Umur produktif seorang pesepak bola profesional biasanya berkisar antara 30-40 tahun, Kaka misalnya sudah pensiun dari sepak bola profesional saat berusia 35 tahun, sementara Philipp Lahm di usia 34 tahun. Hanya ada beberapa pemain yang mendekati usia 39 tahun seperti Frank Lampard atau Francesco Totti di usia 40 tahun.
Ketika pesepak bola yang masih berkiprah namun sudah berusia 30-an tahun pun biasanya secara permainan sudah tidak sama seperti saat masa-masa mudanya. Dalam artian dari segi fisik, teknik maupun mental sudah tak sebaik sebelumnya.
Pengecualian kepada pemain-pemain yang mampu menjaga pola hidupnya dengan baik sehingga masih bisa bermain konsisten meski sudah berusia kepala tiga. Seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, walaupun sudah tua, namun kita masih bisa melihat konsistensi permainan dari kedua megabintang tersebut.
Ketika banyak pemain sepakbola di eropa yang akan memutuskan pensiun di usia menjelang 40. Maka hal itu berbeda dengan yang terjadi di negara Jepang. Di negeri Sakura para pesepak bola masih bisa bermain baik meski usianya sudah mendekati atau bahkan diatas usia 40 tahun.
Salah satu pemain Jepang yang cukup fenomenal adalah Kazuyoshi Miura, Beberapa bulan yang lalu pemain ini viral di media sosial.
Pada januari 2019 lalu, usianya menginjak yang ke-52 tahun, kulitnya sudah terlihat keriput, rambutnya sudah memutih dan fisiknya memang tidak sekuat dahulu.
Akan tetapi Miura yang dijuluki King Kazu itu masih memiliki semangat untuk tetap berkarir di dunia sepak bola. Pada 11 Januari 2019, klub yang dibela Miura, Yokohama FC resmi memperpanjang kontraknya.
Perpanjangan kontrak ini membuat Miura akan terus bermain secara profesional bersama Yokohama FC di kompetisi J2 . Miura bakal menjalani musim ke-34 sebagai pemain aktif sekaligus menjadi pesepakbola tertua di liga Jepang bahkan dunia.
Pemain yang masuk kategori tua lainnya di sepakbola Jepang adalah Shunsuke Nakamura. Pesepak bola yang terkenal dengan tendangan bebas dan pernah jadi bintang di Glasgow Celtic ini memutuskan untuk bergabung dengan Yokohama FC pada mei 2019 lalu.
Yokohama mendatangkan Nakamura dari Jubilo Iwata yang berlaga di Liga J1 Jepang. Saat ini Nakamura berusia 42 tahun, di usianya yang sudah kepala empat, Nakamura belum ingin pensiun dari sepakbola, malah justru menandatangani kontrak dengan klub baru.
Bergabungnya Nakamura ke Yokohama FC menambah panjang deretan pesepak bola Uzur yang membela klub tersebut.
Perlu diketahui bahwa Yokohama FC adalah tim yang sering merekrut pemain dengan status legenda yang posisinya adalah gelandang, dan para pemain itu masih bisa bermain baik meskipun sudah usia lanjut. Usia para pemain Yokohama FC sendiri saat ini adalah 36.4 tahun.
Pemain lainnya yang belum memutuskan pensiun adalah Shinji Ono 39 tahun dan Yasuhito Endo juga 39 tahun, keduanya masih terikat dengan klub Liga Jepang, sementara mantan kiper Jepang Yoshikatsu Kawaguchi berusia 43 ketika ia akhirnya menggantungkan sarung tangannya pada bulan Desember 2018 lalu.
Melihat fenomena tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pesepak bola Jepang masih bermain baik meskipun telah berusia 40 tahun keatas. Lalu apa rahasia dibalik kekuatan pesepak bola Jepang ?
Mengingat status Jepang sebagai negara dengan angka harapan hidup tertinggi dan populasi tertua, mungkin tidak mengejutkan bahwa banyak pemainnya bermain hingga usia 30-an.
Orang Jepang dikenal memiliki harapan hidup terpanjang di dunia. Ini karena mereka memiliki pola makan sehat sejak kecil. Di dunia usia harapan hidup menjadi perhatian penting. Buktinya industri suplemen dan perawatan anti penuaan dini berkembang sangat pesat. Hal berbeda justru terjadi di Jepang.
Jepang memiliki presentase angka harapan hidup rata-rata 84.2 tahun. Sementara orang Inggris mencapai 81.2 tahun. Dua tahun lalu terungkap sebuah fakta bahwa jumlah orang Jepang yang berusia 90 tahun lebih menjadi 2 juta orang, untuk pertama kalinya.
Secara umum gaya hidup sehat adalah faktor utama. Jepang memiliki harapan hidup tertua di dunia dan diet rendah kolesterol, orang jepang sering makan yang terdiri dari ikan, sayuran, dan makanan fermentasi, hal ini secara luas disebut-sebut sebagai salah satu alasan utama mengapa pesepak bola Jepang masih kuat bermain di usia 40 tahun.
Selain itu, sejak usia dini, anak-anak di Jepang selalu disarankan untuk melakukan aktivitas fisik tingkat sedang hingga kuat selama 60 menit tiap hari. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat Jepang terbiasa dan lebih peduli terhadap kesehatan dirinya.
Alasan selanjutnya mengapa para pemain di Jepang tampaknya bertahan lebih lama adalah karena struktur Gaji yang serasi dengan dunia kerja yang biasa dibandingkan dengan klub olahraga.Â
Di Jepang, Semakin tua pesepak bola, bukannya gajinya semakin turun malah justru semakin naik, meski pun pemain tersebut tidak terlalu berkontribusi banyak.
Contoh Gaji di Gamba Osaka tahun lalu, misalnya Yasuhito Endo, pada usia 39 tahun dan dengan 150 caps untuk timnas Jepang antara tahun 2002 dan 2015, Endo tetap menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di klub dengan gaji 150 juta yen atau sekitar Rp 19,5 miliar per tahun, meskipun hanya pemain pelapis.Â
Yang kedua dalam daftar itu adalah Yasyuki Konno yang berusia 36 tahun dengan bayaran 100 juta yen atau Rp 13 Miliar, sementara pemain tim nasional Jepang saat ini, Kenta Muira, relatif rendah yakni 40 juta yen.
Tren tersebut memang benar adanya, sebelum Shunsuke Nakamura turun divisi, ia masih menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di Jubilo Iwata di Liga J1 sebesar 80 juta yen, dengan tidak ada pemain lain di klub itu dengan gaji lebih tinggi dari 60 juta yen.
Pemain-pemain lain seperti Kengo Nakamura, 38 tahun adalah pemain terbaik di Kawasaki Frontale;Â Yuji Nakazawa, 40 tahun adalah pemain terbaik di Yokohama F.Marinos;Â sementara Ogasawara, 38 tahun terus menjadi pemain utama di Kashima Antlers.
Hal tersebut menjadi dorongan pesepak bola di jepang untuk tenang, dan tidak berpikir untuk pensiun. Mereka tidak perlu takut ketika harus bermain di divisi bawah atau pun kelebihan berat badan. Karena sebagai gantinya, mereka bisa terus bermain dengan beban kerja yang berkurang, namun gaji naik, selain itu mereka masih menerima pujian dari para penggemar.Â
Jadi ketika ingin menjadi pesepak bola dengan masa bermain yang panjang maka tirulah bagaimana orang-orang Jepang menjaga kesehatan tubuhnya !!