Jerman tak pernah kehabisan bakat pesepak bola brilian, satu nama yang pernah menghiasi jagat persepakbolaan eropa dengan skill olah bolanya yang baik adalah Marko Marin. Pemain yang punya Julukan ‘Messi dari Jerman’.
Saat muda, Marin pernah menimba ilmu di akademi Eintracht Frankfurt, Ia kemudian bermain di tim junior Borussia Moenchengladbach sejak 2005 hingga 2006. Ia lantas mengawali karier profesionalnya tahun 2007, hanya butuh waktu dua tahun bagi Marin untuk mencuri perhatian dari klub lain.
Torehan 12 gol dalam 72 penampilan di Monchengladbach membuat namanya termasyhur di seantero Jerman, apalagi saat itu dirinya belum genap berusia 20 tahun. Alhasil, Werder Bremen berhasil meyakinkan Marin untuk hengkang dari Stadion im Borussia-Park pada tahun 2009.
Bermain untuk Bremen, Marin semakin menunjukkan kehebatannya sebagai gelandang serang. Gocekan lincah dan sejumlah assist yang diciptakannya membuat namanya mulai terkenal baik di Jerman maupun Eropa. Bersama Mesut Ozil, Marin menjadi bintang utama ketika mengantarkan Bremen menduduki peringkat ketiga Bundesliga musim 2009/10.
Torehan 7 gol dari 50 penampilannya di semua kompetisi plus performa gemilangnya pun membuat pelatih Joachim Low memanggilnya ke timnas Jerman yang berlaga di Piala Dunia 2010. Kala itu Marin baru berusia 21 tahun.
Sebelum memperkuat timnas senior, Marin adalah pemain inti Jerman sejak level u-16 hingga usia dibawah 21 tahun.
Piala dunia Afrika selatan seharusnya menjadi panggung untuk menunjukan kualitas kepada khalayak ramai. Tapi, Meski dipanggil memperkuat Der Panzer, nasib Marin kurang beruntung. Ia hanya tampil sebagai pemain pengganti sebanyak dua kali dalam turnamen empat tahunan tersebut.
Pasca memperkuat Jerman di Piala Dunia, Marin kembali ke Werder Bremen, dalam dua musim berturut-turut, ia mencetak 6 gol dari 66 laga di semua kompetisi.
Tampil luar biasa bersama Werder Bremen selama tiga musim. Pada tahun 2012, Marin direkrut Chelsea dan dikontrak selama lima tahun. Ketika itu, Marin meneruskan nomor punggung 21 milik terdahulunya, Salomon Kalou yang hengkang ke Lille.
Marin pun mengaku senang bisa bergabung dengan klub sebesar Chelsea yang menyandang status juara Liga Champions. Ia juga yakin saat bersama Chelsea, dirinya akan kembali bisa memperkuat timnas Jerman. Karena perlu diketahui bahwa di Piala eropa 2012, Joachim Low tidak memanggil Marin.
Sayang, ketika memperkuat Chelsea pada musim 2012/13, Marin hanya tampil sebanyak 16 pertandingan di semua ajang. Hal itu disebabkan dirinya terhantam cedera yang membuatnya lama tak bermain hingga tak lagi menjadi pilihan utama di starting eleven The Blues.
Walaupun jarang bermain, para fans Chelsea tetap menjulukinya sebagai ‘Messi dari Jerman’. Cedera dan gagal bersaing, Marin pun praktis hanya menetap di Stamford Bridge pada musim pertamanya saja. Ia lantas dipinjamkan setiap tahunnya di klub seperti Sevilla, Fiorentina, Anderlecht, hingga Trabzonspor.
Sejak dipinjamkan Chelsea ke klub lain, nama Marin sudah mulai jarang terdengar. Meskipun bersama Sevilla, Marin sempat bermain lumayan, tampil dalam 30 laga dan mencetak 2 gol.
Selepas Jalani satu musim peminjaman di Spanyol. Fiorentina meminjam Marin pada musim panas 2014 dengan opsi pembelian secara permanen. Akan tetapi, Marin gagal menunjukan penampilan gemilangnya bersama La viola.
Alhasil, pada Januari 2015 Marin kembali dipinjamkan oleh Chelsea. Kali ini, Anderlecht menjadi tujuan karier Marin, di sana, Marin kembali gagal. Ia ‘cuma’ tampil dalam 6 laga.
Seiring dimulainya musim 2015/16, masa depan Marin belum juga jelas. Bahkan, Marin belum mendapatkan nomor punggung di Chelsea. Hal ini mengindikasikan bahwa The Blues akan melepas atau kembali meminjamkan Marin. Pemilik 16 caps bersama Jerman ini mulai terlupakan akibat gagal bersaing dengan nama besar gelandang yang dimiliki Chelsea.
Chelsea kemudian meminjamkannya lagi ke Trabzonspor. Di sana ia mencetak 2 gol dari 29 laga. Saat itu, Bakat seperti Marin yang masih terhitung sebagai usia emas sebenarnya sangat disayangkan jika hanya bermain di Liga Turki apalagi di klub sekelas Trabzonspor.
Setelah menjalani masa peminjaman, Marin tak juga melihat adanya peluang untuk masuk dalam starting XIÂ Chelsea. Padahal menurutnya, dirinya sudah menunjukkan permainan cemerlang selama itu, termasuk saat bermain di Liga Turki bersama Trabzonspor.
Namun, bukannya kembali mengisi skuad utama Chelsea. Musim panas 2016, manajemen The Blues Justru melepas salah satu mantan wonderkid sepakbola itu. Marin akhirnya pindah ke Yunani dengan bergabung ke Olympiakos.
Bersama Olympiakos, Marin bermain selama dua musim. Pada periode tersebut, ia total mencetak 12 gol dari 59 penampilan di semua kompetisi. Gelar liga super Yunani 2016/17 pun menjadi kenangan manisnya.
Musim 2018/19, Marin hijrah ke Red Star Belgrade, di klub inilah namanya kembali melambung. Marin berhasil mengantarkan klubnya menjadi juara Liga Serbia. Di musim itu ia cetak 7 gol dari 23 pertandingan liga.
Meski tidak bisa dibilang buruk ketika tampil bersama klub-klub yang pernah dibelanya termasuk Sevilla, Trabzonspor, Olympiakos dan Red Star Belgrade. Namun, dunia seolah-olah sudah melupakan nama Marin.
Bisa dikatakan Chelsea menjadi awal dari penyebab kemerosotan karir Marin. Selain cedera, Marin juga gagal bersaing dengan para pemain The Blues lainnya. Hal itulah yang membuat Chelsea akhirnya menyekolahkannya ke beberapa klub.
Gelandang yang pernah di sebut sebagai Lionel Messi dari Jerman ini pun telah kehilangan kesempatan emasnya untuk kembali memperkuat tim nasional Jerman. Jika dilihat dari potensi yang ada, Nasib Marin pun terbilang sial.