Dekade 2000-an, Belanda memiliki deretan pemain gelandang hebat, salah satu yang paling menonjol bernama Mark van Bommel. Dengan rambut keriting, bertubuh besar, dan fisik yang kuat, van Bommel mampu menjadi pemutus aliran serangan lawan.
Semangat juangnya di lapangan tak diragukan lagi, meski kadang akibat terlalu garang, ia memperoleh dampak negatif. Selain sering memperoleh hukuman kartu akibat bermain terlalu keras, van Bommel juga seringkali berdebat dengan wasit.
Dia adalah orang pertama yang mendebat sang wasit ketika pelanggaran dilakukan oleh rekan-rekan setimnya. Karakter kuat ini mendorong Bayern MĂĽnchen memilihnya sebagai pemain non-Jerman pertama yang menjabat sebagai kapten tim Bavarian.
Lahir di provinsi Limburg, di bagian tenggara Belanda pada 22 april 1977, van Bommel menghabiskan waktu 21 tahun karir sepakbolanya. Debut profesionalnya dimulai ketika berusia 16 tahun 23 hari pada 1993, saat itu ia memperkuat Fortuna Sittard.
Sayangnya, Fortuna terdegradasi pada akhir musim itu. Kemudian, dua musim bermain di divisi dua Belanda membawa pengalaman yang berharga khususnya bagi van Bommel, berusia 18 tahun, ia mencetak tujuh gol saat Fortuna memenangkan gelar pada 1995.
Setelah mereka kembali ke Eredivisie, Van Bommel mendapatkan pujian karena penampilannya yang memuaskan di lini tengah. Setelah musim yang cemerlang, ia dipanggil ke timnas Belanda U-21, dan dua musim berikutnya, Van Bommel terus tampil mengesankan.
Setelah tujuh musim dengan klub lokal Fortuna Sittard, van Bommel bergabung dengan raksasa Belanda, PSV Eindhoven, pada tahun 1999. Debut Van Bommel sangat manis, ia mencetak gol dan membantu tim meraih kemenangan 4-1 atas MVV Maastricht di pekan pertama musim 1999/2000.
Pada musim pertamanya tersebut, Van Bommel telah menjadi pilihan utama sebagai gelandang bertahan PSV. Berkat kerja kerasnya, Ia pun berhasil memenangkan gelar Eredivisie dalam dua musim pertamanya. Selain itu, ia juga dianugrahi gelar pemain terbaik Belanda tahun 2001.
Setelah itu, ia menjadi kapten PSV dalam usia yang cukup muda, yaitu 24 tahun untuk menggantikan Luc Nilis yang hengkang ke Aston Villa. Pada musim 2004/05, Pria bertinggi 187 cm ini juga berjasa memimpin PSV ke semifinal Liga Champions dan kembali menjuarai Eredivisie. Di tahun 2005, ia kembali terpilih sebagai pemain terbaik Belanda.
Penampilannya yang memukau membuatnya direkrut FC Barcelona, ​​ia bergabung dengan pelatih Belanda, Frank Rijkaard dan rekannya, Giovani van Bronckhorst. Meski hanya semusim di klub katalan, van Bommel memenangkan La Liga dan Liga Champions 2005/06.
Selepas Spanyol, ia menuju Jerman untuk bergabung dengan Bayern MĂĽnchen, musim pertama van Bommel di Fc Bayern tidak dilalui dengan baik, di mana Bayern hanya menempati peringkat 3 Bundesliga dan tak meraih satu trofi apa pun.
Musim selanjutnya, 2007/08, van Bommel merengkuh double winners yakni Bundesliga dan DFB Pokal. Selepas pensiunnya Oliver Kahn, pelatih anyar Jurgen Klinsmann tanpa ragu menunjuk Mark van Bommel menjadi kapten FC Bayern.
Kharisma dan kepemimpinannya sangat dihormati sepanjang masa di Bavaria, dengan Miroslav Klose pernah berkomentar bagaimana Van Bommel membantunya menyelesaikan musim pertamanya di FC Bayern dengan baik.
Dalam dua setengah musim menjabat kapten, Van Bommel menjadi kapten asing pertama Bayern yang mengangkat trofi, meraih satu lagi Bundesliga dan DFB-Pokal pada 2009/10. Di bawah asuhan Louis van Gaal , Van Bommel juga membawa Bayern ke final Liga Champions 2010, meskipun akhirnya kalah 2-0 dari Internazionale di Santiago Bernabeu.
Namun, prestasi sebagai runner-up Liga Champions sudah cukup untuk membuatnya dipercaya mengawal lini tengah tim nasional Belanda di Piala Dunia 2010 yang berlangsung di Afrika Selatan.
van Bommel bisa dibilang sebagai salah satu pemain penting ketika Belanda mengakhiri turnamen sebagai Runner-up. Selepas perhelatan, van Bommel mulai ditunjuk sebagai kapten tim Oranje untuk menggantikan Giovanni van Bronckhorst yang pensiun.
Di usia yang sudah cukup berumur, jasanya ternyata masih terpakai di klub besar lain, AC Milan. Raksasa Serie A ini mendatangkannya dengan status bebas transfer pada bulan Januari 2011.
Menariknya, gelar juara liga tak pernah lepas dari pria bernama lengkap Mark Peter Gertruda Andreas van Bommel ini. Ia mengakhiri musim 2010/2011 sebagai pemenang Scudetto Serie A. Akhirnya, ia memutuskan untuk menutup kariernya bersama PSV pada musim panas 2013.
Meski tidak pernah memberikan trofi kepada tim nasional, van Bommel tetap disegani sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dihasilkan Negeri Kincir Angin. Selama memperkuat timnas, ia menorehkan 10 gol dari 79 caps.
Selama menjabat kapten di kesebelasan yang pernah dibelanya, van Bommel merupakan seorang pemimpin tangguh di lapangan tengah, tidak hanya kuat dalam bertahan, ia juga pandai membantu penyerangan.
Pasca gantung sepatu, van Bommel sempat jalani karir sebagai asisten Bert van Marwijk di timnas Arab saudi dan timnas Australia, ia juga pernah melatih tim junior PSV, sebelum pada musim panas 2018 dipercaya menangani tim senior PSV.