Di negeri matador, duel terpanas biasanya akan tersaji jika Real Madrid bertemu dengan Barcelona. Pertandingan tersebut selalu dinantikan oleh penikmat sepak bola di belahan dunia. Namun jangan lupakan pula El Derby Madrileno.
Laga yang mempertemukan Real Madrid versus Atletico ini juga menjadi pertandingan terpanas di tanah Spanyol. Walaupun Madrid memiliki empat tim yang sekarang berlaga di La Liga, namun pertandingan antara Atletico Madrid vs Real Madrid adalah yang paling ditunggu bagi penduduk Madrid.
Rivalitas antara Atletico Madrid dan Real Madrid memiliki akar sejarah yang kuat dengan waktu yang teramat panjang. Persaingan kedua kubu sudah berlangsung lebih dari 100 tahun yang lalu atau tepatnya pada awal abad 20 ketika kedua klub ini baru lahir ke bumi.
Seorang pemilik sebuah toko tekstil bernama Juan Padros adalah orang pertama yang secara resmi mengambil kendali berdirinya Madrid. Cikal-bakal klub berseragam putih ini adalah Football Club Sky yang didirikan oleh para mahasiswa yang pernah menuntut ilmu di Inggris pada 1890-an.
Klub tersebut mengalami perpecahan dan kemudian sebagian anggotanya membentuk Madrid FC, 6 Maret 1902. Pria bernama Julian Palacios memimpin pembentukan itu, sehingga sampai sekarang, ia cenderung disebut-sebut sebagai pendiri Real Madrid.
Padahal Palacios bukanlah seorang presiden ketika Madrid Football Club resmi didirikan. Setelah ditimbang oleh para dewan, Padros sang pemilik toko tekstil-lah yang ditunjuk menjadi presidennya.
Kemudian Madrid FC dikenal sebagai kesebelasan paling kuat di ibu kota Spanyol. Setelah New FootBall de Madrid, mereka terus melakukan merger dan mengakuisisi klub-klub terbaik di ibu kota Spanyol. Madrid FC juga mendatangkan pemain-pemain terbaik dari klub-klub lain yang punah karena tidak mampu bersaing.
Pada April 1903, Madrid Fc mengikuti turnamen nasional Spanyol pertamanya. Mereka berhasil mencapai final namun dikalahkan Athletic Club (sekarang bernama Athletic Bilbao) dengan skor 2-3. Kemenangan atas klub yang kuat, memunculkan niat Athletic Club untuk membuat cabang klub sepakbola bernama Athletic Club Madrid.
Pada 26 april 1903 Athletic Club Madrid pun resmi dibentuk. Klub itu notabene dikembangkan oleh mahasiswa Basque yang tinggal di Madrid. Statusnya sebagai cabang klub sepakbola dari Basque, Athletic Club Madrid pun mengenakan seragam bewarna strip biru dan putih, sama seperti Athletic Club.
Tidak seperti klub sepakbola lain di ranah matador, Athletic Club Madrid mampu bertahan dan menjaga sebagian besar pemain terbaiknya berkat keuangan dari klub induknya, Athletic Club.
Dua tahun setelah berdiri, Athletic Club Madrid menghadapi rival sekota yang sudah lahir lebih dulu, Madrid FC. Laga tersebut berakhir imbang 1-1. Kedua belah pihak klub ini pun bertemu di final kejuaraan nasional untuk pertama kalinya pada 1916.
Pertandingan tersebut terpaksa dihentikan ketika pendukung kedua tim terlibat pertikaian di tribun, kala itu Madrid FC masih memimpin dengan skor 3-1. Sejak saat itu perseteruan sengit semakin terjadi.
Dekade 1920-an menandai perubahan dalam tubuh kedua kesebelasan. Pada 1921, Athletic Club Madrid memutus afiliasi dengan klub yang bermarkas di Bilbao dan membangun stadion pertama mereka, Metropolitano. Tak pelak, Atletico menjadi perlambang identitas kaum buruh di ibukota Spanyol.
Berbeda dengan Madrid FC yang menjadi biji mata Raja Alfonso XIII. Yang Mulia Raja memberi gelar “Real” kepada Si Putih.
Setelah itu, kedua tim bertanding dalam tiga final regional sebelum berdirinya La Liga pada tahun 1929. Derby liga pertama terjadi pada 24 Februari 1929 di stadion Chamartin milik Real Madrid, pertandingan dimenangkan oleh tuan rumah dengan skor 2-1.
Pada awal 1930-an, Real Madrid menjadi penguasa ketika mereka meraih dua gelar La Liga dan satu Copa Del Rey sebelum terjadinya perang saudara di Spanyol, sementara di waktu yang sama Atletico sering berjuang di wilayah degradasi.
Perang saudara Spanyol sendiri terjadi tahun 1936 sampai 1939,kala itu kompetisi sepak bola dihentikan, hal itu tentunya membawa perubahan besar. Ketegangan Derby Madrid meningkat setelah Athletic Club Madrid bergabung dengan klub sepakbola angkatan udara Spanyol.
Kemudian mereka berganti nama menjadi Atletico Aviacion de Madrid yang mendapat ‘banyak persetujuan’ dari pemerintah otoriter baru, yaitu Jenderal Francisco Franco.
Sejak penggabungan itulah Atletico selalu dicirikan dengan rasa pemberontakan karena menjadi klub sepakbola yang dipaksakan menjadi pilihan rezim Franco.
Pasca perang saudara, Atletico memenangkan empat gelar la liga dan Real Madrid tidak pernah menang lawan mereka. Atletico Aviacion pun menjadi klub sepakbola paling sukses pada saat itu.
Lalu pada 1947, akhirnya klub memutuskan untuk berpisah dengan asosiasi angkatan udara itu dan menetapkan namanya menjadi Atletico de Madrid yang dikenal sampai sekarang. Pembelotan itu pun membuat rezim Franco bergeser ke Real Madrid pada 1950-an.
Selain itu, untuk memulihkan reputasi Spanyol yang dicap fasis pasca-Perang Dunia II, Franco juga menggunakan Real Madrid sebagai “duta besar”. Sederetan pemain bintang, seperti Alfredo di Stefano dan Ferenc Puskas, didatangkan.
Stadion Real Madrid pun dibangun megah di kawasan berkelas dan aristokrat Castellan. Tak heran jika Real Madrid kemudian berhasil merajai Piala Champions, kompetisi buah gagasan wartawan Prancis, Gabriel Hanot.
Kecemburuan muncul dari wilayah selatan kota Madrid. Di stadion baru di pinggiran sungai Manzanares, yang kemudian diberi nama Vicente Calderon, Atletico memupuk dukungan dari kaum buruh. Perseteruan Real dan Atletico pun dijuluki “sentimento de rebeldia”, atau perwujudan sikap membangkang.
Kemampuan Atletico mengimbangi kekuatan Real Madrid pun hanya terjadi di dekade 1940-an. Selepas masa keemasan itu, kekuatan Atletico di kompetisi domestik meluntur. Pada masa yang sama, Real Madrid berjaya baik di tingkat lokal maupun kontinental.
Pertukaran pemain di antara kedua tim pun sering terjadi. Santiago Bernabeu, mantan presiden Los Blancos yang namanya diabadikan untuk Stadion pernah bermain untuk Atletico pada era 1920-an. Real Madrid juga pernah meminjamkan penyerang Ramon Grosso kepada Atlético pada musim 1963/64 untuk menghindari degradasi.
Sedangkan pemain asal Meksiko, Hugo Sanchez, pernah bermain dan mencetak gol untuk kedua tim dalam pertandingan derby di era 1980-an.
Selama bertahun-tahun, Atletico Madrid dan Real Madrid telah bertemu 222 kali di semua kompetisi. Real Madrid unggul dengan 110 kemenangan, Atletico 56 kali menang, dan 56 kali hasil imbang. Dari segi trofi, Real Madrid jelas jauh lebih unggul dari Atletico.
Sementara, Cristiano Ronaldo menjadi pemain dengan torehan gol terbanyak di Derby Madrid yaitu 22. Sedangkan, Manolo Sanchis dan Francisco Gento jadi pemain yang paling banyak bermain di derby ini dengan 42 kali.
Meskipun pertandingan El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona dianggap sebagai pertandingan terbesar La Liga, banyak penggemar yang menganggap derby Madrid masih lebih istimewa. Hal itu pernah diakui oleh Alfredo Di Stefano, yang mengatakan bahwa klub yang paling ingin dikalahkan adalah tetangga mereka.