Florentino Perez merupakan sosok yang paling berjasa dalam mendatangkan Sergio Ramos dari Sevilla, dengan nilai transfer sebesar 27 juta euro atau setara 434 miliar rupiah.
Saat itu, Ramos menjadi berlian dalam era keemasan el Real. Setelah terus setia membela panji Los Galacticos, Ramos akhirnya resmi ditunjuk sebagai kapten menggantikan Iker Casillas dan menyumbangkan tiga trofi Liga Champions Eropa secara beruntun.
Namun akhir-akhir ini beredar kabar bahwa keduanya terlibat cekcok besar hingga membuat Ramos ingin pergi meninggalkan Bernabeu.
Kabar terbaru menyebut bahwa Sergio Ramos ingin melanjutkan petualanganya ke Negri Tirai Bambu. Permintaan itu terungkap dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh Ramos, agen sekaligus kakaknya, Rene Ramos, pengacara Ramos Julio Senn, dan Perez.
Ramos menginginkan agar Madrid tidak menghalangi keinginannya hengkang dari ibukota. Sementara itu, kontrak Ramos di Santiago Bernabeu masih berlangsung sampai 2021.
Menyusul pemberitaan tersebut, Florentino Perez mengonfirmasi bahwa Ramos memang ingin pergi dan China menjadi tujuannya.
“Mereka datang menemuiku di kantor dan bilang bahwa mereka mendapatkan penawaran yang sangat bagus dari China. Tapi aturan liga di sana tak mengizinkan mereka untuk membayar biaya transfer,”
“Apa yang hendak aku katakan kepadanya saat itu? Kami bilang bahwa ini tak bisa terjadi, tapi kami akan berbicara ke klub tersebut untuk memuaskannya. Dan Real Madrid tak bisa membiarkan kaptennya pergi dengan cuma-cuma karena itu akan menjadikanku sebagai presiden buruk bagi pemain lain.”
Permintaan Ramos untuk pergi ke China ditolak mentah-mentah oleh Perez. Setelah dilakukan pembicaraan, Real Madrid akhirnya menyatakan bahwa mereka akan merelakan Ramos pergi jika memang ada tawaran menarik.
Pertikaian antara Ramos dan Perez ini pun menjadi sebuah cerita pahit dari keduanya.
Jika mengulas balik kisah keduanya. Konflik pertama sang presiden dengan Ramos terjadi pada saat tim ditangani Jose Mourinho. Saat itu tepat pada tahun 2013, para pemain el Real dibuat tak nyaman oleh pelatih asal Portugal itu. Mereka merasa diadu domba hingga menimbulkan konflik yang sampai menuju ke ranah Tim Nasional.
Karena geram, Ramos akhirnya meminta Perez untuk memilih diantara keduanya. Saat itu juga, Perez diminta untuk memilih, “Mourinho atau Kami (para pemain).”
Karena merasa terdesak, Perez terpaksa memberhentikan Mourinho dengan memutus kontrak sang pelatih.
Meski situasi antar pemain mulai kondusif, Perez benar-benar tidak menyukai sikap Ramos dalam menyelesaikan masalah. Momen itulah yang menyebabkan Perez mulai menjaga jarak dengan Ramos.
Setelah itu, momen yang membuat Perez dan Ramos kembali terlibat konflik adalah pada 2015 silam.
Pasca Madrid resmi meraih La Decima ditahun 2014, Ramos langsung meminta klub untuk memberinya penawaran lebih. Dalam hal ini, Ramos merasa menjadi pahlawan karena dirinya telah menyelamatkan Madrid dari kekalahan melawan Atletico Madrid di final Liga Champios.
Setelah itu, Ramos juga tidak menghadiri acara evaluasi tim setelah Los Galacticos menelan kekalahan atas Atletico Madrid dengan skor telak 4-0 pada 2015 silam.
Hubungannya dengan sang presiden pun semakin parah setelah lagi-lagi Ramos memaksa Perez untuk memberinya penawaran kontrak jangka panjang. Hal itu dilakukan setelah sang pemain menerima penawaran mewah dari klub Inggris, Manchester United.
Karena tidak ingin kehilangan pemain andalannya, Perez akhirnya memenuhi permintaan Ramos dengan memberinya perpanjangan kontrak dan gaji sebesar 10 juta euro atau setara 160 miliar rupiah per tahun.
Dan yang terbaru, Ramos tidak hanya mendapat cacian dari presiden namun juga para penggemar setelah ia dinilai sengaja mendapat kartu kuning di leg pertama melawan Ajax.
Aksi Ramos itu mendapat kecaman karena pada akhirnya el Real harus dikalahkan secara memalakukan di kandang oleh para penggawa muda Die Amsterdamers.
Seperti diberitakan marca, pasca menelan kekalahan melawan Ajax, Perez langsung mendatangi Ramos dan memakinya habis-habisan.
Selain rentetan permasalahan tersebut, kekesalan Perez kepada Ramos juga masih tertata rapih dalam beberapa momen tertentu. Diantaranya adalah saat Ramos memaksa klub untuk mempertahankan Carlo Ancelotti daripada harus merekrut Antonio Conte. Kemudian adalah saat Ramos mengambil libur yang sangat panjang usai Timnas Spanyol tersingkir dari Piala Dunia.