Keylor Navas resmi menjadi rekrutan anyar Paris Saint Germain. Penjaga gawang berusia 32 tahun ini dilaporkan bakal stay di tim ibukota hingga 2023 mendatang.
Dalam kesepakatan transfer Navas menuju PSG, klub besutan Thomas Tuchel juga turut menyertakan nama Alphonse Areola untuk dikirim ke Real Madrid. Bergabung dengan Paris Saint Germain, Navas pun dijanjikan bakal tempati posisi kiper utama. Dirinya akan memiliki pelapis Sergio Rico, yang baru saja digaet dari Sevilla.
Resmi menjadi bagian dari Les Parisians, Navas mengaku lega dan sangat bahagia.
“Aku sangat bahagia bisa bergabung dengan PSG. Setelah apa yang aku dapat di Spanyol, aku datang ke Prancis dengan sejuta harapan. PSG merupakan klub yang sangat prestisius. Aku akan lakukan yang terbaik demi membawa klub menuju tangga juara,”
“Aku akan membawa semua pengalamanku dan profesionalisme ku. Aku akan memenangkan hati para penggemar.” ujar Navas (dikutip dari AS)
Pergi meninggalkan Real Madrid, Keylor Navas mengirimkan sebuah ucapan terima kasih kepada Los Galacticos, dan tentunya kepada para penggemar. Melalui sebuah postingan video di media sosial instagram pribadinya, Navas menampilkan sejumlah momen pentingnya. Lima tahunnya yang dikemas dalam sebuah video singkat itu menandai kepopulerannya di tanah Spanyol, dan dunia.
“Terima kasih”, menjadi caption sederhana yang melengkapi masa-masa terindahnya bersama el Real.
Sebetulnya, situasi Navas di Real Madrid tak begitu buruk. Ia kerap menjadi andalan sebelum akhirnya Real Madrid masuk ke era baru, dimana Zidane pergi meninggalkan klub setelah sumbangkan trofi Liga Champions secara beruntun.
Semenjak Zidane pergi, Real Madrid mulai mambangun skuat baru dengan membeli sejumlah pemain termasuk di posisi penjaga gawang. Saat itu, Thibaut Courtois menjadi pilihan untuk mengawali era baru Los Galacticos. Karena memang sengaja didatangkan, kiper asal Belgia itupun mengancam posisi Keylor Navas. Benar saja, Navas mulai tak menjadi pilihan. Ia kerap dicadangkan, dengan Courtois menjadi pilihan utama pelatih saat itu.
Padahal, jika dilihat, prestasi eks kiper Chelsea tak terlalu mentereng. Malah, ia tampil dibawah standart. Dilansir dari opta, Courtois tampil melempem di 11 laga terakhir Real Madrid, dengan laga teranyar saat itu adalah saat melawan Villareal. Klub Kapal Selam Kuning tercatat berhasil menjebol gawang Courtois sebanyak dua kali.
Dalam 11 penampilan bersama Real Madrid, gawang Courtois telah kemasukan sebanyak 15 kali. Catatan itupun merupakan kegagalan clean sheet di liga terbanyak sepanjang kariernya, baik bersama Atletico Madrid di La Liga, maupun bersama Chelsea di Liga Primer Inggris.
Kala itu, Courtois terakhir mencatat clean sheet bersama Real Madrid adalah saat mereka lakoni laga di pekan ke 22 musim 2018/19. Saat itu, tepat pada 3 Februari 2019, Real Madrid berhasil mengalahkan Alaves di Bernabeu dengan skor 3-0 tanpa balas.
Secara keseluruhan, dari 38 penampilan bersama Real Madrid, Courtois sudah 52 kali kebobolan. Ia pun baru mengemas 10 cleansheet. Rasio kebobolannya pun mencapai 1,3 per laga.
Catatan itu masih lebih buruk dari Alphonse Areola, kiper anyar Real Madrid. Semenjak menghuni tim utama PSG, Areola telah catatakan 53 clenasheet dari 107 penampilan di berbagai ajang, dan hanya kebobolan sebanyak 87 kali.
Secara matematis, rasio kebobolan Areola selama membela PSG adalah sebear 0.81 gol tiap laga.
Gambaran itulah yang bisa saja mengancam posisi Thibaut Courtois di Real Madrid.
Kembali ke Navas, saat itu, Zidane yang kembali ditunjuk sebagai pelatih Real Madrid tak punya pilihan. Meski Courtois bukanlah kiper yang dibelinya, ia tetap mencoba untuk merancang generasi baru, yang tampak didukung oleh manajemen klub. Selain itu, Zidane juga tak bisa mengesampingkan kualitas kiper Belgia itu. Karena tak punya pilihan dan tak mau dijadikan sebagai penghangat bangku cadangan, Navas akhirnya meminta klub untuk menjualnya.
Dan tak butuh waktu lama, dirinya pun resmi diperkenalkan sebagai kiper baru Paris Saint Germain.
Navas akan selalu diingat sebagai kiper Real Madrid paling bersejarah yang mampu catatkan tiga trofi Liga Champions secara beruntun. Momen emas Madrid beberapa tahun terakhir tiba ketika Navas berada dibawah mistar. Dan Zinedine Zidane akan selalu memahami itu.
Navas tiba di Bernabeu setelah didatangkan dari Levante pada 2014 silam. Dia mencuri perhatian usai tampil apik bersama Kosta Rika di gelaran Piala Dunai 2014 Brasil.
Kala itu, Madrid mendatangkan Navas sebagai pelapis Iker Casillas, dengan rencana mengejar David De Gea semusim setelahnya. Namun uniknya, transfer De Gea gagal karena fax yang terlambat. Setelah itu, Casillas pun pergi, dan Keylor Navas dipercaya menjadi kiper nomor 1 Madrid.
Begitu mendapatkan nomor punggung 1, Navas langsung membuktikan kualitasnya. Zidane bahkan enggan mengejar Gianluigi Donnarumma atau Kepa Arrizabalaga, karena dia percaya pada Navas.
Setelah tiga trofi Liga Champions, empat trofi Club World Cup, tiga trofi UEFA Super Cup, satu trofi La Liga dan Supercopa de Espana, Keylor Navas dilepas begitu saja.
“Terima kasih, Keylor Navas!”
