Leonardo Bonucci lahir pada 1 Mei 1987 di Viverbo Italia. Ia lahir dari pasangan Claudio dan Dorita Bonucci. Bonucci lahir dari anak yang merupakan seorang pengusaha. Saat masih kecil dulu, Bonucci memiliki tubuh yang relatif gemuk, namun ia tetap bersemangat untuk bermain bola.
Karena melihat anaknya begitu semangat bermain bola, ayahnya lalu mendukung dengan mendaftarkan Bonucci di tim Pianoscarano. Disana, ia belajar banyak hal dan mulai menemukan latihan yang pas untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Kegemaran Bonucci terhadap sepak bola semakin memuncak setelah sang ayah dan kakaknya juga mencintai sepak bola.
Di tahun 2004, Bonucci berlatih di tim Verbia. Ketika itu, ia baru berumur 13 tahun dan tergabung kedalam kelompok usia 15 tahun. Karena dinilai bertalenta, Bonucci direkrut Inter Milan pada tahun 2005.
Ia tergabung di tim U-20 dan memenangkan piala di turnamen usia muda persepak bolaan Italia. Pada 14 Mei 2006, Bonucci melakukan debutnya di Serie A pada pertandingan terakhir musim 2005/06, melawan Cagliari. Itu merupakan pertandingan kompetitif ke-3.500 Inter.
Dia lalu memainkan pertandingan Coppa Italia pertamanya melawan Messina pada 9 November 2006. Selain itu, Bonucci juga memainkan dua pertandingan Coppa Italia lainnya dimana Inter berhadapan dengan Empoli dan Sampdoria.
Namun sayang, menumpuknya pemain bertahan Inter saat itu memaksa Bonucci untuk keluar. La Beneamata pun menjual Bonucci ke Treviso.
Di Treviso, Bonucci membuat 20 start dalam 27 penampilan Serie B. Di musim berikutnya, ia memainkan 13 pertandingan Serie B untuk Treviso sebelum hijrah ke Pisa.
Namun tak lama setelah itu, Bari meminati Bonucci dan sang pemain menerima tawaran klub tersebut. Di Bari, ia menjadi pemain tim utama di bawah pelatih kepala Gian Piero Ventura. Bonucci mulai dikenal sebagai bek tangguh dan efektif.
Kemudian pada tahun 2010, Bonucci diminati Juventus dan menandatangani kontrak selama empat tahun bersama klub Turin. Berduet dengan Giorgio Chiellini di lini belakang, Bonucci semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu bek terkuat di dunia.
Saat Juve kehadiran bek veteran, Andrea Barzagli, Bonucci dituntut untuk mau bersaing demi tempat utama. Namun, pelatih Antonio Conte bereksperimen dengan menempatkan tiga defender di lini pertahanan. Hasilnya, Bonucci bersama dengan dua koleganya sukses membentuk lini pertahanan terkuat di dunia.
Bonucci dikenal sebagai pemain yang sangat lekat dengan nomor punggung 19. Ia sengaja memilih nomor tersebut sebagai bentuk dedikasi kepada sang istri dan anak-anaknya. Bonucci mengaku nomor tersebut merupakan tanggal pernikahannya dengan sang istri.
Di tahun 2012, Bonucci mendapat musibah. Saat itu, ia harus melawan kawanan perampok. Akan tetapi bek Juventus membuktikan bahwa ia adalah sosok yang sulit ditembus, dengan menghajar seorang perampok bersenjata.
Hal itu dilakukannya ketika sedang dalam perjalanan menuju dealer mobil Ferrari. Secara tiba-tiba, ia dikejutkan oleh seorang perampok bersenjata yang hendak menyerangnya.
Seketika Bonucci turun dari mobil, dan meninggalkan istri serta anaknya terkunci di dalam mobil. Perampok tersebut dilaporkan baru saja meminta jam tangan yang dikenakan Bonucci, sebelum akhirnya bek 32 tahun tersebut mendaratkan pukulan ke wajah si perampok.
Pukulan tersebut rupanya cukup membuat si perampok terjerembab ke jalan, sambil kemudian melarikan diri menggunakan skuter. Tak berhenti di situ, Bonucci rupanya masih berusaha mengejar si perampok.
Seperti yang diberitakan media setempat, perampok yang gagal tersebut tetap berusaha melarikan diri sambil berteriak akan menembak Bonucci jika terus mengejar. Setelah ia, sang pemain pun berhenti dan membiarkan perampok pergi.
Di tahun yang sama, Bonucci berhasil memenangkan scudetto pertamanya bersama Juventus. Sejak saat itu, ia menjadi bagian utama Juventus yang terus mendominasi Italia.
Di musim 2014/15, Bonucci tampil di pertandingan ke-200 nya bersama Juventus tepat pada 25 Januari 2015. Saat itu, ia membawa Juve menang 2-0 atas Chievo
Selain itu, ia juga turut antarkan Juve ke final Liga Champions Eropa. Namun sayang, Si Nyonya Tua harus tumbang di tangan FC Barcelona.
Final Liga Champions tersebut bukan yang pertama bagi Bonucci. Pada musim 2016/17, ia juga mampu tampil di partai puncak kompetisi ter elit Eropa itu. Namun lagi-lagi, usahanya harus kandas. Juve dikalahkan Real Madrid dengan skor telak 4-1.
Di tahun 2016 Bonucci sempat inginkan pensiun. Momen superberat sempat dilalui bek andalan Juventus tersebut di periode awal musim 2016/17. Hal itu terjadi ketika anak laki-lakinya, Matteo Bonucci, sakit keras.
Memang tak diketahui secara spesifik sakit apa yang diderita Matteo. Namun nyawa sang anak memang terancam, akibat penyakitnya. Bonucci sampai-sampai harus izin khusus untuk absen di beberapa partai yang dilakoni Juve dan timnas Italia. Pemain 29 tahun itu bahkan sempat berpikir untuk gantung sepatu dini.
Ia mengaku terus memikirkan anaknya dan rela bolak-balik ke rumah sakit demi sang anak. Ia kemudian bertemu dokter hebat bernama Regina Margherita, yang mendeteksi adanya suatu penyakit yang lebih serius. Matteo kemudian ditangani dari malam hingga pukul delapan pagi. Namun dia tak bangun sampai pukul empat sore.
Matteo akhirnya dioperasi dan ketika memasuki ruang operasi, dia meraung kesakitan. Sambil menunggu sang anak, Bonucci terus berdoa. Di momen-momen itulah, Bonucci hanya ingin fokus pada kesembuhan sang anak dan berfikir untuk pensiun dini.
Namun kini, Matteo sudah kembali tersenyum. Bonucci mengaku kalau keluarganya selalu menjadi kekuatan terbesar dalam kariernya.
Pada musim 2017/18, Bonucci sempat membelo ke rival Juventus, AC Milan. Perpindahan itu sebelumnya tidak pernah diprediksi. Namun itu benar terjadi. Bonucci yang diberi ban kapten tampil dengan seragam merah hitam.
Akan tetapi, ia tidak pernah bermain seperti saat di Juve. Bonucci mengalami masa-masa sulit dan kembali ke Turin setelah hanya semusim.
Kini, setelah kembali ke pelukan si zebra, Bonucci kembali tunjukkan permainan attraktif. Ia kembali bermain apik dan siap angkat trofi Liga Champions Eropa.