Footballovers, siapa yang tak kenal Samuel Eto’o dan Didier Drogba ? Ya, kedua pemain ini adalah dua legenda sepakbola Afrika. Karir mereka berdua sangat cemerlang. Torehan gol, Raihan trofi dan beberapa penghargaan individu membuatnya di kenal dunia.
Dalam karirnya bersama beberapa klub, Eto’o menjadi penyerang mematikan yang pernah ada, tak terkecuali saat memperkuat Barcelona dan Inter Milan pada rentang waktu 2004 hingga 2011, di mana Eto’o sukses gelontorkan rata-rata 20 gol tiap musim. Dirinya juga sukses pernah membawa Barca dan Inter raih treble winners dalam satu musim kompetisi.
Sedangkan Didier Drogba juga tak kalah menakutkannya, bersama Chelsea, penyerang asal Pantai Gading ini mencetak total 157 gol dari 341 penampilan selama delapan musim berada di Stamford Bridge. Sebelumnya Drogba juga menjadi striker berkelas di Ligue 1 bersama Marseile.
Mereka berdua juga menjadi andalan dan sumber inspirasi bagi negaranya masing-masing.
Namun sedikit yang tahu, sebelum mereka menjelma menjadi bintang sepakbola dunia, baik Eto’o ataupun Drogba nyaris bergabung dengan klub asal Prancis, Paris Saint Germain.
Kejadian yang di alami oleh Eto’o terjadi saat dirinya masih muda dan belum bergabung dengan klub liga Spanyol. Saat remaja dulu, Eto’o rupanya pernah jadi warga ilegal di Prancis. Di negeri tersebut, dia sudah menunjukkan bakat-bakat mengolah si kulit bundar.
Pada suatu ketika, Eto’o remaja berkesempatan untuk melakukan ujicoba di PSG. Tapi pada prosesnya, Eto’o urung diizinkan melakukan trial karena PSG enggan menerima pemuda tanpa dokumen tinggal resmi.
Di situlah titik balik hidup Eto’o terjadi. Penyerang yang telah buktikan diri sebagai yang tertajam, mengklaim jika PSG saat itu menerimanya berlatih, dia akan mendapat dokumen Prancis dan punya kans membela timnas prancis.Â
Namun keruwetan birokrasi menghentikan ambisinya kala itu. Hal ini di ungkapkan oleh Samuel Eto’o pada suatu kesempatan tahun 2009 silam.
“Aku seorang yang tidak berdokumen. Saya tidak bisa hidup dan bergerak bebas. Dan sepakbola, yang merupakan hidup saya, tidak memberi saya sesuatu yang baik.”
“Saya mencoba menampilkan diri pada hari seleksi yang diselenggarakan oleh PSG, tetapi karena saya tidak punya surat-surat, saya ditolak di pintu depan. Saya bertemu kegagalan lain di Le Havre dan saya pikir saya pergi ke Cannes juga, tetapi tidak berhasil. Setelah sembilan bulan, saya kembali ke Kamerun,” kata Eto’o (Dikutip dari Footmercato)
Dilansir dari France 24 pada 2014, Eto’o mengatakan bahwa saat pertama kali menginjakkan kaki di Prancis, ia mengaku telah membuat keputusan yang salah, karena tak membawa dokumen resmi. Selain itu, karena saat itu tak memiliki dokumen, Eto’o bahkan jarang keluar rumah karena takut ditangkap oleh pihak yang berwajib.
“Saya membuat keputusan yang salah, seperti anak muda Afrika yang bermimpi untuk berhasil di Eropa, saya memutuskan untuk tetap tidak berdokumen, saya datang ke Prancis hanya dengan visa 10 hari. di Marseille, Avignon dan setelahnya, saya memutuskan untuk tinggal di Paris, Notre-Dame. Saya tinggal di sini beberapa bulan,” kata Samuel Eto’o .Â
“Itu adalah masa yang sulit karena saya tinggal di Paris selama beberapa bulan, dan saya keluar dari rumah saya dua atau tiga kali karena pada saat itu semua orang dicurigai tidak memiliki dokumen. ketika Anda tertangkap, Anda dikirim pulang, itu benar-benar sulit karena ketika saya pergi itu sangat dingin.” tambahnya (Dikutip dari France 24)
Akhirnya di Spanyol Samuel Eto’o akan menemukan pintu gerbang menuju kehebatan. “Saya menandatangani kontrak dengan Real Madrid dan di sana, impian saya menjadi kenyataan.” Ucap Eto’o (France 24)
Dari Real Madrid ke Mallroca dan lalu ke FC Barcelona, pencetak gol terbanyak dalam sejarah Kamerun didorong oleh keinginan yang mendalam. “Aku hanya punya satu keinginan, untuk membuktikan kepada dunia bahwa sedikit ‘hitam’ bisa sebagus yang lain jika dia memiliki sarana untuk mengekspresikan dirinya.”
“Sebelum saya melakukannya, George Weah, Abedi Pele, Roger Milla, Samuel Kuffour,” kata Samuel Eto’o. “Kami tidak pernah dianggap cukup serius, aku ingin menandai waktu.” Ujarnya lagi
Cerita lain juga hadir dari Didier Drogba, waktu masih muda ia nyaris bermain di klub PSG sebelum akhirnya bergabung dengan klub-klub prancis lainnya seperti Le Mans, Guingamp dan Marseile.
Dalam buku Authobiografinya, Drogba menceritakan perjalanan karirnya termasuk saat dirinya hampir bermain untuk klub yang kini telah merajai prancis tersebut di usia 18 tahun.
Pada waktu itu Drogba sedang menjalin kesepakatan dengan manajemen PSG, namun Drogba merasa ada yang tidak beres dalam negosiasi tersebut, ia mengaku merasa di permainkan oleh PSG. Drogba pun tak jadi bergabung dengan Les Perrisiens karena kasus yang hampir sama dengan Eto’o.
“Mereka (PSG) menawari saya kontrak training untuk 7000 franc atau sekitar 90 juta sebulan, jumlah yang besar untuk saya pada saat itu, Nike juga menawari saya 7 pasang sepatu, sementara saya menabung untuk membeli pasangan sepatu yang berharga pada saat itu. Dan akhirnya, saya diberi satu buah mobil Opel Tigra “, Ujarnya
Saat Drogba sedang menunggu untuk melakukan penandatanganan kontrak, tapi yang terjadi justru pihak PSG tidak menunjukan kehadirannya, Drogba pun merasa kebingungan karena harus menunggu waktu yang cukup lama.
“Pada saat terakhir, seorang petugas menghapus kontrak dari tabel untuk menambah atau memodifikasi klausa. Waktu berlalu dengan menyakitkan. Lima menit menjadi 10, lalu 20 menit. Tidak ada yang kembali. Saya mulai memiliki firasat buruk. Apa yang terjadi? Dimana mereka? Apakah mereka berubah pikiran? Sepertinya tidak ada yang menunjukkan minat pada saya.”
“Itu bukan awal yang sangat baik. Tiba-tiba, saya mulai ragu. Untuk benar-benar ragu. “Yah, aku meninggalkan mereka lima menit lagi. Jika mereka tidak kembali saat itu, saya akan pergi. ”Â
“30 menit. “Lanjutkan, lima menit lagi,” aku bernegosiasi pada diriku sendiri. 35 menit. 40. “Yah, itu sudah cukup, aku menarik diriku.” Saya bangkit dan pergi, bingung dengan apa yang terjadi.” Kata Drogba (Dikutip dari 90min)
Tak disebutkan secara jelas alasan PSG menolak Drogba, namun yang jelas pihak PSG tidak menemui Drogba setelah sebelumnya mereka menunjukan minat terhadap pemuda pantai gading tersebut.
Sangat kecewa dengan perilaku para pemimpin klub ibu kota Prancis itu, Drogba memutuskan untuk menyerah, namun pada akhirnya tidak ada penyesalan, Drogba telah menandatangani kontrak di Le Mans beberapa bulan kemudian. Sisanya kita tahu sendiri. Drogba telah raih kejayaan bersama beberapa klub, termasuk raih gelar liga champions bersama Chelsea pada 2012.