17 tahun berkarier di lapangan hijau, Ferguson yang berposisi sebagai penyerang mampu sarangkan 170 gol dari 317 penampilan yang dijalani. Setelah puas berkarier sebagai pemain, Fergie, sapaan akrabnya, akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu.
Namun karena kecintaannya terhadap si kulit bundar sulit untuk dibuang, Fergie lalu melanjutkan karier sebagai seorang pelatih.
Alexander Chapman Ferguson, lahir pada 31 Desember 1941 di Govan, sebuah distrik pembuatan kapal Glasgow di Skotlandia. Setelah memutuskan untuk berhenti bermain sepakbola usai membela klub terakhirnya, Ayr United pada Juni 1974, Fergie berhasil mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai seorang manajer.
Ketika itu, East Stirlingshire menunjuk Fergie yang pada saat itu masih berusia 32 tahun. Namun, pekerjaannya sebagai seorang manajer hanya sebatas part-time. Ia digaji oleh Strilingshire sebesar 40 pounds atau 728 ribu rupiah per-pekan.
Dimasa awal kepelatihannya, Fergie langsung dibuat bingung dengan kondisi klubnya saat itu. Namun dengan sikap tegas dan tak kenal ampun, Fergie tetap melanjutkan pekerjaannya.
Kariernya di East Stirlingshire tergolong sangat singkat. Hanya empat bulan melatih, Fergie langsung mendapat tawaran melatih dari St Saint Miren. Keputusan untuk pindah ke Saint Miren yang pada saat itu berkompetisi di Divisi Dua Liga Skotlandia ternyata jadi pilihan tepat untuknya.
Mengarsiteki klub berjuluk The Buddies jadi tonggak sejarah pribadi Ferguson untuk memantapkan posisinya sebagai manajer yang patut diperhitungkan di Skotlandia.
Perlahan tapi pasti, setelah musim pertamanya berjalan mulus, Fergie yang menggantikan Jock Stein, akhirnya muncul sebagai manajer jawara dengan membawa St Miren menjadi juara Divisi Dua Liga Skotlandia di akhir musim 1976/77.
Kala itu, Fergie dikenal sebagai pelatih yang pandai meramu kumpulan pemain muda menjadi sebuah kekuatan luar biasa di tanah Skotlandia. Sukses bersama St Miren ternyata membawa berkah baginya. Setelah sebelumnya sempat diisukan alami cekcok dengan manajemen klub tersebut, klub elite Skotlandia, Aberdeen, menunjuknya untuk menggantikan posisi Billy McNeill.
Selama empat musim di sana (1974-1978), Fergie berhasil menyulap St Mirren yang sebelumnya berkutat di papan bawah Divisi 2 menembus Divisi 1 liga sepakbola Skotlandia. Pemilik klub saat itu membayangkan hal-hal bagus andai Fergie bertahan. Namun ia memilih pergi.
Tiba di Aberdeen menjadi tugas berat bagi Fergie. Selain dituntut untuk runtuhkan dominasi duo Glasgow, Fergie yang masih berusia 37 tahun tak benar-benar mendapat penghormatan. Bahkan dari para pemainnya sendiri.
Langkah pertama yang diambil Fergie saat itu adalah dengan merekrut Archie Knox dari Forfar sebagai asisten. Pria yang dikenal hanya miliki dua metode: disiplin dan kerja keras itu akhirnya menjadi pilihan tepat bagi Fergie.
Fergie dan Knox menjadi dua teror serius Aberdeen di tanah Skotlandia. Para pemain saat itu mulai memperhitungkan keberadaannya. Bahkan, para pemain mulai takut untuk tidak mengindahkan instruksinya.
Jika kalian pernah mendengar istilah hairdryer treatment ala Ferguson, yang kerap terdengar di Manchester United, maka Aberdeen menjadi tim pertama yang merasakan treatment tersebut. Salah satu pemain yang paling sering mendapat perlakuan khusus tersebut adalah Gordon Strachan. Bahkan, dirinya mengaku sempat akan disiram air panas oleh pelatih yang gemar mengunyah permen karet itu.
Namun buah dari kedisiplinan luar biasa yang diterapkan Fergie, Aberdeen menjadi klub yang disegani di Skotlandia.
Di musim pertamanya, Fergie memang tak benar-benar mampu bawa kesuksesan ke kubu Aberdeen. Ia hanya bisa membawa Aberdeen menyelesaikan Liga Premier Skotlandia di peringkat keempat dengan 40 poin. Sementara, yang bertengger di puncak klasemen ketika itu Celtic dengan 48 poin.
Namun di musim kedua, setelah ketambahan beberapa pemain baru di bursa transfer musim panas dan memaksimalkan para pemain bintang Aberdeen kala itu seperti Jim Leighton, Alex McLeish, dan Gordon Strachan, kerja Fergie mulai membuahkan hasil.
Di musim 1979/80, Fergie dan skuat baru Aberdeen akhirnya meraih gelar juara Liga Premier Skotlandia. Aberdeen juara dengan total poin 48, satu poin lebih banyak dari Celtic yang berada di posisi kedua. Namun meski berkesempatan bermain di Liga Champions, mereka harus tersingkir setelah kalah dari Liverpool dengan agregat 0-5.
Kegagalan di Eropa kemudian membuat penampilan Aberdeen di liga menurun. Mereka gagal mempertahankan gelar setelah Celtic kembali ke jalur juara. Memang tak seluruhnya kerja keras Ferguson berbuah kegagalan. Pasalnya, Fergie masih terobati dengan raihan gelar juara di ajang Piala Skotlandia 1981/82.
Dari sinilah, Fergie mulai cari cara untuk bisa temukan kejayaan di Eropa. Berstatus sebagai juara Piala Skotlandia membuat Aberdeen berhak atas kompetisi Piala Winners.
Mendapati dirinya tampil di Piala Winner, Fergie seolah tidak menghiraukan Liga Premier Skotlandia yang gagal di menangkannya. Ia secara mengejutkan berhasil memenuhi headline media Eropa usai membawa Aberdeen meraih gelar juara Piala Winner. Gelar Eropa pertama Fergie itu berhasil diraih setelah mengalahkan Real Madrid, pada 11 Mei 1983, dengan skor 2-1.
Perjalanan Aberdeen saat itu tak main-main. Mereka harus bertemu dengan sejumlah lawan berat, termasuk Bayern Munchen. Puluhan ribu suporter Aberdeen yang sampai rela datang ke Swedia dengan menggunakan perahu dan tidur di jalanan Swedia pun akhirnya pulang ke Skotlandia dengan hati gembira, usai Aberdeen menang atas Madrid.
Kemenangan atas Madrid menjadi salah satu faktor krusial dalam karier Fergie. Terlebih setelahnya Fergie juga sukses membawa Aberdeen meraih trofi bergengsi lain: Piala Super Eropa. Dalam laga yang mempertemukan Juara Piala Winners dan Juara Piala Champions Eropa itu, Aberdeen mengalahkan Hamburger SV dengan agregat 2-0.
Pada 6 November 1986 atau tiga tahun sejak musim monumental tersebut, Fergie memutuskan berlabuh ke Manchester United. Meski sempat di halang-halangi oleh manajemen Aberdeen, Fergie bulatkan tekad untuk bangun dinastinya sendiri di Old Trafford.
Tercatat, Fergie sudah sumbangkan sejumlah trofi bergengsi di lemari Piala Aberdeen, seperti Scottish Premier League sebanyak tiga kali, trofi Scottish Cup sebanyak empat kali, trofi Scottish League Cup sekali, trofi Drybrough Cup sekali, trofi UEFA Cup Winners Cup sekali, dan UEFA Super Cup sekali.