membalikkan keadaan. Di babak kedua kami mampu menciptakan banyak peluang, tapi kami tidak mendapatkan keberuntungan untuk mencetak gol. Lalu kami melakukan kesalahan lagi sehingga skor menjadi 3-0 dan 4-0.”
Pahlawan MK Dons, Will Grigg mengakui bahwa mencetak gol melawan Manchester United adalah saat yang ia impikan. Sementara,sang pelatih, Karl Robinson berujar bahwa malam tersebut tidak akan ia lupakan.
“Ini malam yang tidak akan pernah kita lupakan,” kata Robinson (Dikutip dari Daylimail)
Lima bulan pasca laga tersebut, Van Gaal membuang mayoritas pemain yang memperkuat MU saat dipermalukan MK Dons. Termasuk Wilfried Zaha yang dilepas ke Crystal Palace dan Darren Fletcher ke West Bromwich Albion pada bursa transfer musim dingin 2015. Sementara itu, Anderson dilepas secara gratis.
Sementara, MK Dons sendiri di musim tersebut tampil cukup konsisten. Peringkat kedua diakhir musim menjadi pencapaian maksimal yang dilakukan MK Dons. Hasil tersebut membuatnya promosi ke divisi Championship.
Meskipun dalam pertandingan tersebut, MU tidak dalam performa terbaik, tapi tak ada ampunan bagi tim sekaliber MU kalah dengan skor telak dari tim divisi yang lebih rendah.