Borrusia Dortmund termasuk ke dalam kesebelasan kuat di tanah Jerman. Pernah diperkuat nama-nama tenar seperti Matthias Sammer, Chapuisat, Metzelder, Lewandowski, Marco Reus,atau pun Matt Hummels. Dortmund pernah meraih kejayaan di Jerman.
Sepanjang sejarahnya, Die Borrusen telah memenangkan gelar Liga Jerman sebanyak 8 kali, DFB Pokal 4 kali, dan piala super Jerman sebanyak 6 kali. Di level domestik, Dortmund merupakan klub tersukses kedua setelah Bayern Munchen.
Meski begitu, di ajang kompetisi antar klub eropa, klub dengan ciri khas warna kuning ini baru dua kali menaklukkan eropa, setelah merengkuh piala Winners musim 1965/66 yang merupakan kompetisi level kedua di eropa, Dortmund kembali berjaya pada musim 1996/97 atau sekitar 12 tahun yang lalu.
Ya, musim 1996/97 bisa dibilang sebagai musim terbaik dalam sejarah klub kelahiran tahun 1909 ini. Kala itu, Dortmund menjuarai kompetisi paling prestis antar klub di benua biru, Liga Champions.
Tak bisa dipungkiri bahwa pada era 90-an merupakan masa perkembangan sekaligus masa kejayaan Borrusia Dortmund. Bagaimana tidak, di periode tersebut, Dortmund tidak hanya menggondol trofi si kuping besar, sebelum itu, mereka meraih gelar Bundesliga secara beruntun, 1994/95 dan 1995/96.
Sosok pelatih bernama Ottmar Hitzfeld tak bisa dilepaskan begitu saja atas berbagai pencapaian mengagumkan Dortmund. Pelatih yang sebelumnya sukses bersama Grasshopers tersebut didatangkan pada 1991. Hitzfeld memiliki andil yang sangat besar dalam keberhasilan tim kuning merajai Jerman, bahkan eropa.
Selain itu, sosok penting lain di tubuh Dortmund adalah Sthepane Chapuisat, penyerang berkebangsaan Swiss yang juga diboyong pada 1991 ini menjadi bomber Dortmund yang menakutkan para lawan. Torehan total 102 gol dari 218 penampilan berhasil ia bukukan selama 8 musim karirnya di Dortmund.
Perlu diketahui, sebelum dekade 90-an, Dortmund hanyalah kesebelasan biasa yang pencapaian manisnya hanya berupa gelar DFB Pokal musim 1988/89 dan tiga trofi liga Jerman di dekade 50-an dan awal 60-an. Setelah itu, mereka kekeringan prestasi hingga akhir 80-an.
Kesuksesan Dortmund di tangan Ottmar Hitzfeld dimulai ketika mereka tampil sebagai runner up piala UEFA musim 1992/93, ketika itu mereka kalah Aggregat 1-6 dari Juventus dalam dua leg partai final.
Pada era tersebut, para pemain terbaik Jerman secara teratur dijual kepada para raksasa Serie A. Namun, Dortmund justru melakukan kebalikannya, antara 1992 – 1995 mereka mendatangkan tiga pemain Juventus asal Jerman, Stefan Reuter, Jurgen Kohler dan Andreas Möller.
Kemudian Matthias Sammer juga mereka boyong dari Inter yang menjadikannya rekor transfer pembelian termahal pemain Jerman, Karl Heinz Riedle yang mereka rekrut dari Lazio lalu mematahkan rekor tersebut.
Dengan berbekal pemain-pemain kelas satu, pelatih bertangan dingin dan perpaduan pemain senior-junior, Dortmund mampu merebut gelar Bundesliga musim 1995/96, gelar pertama mereka setelah 1963. Mereka lalu mempertahankannya di musim selanjutnya.
Puncak kejayaan Dortmund akhirnya hadir pada musim 1996/97. Saat memulai musim tersebut, Dortmund memiliki pasukan yang mampu menantang tim-tim terbaik di Eropa. Klos adalah penjaga gawang yang luar biasa sedangkan Sammer adalah pemain terbaik Eropa.Â
Kohler, Jörg Heinrich dan Stefan Reuter membentuk kerjasama yang tangguh di sektor pertahanan. Andreas Moller dan Paul Lambert merupakan dua gelandang jangkar yang mampu menghentikan serangan lawan. Di depan, Riedle dan Chapuisat menjadi duet tajam.Â
Selain itu, pemain-pemain seperti Ricken, Zorc dan Heiko Herrlich menambahkan kedalaman yang cukup baik. Setelah puas atas dua gelar Bundesliga, Hitzfeld sekarang memfokuskan energinya untuk memenangkan Liga Champions.
Di kompetisi prestis tersebut, Dortmund tergabung di grup B bersama Atletico Madrid, Widzew Lodz, dan Steau Bucaresti. Tiga pertandingan awal dilalui Dortmund dengan gemilang.
Yang pertama, menekuk wakil Polandia, Widzew Lodz dengan skor 2-1, kemudian mempecundangi tuan rumah Steau Bucaresti 3-0 dan mempermalukan Atletico di partai tandang dengan kemenangan tipis 1-0. Sembilan poin berhasil mereka koleksi.
Meski begitu, Dortmund tak mampu menunjukan konsistensi permainan ketika di laga kandang mereka dikalahkan Atletico dan ditahan imbang wakil Polandia. Beruntung mereka pesta gol di laga terakhir fase grup dengan mengalahkan Steau Bucaresti 5-3 di Signal Iduna Park.
Berbekal 13 poin Dortmund lolos sebagai runner up grup dibawah Atletico yang memiliki poin sama tapi unggul aggresivitas gol. Di fase knock out, Dortmund akan berhadapan dengan juara grup A Auxerre pada babak perempat final.
Dalam dua pertandingan, Dortmund berhasil memenangkannya dengan keunggulan aggregat 4-1. Di Semifinal kemudian mereka bertemu klub asuhan Sir Alex Ferguson, Man United.
Leg pertama di kandang, Hitzfeld harus kehilangan Sammer, Kohler, Riedle, CĂ©sar dan Chapuisat yang absen. Dalam pertandingan bertensi tinggi tersebut, united gagal memanfaatkan sejumlah peluang yang ada. Hingga akhirnya Dortmund yang tak diperkuat sejumlah pemain kunci mampu menang lewat gol tunggal Rene Tretschok pada menit ke 76.
Dalam leg kedua yang berlangsung di Old Trafford, laga baru berjalan 8 menit, Dortmund berhasil unggul lewat gol Ricken. Keunggulan tersebut lantas bertahan hingga wasit meniup peluit panjang dan kebahagiaan pun pecah di kubu Dortmund.
Mereka berhasil lolos ke final liga champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah dan akan berhadapan dengan Juventus, raksasa Serie A yang sekaligus sebagai juara bertahan.
Final digelar di Jerman tepatnya di Olympia Stadium, Munchen pada 28 mei 1997, namun itu tak menjadikan Die Borrusen unggulan dalam partai ini. Pasalnya, mereka tak punya tradisi kuat di Benua Biru, sementara Si Nyonya tua merupakan tim kuat yang dibekali pemain sekaliber Zidane, Del Piero, Deschamps, Vieri dan sang pelatih, Marcelo Lippi.
Namun, di bawah komando pelatih jempolan Ottmar Hitzfeld, Matthias Sammer cs. sukses membalikkan prediksi. Di saksikan 59.000 penonoton. Playmaker Juve, Zinedine Zidane, tak berkutik karena marking ketat Paul Lambert.
Sementara di ujung lain lapangan, sepasang gol striker Karl-Heinz Riedl dalam selang lima menit yakni pada menit 29 dan 34 memberikan keunggulan 2-0 untuk Si Hitam-Kuning di paruh pertama.
Harapan Juve sempat merekah saat Del Piero, yang saat itu masih berumur 22 tahun, menipiskan ketertinggalan melalui back-heel cantik mengonversi umpan Alen Boksic menit 65 setelah disuntikkan Marcello Lippi di awal babak kedua.
Seakan tak mau kalah dari Del Piero, bintang muda Dortmund, Lars Ricken, 20 tahun, beraksi menjebol gawang Angelo Peruzzi lewat tendangan jarak jauh nan deras dengan sentuhan pertamanya usai menapaki lapangan menggantikan Stephane Chapuisat.
Gol tercepat dari seorang pemain pengganti sepanjang sejarah final Liga Champions itu menamatkan perlawanan Juventus dan memastikan Dortmund berpesta di Munchen.
Trofi Champions sendiri menjadi kado perpisahan manis dari Hitzfeld untuk Dortmund. Sosok berjuluk Der General ini hijrah ke Fc Bayern dan empat tahun berselang masuk buku sejarah sebagai pelatih kedua yang menjuarai kompetisi dengan dua klub berbeda setelah Ernst Happel.
Pemain mereka, Lars Ricken dan Karl Heinz Riedle masing-masing membukukan 4 gol di Liga Champions musim tersebut. Sayang, Keberhasilan mereka di antar klub eropa tidak diimbangi di level domestik, di mana mereka hanya tempati urutan ketiga Bundesliga.
Setelah pencapaian manis tersebut, Dortmund kembali ke partai puncak liga champions pada musim 2012/13, sayang mereka ditaklukkan sang rival, Bayern Munchen.