Footballovers, Setiap pemain sepakbola pasti memiliki kisah tersendiri dalam hidupnya, ada cerita sedih yang mengawali perjalanan karirnya, ada pula kisah bahagia yang menyertainya. Tidak semua pemain sepakbola berasal dari keluarga yang tercukupi secara ekonomi, ada pula kisah pesepakbola yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Bahkan beberapa pemain terkenal, dulunya pernah bekerja keras demi membantu kebutuhan ekonomi orang tuanya. Padahal saat itu mereka semua masih anak-anak. Beberapa hal tersebut menandakan bahwa sisi lain dari para pemain sepakbola memang sangat menarik untuk dibahas.
Nah kali ini, kami akan mengajak footballovers sekalian untuk mengetahui sisi lain dari pemain muda asal Serbia Luca Jovic, yang pernah menyatakan bahwa keinginannya untuk menjadi pemain bintang dunia terinspirasi oleh sang kakak.
Luca Jovic, dua tahun yang lalu, mungkin nama pemain yang satu ini tidak terlalu kedengaran gaungnya. Namun semenjak direkrut oleh raksasa spanyol, real Madrid pada musim panas 2019 nama Luca Jovic semakin melambung, ditambah lagi dengan fakta bahwa ia menjadi pemain penting bagi Eintrach Franfurt, yang pada musim 2018/19 ia mampu tampil mengesankan bersama klub jerman itu.
Luca Jovic adalah salah satu contoh dari beberapa pemain sepakbola yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Namun berkat kegigihannya ia mampu mengangkat harkat dan martabat orang tuanya.
Sejak kecil luca jovic sudah sangat mencintai permainan sepakbola, bahkan sang ayah juga merupakan pesepakbola, namun hanya sebatas sebagai pemain amatir yang memperkuat Partizan Belgrade. Ayahnya tidak mampu mencapai impiannya sebagai pemain profesional karena di negara tempatnya tinggal saat itu sedang terjadi konflik bersenjata.
Setelah tumbuh dewasa, Jovic sering bermain bola dengan sang ayah, Milan Jovic. Sang ayah mendorong anaknya untuk fokus dan serius menekuni sepakbola, serta berharap Luca jovic lah yang akan meneruskan cita-citanya sebagai pemain profesional yang tidak pernah dicapai olehnya.
Berkat kerja keras sang ayah yang telah mendidiknya, kini Jovic sudah menjadi pemain profesional yang bermain di salah satu klub terbaik di dunia, Real Madrid. Hal itu menunjukkan betapa hebatnya Jovic dan betapa besar potensinya.
Kesuksesan tersebut tentunya tidak didapatkan dengan mudah, kerja keras dan butuh banyak pengorbanan adalah kunci sukses yang dimiliki Luca Jovic.
Bahkan, ada sebuah cobaan berat yang harus dilewati olehnya ketika masih bocah dulu. Cobaan yang dialami Jovic itu sebenarnya tidak dialami langsung olehnya, melainkan oleh kakak perempuannya. Saudara kandungnya itu sakit keras. Ia divonis oleh dokter menderita Leukimia atau kanker darah.
Keluarga Jovic yang berlatar belakang ekonomi menengah kala itu goncang. Bahkan selama setahun penuh ayah dan ibunya sempat berpisah demi fokus ke pengobatan saudaranya. Sang ibu rela berhenti mengelola supermarket yang dimilikinya, demi menjaga sang kakak.
Waktu itu Jovic tinggal bersama ayah dan kakeknya, pergi dan pulang selama menjalani pelatihan di akademi Red Star Belgrade, sementara sang ibu tinggal bersama saudara perempuannya.
Pengobatan kakaknya itu memakan waktu cukup lama. Dan itu cukup berdampak pada stabilitas ekonomi keluarga Jovic. Mereka sempat kesulitan bertahan hidup. Namun, sesuai kata pepatah, “Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya.”
Ketika peristiwa itu terjadi Jovic kecil sudah mengenal sepak bola lewat rekaman video dari dua kaset VHS yang menampilkan gol gol piala dunia sampai 2006. Ia terpesona oleh aksi Roger Milla dari Kamerun di Piala Dunia 1990, dan Ronaldo Brasil di piala dunia 2002.
Pada waktu itu, ia pun telah menuntut ilmu di akademi milik Red Star Belgrade. Bagi Jovic dan keluarganya, situasinya memang sulit, tetapi justru dari sanalah dia menemukan motivasi.
Hingga, Pada suatu ketika, Luca Jovic menerima kabar gembira. Berkat kesabaran dan perjuangan keras, saudara perempuannya itu dinyatakan sembuh dan selamat dari kanker darah.
“Suatu hari, ketika dia sedang mengantarku pulang, ayahku berhenti untuk menjemput paman dan sepupuku. Aku tidak tahu apa yang terjadi awalnya, tetapi belakangan aku sadar bahwa kami akan merayakan sesuatu.”
“Kami pulang ke rumah dan aku melihat kakakku mengenakan topi kertas di kepalanya, seakan-akan dia sedang berulang tahun. Mereka bilang dia sudah sembuh dan rasanya luar biasa mengetahui bahwa dia akan baik-baik saja karena sebelum itu kami selalu dicekam ketakutan.” Ujar Luca Jovic dikutip dari Marca.
Luca Jovic merasa bahwa kesembuhan kakaknya tersebut membuat dirinya semakin termotivasi untuk terus bermain sepakbola dan menjadi pemain terkenal yang mencetak banyak gol. Mimpinya kala itu sama seperti setiap anak-anak lain di kampung halamannya, yaitu bermain untuk tim Red Star Belgrade dan mencetak gol melawan Partizan Belgrade di laga Derby.Â
“Ketika kakakku mengalahkan penyakitnya, itu memberiku bahan bakar untuk meraih kesuksesan. Aku ingin menjadi pemenang seperti dirinya,” kenang mantan pemain Benfica tersebut.
Kini, Berangkat dari perjuangan saudara perempuannya itu, Luca Jovic mengusung motivasi yang sama saat menempa karier sebagai pemain sepak bola. Ia tidak mau kalah dan selalu ingin jadi pemenang.
Karir Luca Jovic terbilang gemilang diusianya yang masih 21 tahun. Setelah sembilan tahun bermain di tim junior Red Star Belgrade. Pada mei 2014 ia dipromosikan ke tim utama. Satu setengah musim membela klub berjuluk Zvesda tersebut, Jovic mampu mencetak 13 gol.
Bahkan ia memecahkan rekor milik Dejan Stankovic sebagai pencetak gol termuda bagi tim.
Ia kemudian hijrah ke negeri portugal dan bermain untuk Benfica pada musim dingin 2016, namun karirnya bersama Benfica tidak terlalu mulus, ia bahkan sempat di alihkan untuk membela tim Benfica B.
Hingga kemudian ia dipinjamkan ke Eintrach Franfurt. Bersama klub inilah potensi dan bakat gemilang yang dimiliki Jovic semakin terlihat. Di musim pertamanya ia membawa klub menjuarai ajang DFB Pokal 2017/18.
Karir Jovic semakin moncer di musim keduanya berbaju Franfurt, ia menjalani musim yang begitu baik. 27 gol dari 46 penampilan di semua kompetisi berhasil menarik minat Los Blancos. Uang sejumlah 60 juta euro rela dikeluarkan El Real demi mendapatkan jasa sang striker.
Nah itulah footballovers, kisah Luca Jovic yang terinspirasi oleh saudaranya..