Sepakbola merupakan olahraga yang kerap menimbulkan momen-momen tak terduga. Selain itu, olahraga sebelas lawan sebelas ini juga tak jarang memunculkan momen sedih dan menyakitkan hingga membuat para pemain menitikan air mata.
Pada kesempatan kali ini, starting eleven akan menyajikan lima momen tangisan pemain sepak bola hebat paling bersejarah.
Kehilangan trofi Copa America di edisi sebelumnya, Messi tetap dengan gagah memimpin rekan-rekannya diatas lapangan untuk kembali bertanding di partai puncak.
Melalui persaingan sengit selama 120 menit, pertandingan harus ditentukan melalui adu pinalti. Namun lagi-lagi, Messi kembali gagal menyumbangkan gelar Copa America bagi Albiceleste. Pemain Argentina itu gagal melakukan tendangan penalti dan rekan-rekan setimnya tidak bisa menyelamatkan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Kekalahan melawan Chile memberi pukulan telak bagi Messi. Ia kecewa dan tak mampu meredam air matanya. Saat itu, Messi bahkan sempat mengumumkan pensiun dari Timnas sebelum akhirnya memutuskan kembali.
2. Cristiano Ronaldo
Timnas Portugal berhasil mencapai partai final Piala Eropa 2016. Mereka menghadapi Prancis di Stade de France untuk memainkan pertandingan puncak.
Perlu diketahui bahwa laga tersebut merupakan final pertama Potugal setelah lebih dari satu dekade terakhir. Oleh karena itu, tim samba Eropa tak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Tampil dengan semangat menggebu-gebu, bintang mereka, Ronaldo, justru harus dipaksa keluar ditengah-tengah laga. Ia mendapat tekel keras hingga mengalami cedera yang cukup parah.
Karena tak tahan dan merasa kecewa dengan apa yang baru saja menimpanya, Ronaldo terus berderai air mata. Ia menangis dan memilih untuk menemani tim di pinggir lapangan.
Dengan semangat yang terus diberikannya, Portugal akhirnya sukses memecah kebuntuan melalui gol yang dicetak oleh Eder. Setelah peluit panjang dibunyikan, Ronaldo tak mampu membendung air mata karena tak percaya bahwa negaranya baru saja memenangkan trofi Piala Eropa.
3. Pele
Beberapa pesepakbola dan manajer berlinang air mata setelah mengklaim juara yang telah diraih. Akan tetapi, sangat sedikit di antara mereka yang merayakan kemenangan secara emosional seperti apa yang dilakukan bintang muda Brazil, Pele, pada tahun 1958.
Pele yang saat itu masih berusia 17 tahun turut menjadi bagian dari tim samba yang menghentikan perlawanan Timnas Swedia di partai puncak. Menang dengan skor 5-2, Pele mencetak dua gol diantaranya.
Tangisan Pele saat itu kabarnya dipersembahkan untuk mendiang sang ayah yang ingin melihat Brasil menjuarai Piala Dunia.
4. Diego Maradona
Setelah memimpin negaranya untuk mengklaim edisi Piala Dunia sebelumnya, sang dewa sepakbola, Diego Maradona kembali membawa Tim Tango tampil di partai puncak ajang paling bergengsi itu. Kali ini, mereka bertemu Jerman di laga final yang diselenggarakan di Italia pada tahun 1990.
Karena menjadi dua negara yang begitu luar biasa, baik Jerman maupun Argentina sama-sama memberi tekanan. Maradona menjadi harapan publik untuk kembali memberikan trofi Piala Dunia bagi negara yang beribukota di Buenos Aires.
Namun sayang pertandingan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Argentina harus mengakui kedigdayaan Jerman dengan skor 1-0. Seusai pertandingan, Maradona mulai mengambil medali peraknya. Akan tetapi karena besarnya tekanan emosi dari para penggemar, pemain yang pernah merumput bersama FC Barcelona itu tak mampu menahan air mata.
Ia tak mampu menyembunyikan kesedihan dan menangis di depan para penggemar.
5. Ronaldo il fenomeno
Ketika itu, Ronaldo adalah sebuah fenomena. Ia begitu mahir mengolah si kulit bundar hingga dijuluki sebagai bintang besar milik Inter Milan. Namun selain dikenal berkat talentanya, Ronaldo juga dikenal sebagai pemain yang mengalami cedera sangat parah pada medio 90an.
Kala itu, Ronaldo harus rela ditandu keluar dengan berlinang air mata saat tahu dirinya telah mengalami cedera lutut yang tak terbanyangkan. Setelah insiden tersebut, Ronaldo harus absen selama enam bulan dan baru bisa merumput kembali pada April 2000.
Tangisan Ronaldo saat sedang memegangi lutunya pun menjadi salah satu tangisan paling bersejarah dalam dunia sepak bola.