Siapa yang tak mengenal Zinedine Zidane ? Terlepas dari semua kontroversi yang pernah menyertainya, Zidane adalah pemain hebat yang pernah ada dalam sejarah sepakbola. Skill olah bola yang sangat berkelas, raihan trofi dan kepemimpinan yang baik telah membuatnya meraih predikat pemain terbaik dunia sebanyak 3 kali.
Zidane mungkin memang sudah ditakdirkan untuk menjadi legenda. Pria bernama lengkap Zinedine Yazid Zidane itu dianugerahi sentuhan emas dan otak genius dalam olahraga sepak bola.
Setelah memutuskan pensiun, Pemain kelahiran 23 juni 1972 ini melanjutkan profesinya sebagai seorang pelatih. Karirnya sebagai pelatih pun juga terbilang sukses, Zidane berhasil bawa Real Madrid raih tiga trofi liga champions dan beberapa gelar lainnya.
Zidane memang sudah mengakhiri karirnya sebagai pemain profesional sejak lebih dari satu dekade yang lalu, namun aksi-aksinya di lapangan masih bisa dinikmati dan dikenang hingga sekarang.
Momen-momen brilian zidane ketika mengecoh lawan, mendribel bola, melakukan umpan, dan mencetak gol sangat lah melegenda. Termasuk momen yang terjadi di piala eropa 2000 ketika Zidane berhasil membawa negaranya menjadi juara.
Performa memikat Zidane di piala eropa 2000 menjadikannya salah satu pemain hebat sepanjang masa. Di turnamen yang berlangsung di Belgia dan Belanda, di mana Zidane yang sedang benar-benar di masa jayanya, semakin membuktikan diri sebagai salah satu pemain kelas wahid.
Dari pertandingan pembukaan melawan Denmark hingga laga final melawan Italia, ‘Zizou’ bersinar terang, menaklukkan lawan-lawannya dengan cara yang cerdas, permainan yang indah, skill yang mumpuni, dan visi-misi yang terarah.
“Saya memiliki keyakinan pada diri saya sendiri,” zidane mengenang.
“Saya akan mengatakan 2000 adalah salah satu tahun terbaik dalam karir saya. Semua yang saya lakukan, saya lakukan dengan baik.” Ujar Zidane (Dikutip dari UEFA.COM)
Tim nasional Prancis 2000 dipenuhi dengan kemampuan pemain-pemain muda seperti Thierry Henry, Patrick Vieira dan Nicolas Anelka yang mampu bekerja sama dengan baik dengan pemain berpengalaman semacam Marcel Desailly, Laurent Blanc serta Didier Deschamps.
Tetapi kemenangan Prancis hampir pasti tak akan terjadi tanpa kontribusi besar dari seorang maestro, Zinedine Zidane. “Kami merasa sangat percaya diri, tetapi bagi saya EURO lebih sulit untuk dimenangkan daripada Piala Dunia,” zidane menjelaskan.
“Hanya ada tim-tim besar. Di Piala Dunia kamu punya waktu untuk pergi, tetapi di sini kamu tidak mampu membuat bahkan satu kesalahan.” kenangnya
Dalam laga pertama lawan Denmark, Zidane tampil gemilang. Meskipun tidak mencetak gol, tapi pengaruhnya di lapangan sangat besar. Zidane sering melakukan akselerasi dengan bola, berlari melewati tiga hingga empat pemain lawan dengan memainkan satu-dua yang luar biasa. Sementara dari arah penonton, terdengar teriakan “Zi-Zou, Zi-zou”.
Tak berselang lama dari aksi Zidane melewati beberapa pemain tersebut, Prancis membuka skor di menit ke-16, bermula dari Laurent Blanc yang melakukan tusukan ke area lawan, Blanc lantas memberikan umpan kepada Anelka yang lolos dari jebakan Off side, usaha Anelka untuk melewati hadangan kiper gagal, namun bola muntah berhasil di sambar Blanc dan menjadi gol.
Gol kedua diciptakan oleh Henry di menit ke 64, kali ini ada peran penting dari Zidane atas terciptanya gol tersebut. Zidane memberikan umpan pendek kepada Henry yang lantas melakukan solo run dari tengah lapangan, Henry kemudian menaruh bola ke sisi kiri gawang Peter Schemeicel.
Di akhir laga, Sylvain Wiltord menambahkan gol yang ketiga untuk Prancis. Kemenangan 3-0 adalah awal yang mendominasi dari Perancis dan Zidane, tetapi ujian yang lebih berat harus mereka hadapi di laga selanjutnya.
Dalam pertandingan kedua Prancis harus melawan Republik Ceko yang punya beberapa pemain hebat seperti Pavel Nedvěd, Karel Poborský dan pemain jangkung, Jan Koller.
Zidane kembali menunjukan kemampuan magisnya dalam laga ini. Namun, Henry lah yang mampu membuka skor saat laga baru berjalan selama tujuh menit.
Tidak lama sebelum Henry cetak gol, para pendukung prancis dari arah tribun kembali meneriakkan nama ‘Zidane’, setelah pemain keturunan Aljazair itu lolos dari hadangan dua pemain bertahan Ceko lewat aksi yang memikat.
Dalam pertandingan itu, Prancis mampu memenangi laga dengan skor 2-1, yang membuat Les Bleus sekaligus memastikan diri lolos ke perempat final.
Menghadapi Belanda di pertandingan terkahir grup, Prancis mengistirahatkan beberapa pemain pentingnya termasuk Zidane. Sayang, keputusan itu berbuah hasil negatif, karena Prancis harus takluk 3-2 dari tim oranye.
Setelah tidak dimainkan dalam laga kontra Belanda. Pelatih prancis kembali memainkan Zidane pada perempat final lawan Spanyol di Stadion Jan Breydel, Bruges.
Penampilan terbaik Zidane terjadi dalam laga tersebut, playmaker berkepala plontos ini sering merepotkan para pemain bertahan Spanyol lewat aksi-aksinya lakukan penetrasi ke jantung pertahanan Spanyol.
Selain itu, kemampuannya melindungi bola, gocekan-gocekan berkelas dan passing-passing terukurnya tidak hanya memanjakan rekan setimnya, namun juga membuat pemain Spanyol dibuat tak berdaya.
Kemampuan magis seorang maestro terlihat di menit ke 32, mendapat kesempatan untuk melakukan tendangan bebas, Zidane tak menyia-nyiakannya. Tendangan bebas indah dari jarak sekitar 20 meter yang mengarah ke sisi kanan gawang Spanyol memecah kebuntuan tim nasional Prancis.
Tak berselang lama, Gaizka Mendieta berhasil menyamakan kedudukan dari titik penalti di menit ke-38. Meski begitu, selama pertandingan Spanyol nampak kesulitan menguasai bola, karena ada otak genius bernama Zidane dilini tengah. Jelang turun minum, Gelandang Youri Djorkaeff menambah gol kedua untuk Prancis.
Tak ada gol tambahan yang terjadi di babak kedua, penampilan cemerlang dari Zidane sepanjang laga pun membawa Prancis menang dan berhak lolos ke semifinal.
Dalam laga semifinal, aksi Zidane kembali merepotkan pertahanan lawan, saat itu Portugal yang jadi lawannya. Zidane mengisi peran playmaker yang sempurna. Dengan mudah bermain-main dan menghadapi tantangan serta meluncurkan serangan demi serangan.
Les Bleus kebobolan lebih dulu lewat sepakan kaki kiri Nuno Gomes dari luar kotak penalti. Tak berselang lama prancis memperoleh peluang emas, bermula dari Blanc yang mengirim umpan datar ke Zidane, Zidane kemudian membawa bola dari tengah, lewat skill mahirnya, ia mengelabui dua hingga tiga pemain Portugal.
Sempat melakukan umpan satu dua dengan Henry, zidane lalu mengirim bola kepada Viera, Viera memberikan bola kepada Henry yang akhirnya melakukan tendangan ke arah gawang, namun bola masih melambung tinggi.
Prancis kemudian menyamakan kedudukan setelah babak kedua berjalan enam menit, lewat kaki Thiery Henry. Skor imbang mengakhiri babak 90 menit.
Laga pun berlanjut ke babak extra time. Disinilah momen penting itu tiba, tepatnya tiga menit sebelum akhir perpanjangan waktu, prancis mendapatkan peluang di kotak penalti, bola muntah mengarah ke Wiltord yang melakukan tembakan, namun tembakannya mengenai tangan Abel Xavier dan wasit pun menunjuk titik putih.
Ketika protes pemain portugal menunda tendangan penalti, ketegangan menjadi hampir tak tertahankan. Namun, seorang Zidane tetap tenang sepenuhnya. Zidane yang mengambil penalti mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, bola di taruh ke sisi kanan gawang Vitor Baia. Aturan Gol emas pun mengantar Prancis ke Final.
Laga final mempertemukan Prancis lawan Italia, di mana kecupan terakhir Blanc ke kepala Barthez akan menandakan dimulainya final yang menegangkan.
Tendangan Voli pemain Italia, Marco Delvecchio membuka keunggulan di menit ke-55, namun Prancis tak menyerah, lewat pemain andalannya mereka mencoba menyamakan kedudukan.
Dalam beberapa kesempatan Zidane kembali memperlihatkan kejeniusannya mengolah si kulit bundar, ketika bola berada di kaki Zidane maka pertahanan Italia akan terancam.
Menghentikan Zidane tidak cukup dengan satu atau dua pemain, ketika para pemain Italia mencoba menghentikannya, maka akan ada ruang kosong yang bisa dimanfaatkan Zidane untuk memberikan umpan kepada rekan setimnya.
Berkat usaha keras dari Zidane dan seluruh pemain, Prancis berhasil samakan kedudukan di masa injuri time lewat Silvain Wiltord. Prancis akhirnya keluar sebagai juara setelah David Trezeguet mencetak gol emas di babak perpanjangan waktu lewat sepakan voli kaki kirinya.
Di akhir turnamen Zidane menyabet gelar sebagai pemain terbaik. Torehan dua golnya serta aksi-aksi briliannya di lapangan telah menghipnotis para penonton yang melihatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tidak seperti pada tahun 1998 dan 2006, Zidane tidak mencetak gol dalam laga final ini. Namun tanda yang ditinggalkan oleh sang jenius sepakbola ini pada turnamen secara keseluruhan tidak akan pernah dilupakan.
Kemenangan pada Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 adalah salah satu dari sekian banyak permata dalam karier gemilang Zinedine Zidane, yang membentang dari tahun 1989 hingga 2006.