Awal dekade 2000-an menjadi era-nya Arsenal, Arsene Wenger dan Thiery Henry. Bagaimana tidak, di bawah tangan dingin Wenger dan ketajaman Henry, Arsenal berhasil merengkuh gelar liga primer, piala FA serta Community Shield.
Arsenal memiliki banyak momen yang tak terlupakan selama musim ‘Invincibles’ mereka pada 2003/04, tetapi hanya sedikit penampilan yang memukau seperti kemenangan mereka saat melawan Inter Milan di Stadion Giuseppe Meaza.
Musim Liga Champions Eropa 2003/04, Arsenal tergabung di grup B bersama Inter Milan, Lokomotiv Moskow dan Dinamo Kyiv. Perjalanan ke Giuseppe Meaza pada minggu terakhir november 2003 adalah matchday kelima mereka di fase grup.
Ketika para pemain Arsenal berbaris di lorong stadion Giusepe Meaza. Mereka merenungkan awal yang buruk bagi kampanye Liga Champions mereka. Menjelang kick off, Arsenal hanya berbekal empat poin dari empat laga.
Inter Milan telah menghancurkan mereka ketika menang 3-0 dalam laga pertama yang berlangsung di Highbury. Arsenal kemudian bermain imbang di ibukota Rusia, melawan Lokomotiv Moscow, sebelum kalah 2-1 dari Dynamo Kyiv.Â
Beruntung dalam laga keempat, Mereka dengan susah payah menaklukan Dynamo Kyiv di kandang dengan skor tipis 1-0 berkat gol Ashley Cole. Di sisi lain, Inter saat itu telah mengoleksi 7 angka hasil dari dua kemenangan, satu imbang dan satu kekalahan.
Sesuatu yang istimewa diperlukan dalam matchday kelima untuk mengubah suasana hati para pemain Arsenal. Ketika itu, Arsene Wenger menurunkan skuad terbaiknya, termasuk Henry dan Robert Pirez. Mengingat laga tersebut menjadi penting untuk dimenangkan, Arsenal mulai dengan sigap, tetapi Inter segera menguasai pertandingan.Â
Marco Materazzi nyaris saja membuat gol lewat sepakan bebas, sementara Obafemi Martins mulai meneror bek Arsenal, Pascal Cygan. Sihir pertama Arsenal mulai bergerak ketika laga memasuki menit ke-25. Kerja sama apik Robert Pires, Ashley Cole dan Henry mampu diselesaikan dengan sempurna oleh Henry untuk membuka Skor.
Delapan menit kemudian, Inter membalas lewat sepakan Christian Viery, ketika bola yang sempat membentur kaki Sol Campbel gagal di jangkau Jens Lehmann.
Kedudukan imbang bertahan hingga turun minum, saat berada di ruang ganti Arsene Wenger memberi semangat para pemainnya, tiga poin menjadi hal yang sangat berharga kala itu. Memasuki babak kedua mereka berjuang untuk mendapatkannya.
Hanya butuh empat menit, Henry lagi-lagi menjadi momok menakutkan bagi pertahanan Inter, bergerak di sisi kiri, penyerang asal Prancis tersebut melakukan tusukan ke kotak penalti dengan giringan bola yang mumpuni, Henry lalu menipu dua pemain bertahan Inter sebelum mengirim umpan kepada Fredie Ljungburg, berdiri bebas di depan, Ljungberg tak sia-siakan kesempatan untuk membobol gawang Toldo. Meriam london pun kembali memimpin.
Pertandingan terus berjalan, kedua tim saling menyerang, tetapi, seiring dengan waktu yang terkikis, Arsenal semakin menggila, borongan tiga gol dalam lima menit terakhir seakan-akan telah memusnahkan seisi stadion Giuseppe Meaza.
Gol ketiga Arsenal diciptakan oleh Henry, bermula dari sepak pojok Inter yang gagal. Meriam london lalu melancarkan serangan balik cepat, Ray Paylor yang menyundul bola mengarah ke Henry, dari tengah lapangan pria berkepala plontos melakukan akselerasi cepat ke kotak penalti yang kala itu hanya di bayangi oleh Zanetti.
Dengan skill yang aduhai, Henry kemudian lakukan gerakan tipuan, dengan dua kali kontrol ia menghujamkan sepakan kaki kiri mematikan ke tiang jauh yang gagal di halau Francesco Toldo.
Henry lalu merayakan gol itu menuju ke pojok lapangan sambil meluncur di atas rumput dengan kedua kakinya, sorak sorai pendukung Arsenal pun mengiringinya ketika itu.
Tiga menit berselang, Arsenal menambah keunggulan menjadi 4-1, lagi-lagi Henry kembali berperan penting. Umpan datarnya ke kotak penalti gagal di sambut Ljungburg yang saat itu berhadapan dengan Toldo, namun bola yang meluncur deras kemudian berhasil di sambut oleh Edu yang tanpa kawalan untuk menceploskan bola ke gawang.
Arsenal melengkapi kesempurnaan malam itu lewat gol kelima yang diciptakan Robert Pires di menit ke 89. Setelah mendapat bola dari Jérémie Aliadière, pemain yang menggantikan Henry satu menit sebelumnya, Pires meskipun dengan susah payah berhasil membuat gol untuk Arsenal.
Skor kemenangan 5-1 untuk Arsenal pun bertahan hingga peluit panjang dibunyikan oleh Wasit.
Pada akhir laga, Henry dinobatkan sebagai pemain terbaik berkat dua gol dan sepasang assist. Malam itu tentu saja menjadi malam yang sempurna untuk Henry dan Arsenal serta menjadi malam yang buruk bagi Inter dan para pendukungnya.
Arsenal kemudian berhasil memastikan diri lolos ke fase knock out setelah di matchday terakhir menang 2-0 atas Lokomotiv Moskow. Dengan poin 10 mereka finis sebagai juara Grup mengalahkan Inter yang berada di urutan ketiga, Meski punya poin sama yaitu 8 namun Inter kalah produktivitas gol dari Lokomotiv Moskow yang membuatnya gagal lolos.
Sementara, Arsenal dalam liga champions musim itu terhenti di babak perempat final, kalah dari sesama tim asal london, Chelsea. Meski begitu mereka melanjutkan musim itu dengan sempurna ketika merebut premier league tanpa terkalahkan.