Riyad Karim Mahrez lahir pada 21 februari 1991 di Sarcelles, sebuah daerah di pinggiran utara kota Paris, Prancis. Mahrez lahir dari keluarga yang sederhana. Ia dilahirkan dari pasangan Ahmed Mahrez dan Halima Mahrez.
Ayahnya adalah seorang Aljazair tulen yang berasal dari Kota Beni Snous, yang terletak di Provinsi dan Distrik Tlemcen. Sementara ibunya adalah orang Aljazair keturunan Maroko.
Selain itu, sang ayah juga merupakan pesepakbola yang pernah membela tim nasional Aljazair. Sedangkan sang ibu hanya mengurus kehidupan di dalam rumah. Riyad Mahrez memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Wahid Mahrez.
Riyad Mahrez tumbuh di kawasan yang terkenal karena kekerasannya, perdagangan narkoba, komunitas imigran dan pengangguran yang merajalela. Di kawasan tersebut kerap terjadi bentrokan. Pada tahun 2005 sempat terjadi kericuhan besar yang membuat Mahrez harus berada dalam rumah selama beberapa hari.
Sarceles juga merupakan lingkungan pendatang yang telah menghasilkan banyak pemain imigran muslim, contohnya adalah Zinedine Zidane. Kebintangan Zidane membuat Mahrez termotivasi untuk menjadi pemain sepakbola.
Mahrez kecil sangat suka menghabiskan waktu liburan bersama keluarga di Aljazair. Mahrez kerap mudik ke negara ayahnya. Mahrez juga sangat mencintai ayahnya.
Dalam perjalanan hidupnya dari lahir hingga remaja, sosok sang ayah yang kerap menjadi pelecut semangatnya untuk bisa jadi orang sukses, khususnya di sepak bola. Tanpa melupakan figur penting seorang ibu. Sang ayah kerap menemaninya menuju tempat latihan saat Mahrez masih muda.
Pemuda berbintang zodiak ini mengawali karirnya bersama akademi AAS Sarcelles pada usia 13 tahun. Mahrez tidak seperti Ronaldinho, Mbappe, maupun Neymar, yang sedari kecil orang sudah melihatnya bakal jadi pemain bintang di masa depan.
Riyad Mahrez hanyalah pemain yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang terlihat spesial. Fisiknya juga saat itu lemah, kurus, larinya tidak cepat, tetapi untunglah masih dianugerahi teknik yang bagus.
Pada usia 15 tahun, Mahrez harus menerima kenyataan pahit pasalnya ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung. Kehilangan sosok ayah dalam hidupnya menjadi pemicu semangat bagi Mahrez untuk terus mengembangkan kemampuan mengolah si kulit bundar. Bahkan,ia berjanji untuk menjadi pemain profesional demi menghormati almarhum ayahnya.
Bersama akademi AAS Sarcelles, meskipun pernah dikritik sang pelatih terkait dengan kondisi fisiknya, Mahrez mampu menunjukan bahwa dirinya mampu bersaing dengan teman-temannya. Ia masuk tim cadangan di AAS Sarcelles.
Kemudian, secara perlahan masuk ke tim utama U-19. Orang-orang lantas mulai sadar akan potensi besar Mahrez, terutama kemampuannya mencetak gol dari tendangan bebas.
Empat tahun setelah kematian sang ayah, Mahrez menandatangani kontrak dengan klub kecil di divisi ketujuh liga prancis, Quimper. Disana, Mahrez bermain dengan saudara Paul Pogba, Mathias Pogba.
Penampilan Mahrez di klub tersebut sempat membuat PSG dan Olympique Marseile tertarik untuk merekrutnya, namun Mahrez menolak dan memilih bergabung dengan Le Havre pada 2010. Sementara, di Quimper ia membuat 22 penampilan dan mencetak 2 gol selama satu musim.
Bermain di Le Havre, Mahrez lebih dulu di tempatkan untuk tim cadangan Le Havre. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian ia menjalani debut di tim utama. Bersama Le Havre, Mahrez menghabiskan waktu selama kurang lebih tiga musim, ia sempat bolak balik memperkuat tim cadangan Le Havre dan tim utama yang berlaga di Ligue 2.
Saat Mahrez masih bermain untuk Le Havre, pemandu bakat Leicester City, Steve Walsh sedang memantau rekan setimnya Ryan Mendes, tetapi justru terkesan dengan penampilan Mahrez. Riyad Mahrez belum pernah mendengar tentang Leicester, yang awalnya ia anggap sebagai klub rugby.Â
Dan pada 11 Januari 2014, ia resmi menandatangani kontrak tiga setengah tahun di King Power Stadium. Awalnya teman-teman dan keluarganya ragu-ragu saat Mahrez pindah ke sepakbola Inggris karena sifat fisiknya, Mereka percaya bahwa gaya permainannya akan lebih cocok jika bermain di Spanyol.
Mahrez melakukan debutnya di Leicester City pada 25 Januari 2014, sebagai pemain pengganti menggantikan Lloyd Dyer, dalam kemenangan 2-0 melawan Middlesbrough di ajang Divisi Championship. Kemampuan Mahrez mampu membantu Leicester city promosi ke Liga Primer untuk musim 2014/15.
Di musim 2014/15, Mahrez mengakhiri musim dengan catatan empat gol dan tiga assist dari 30 penampilan di Liga Primer. Pada musim selanjutnya Mahrez menjadi salah satu bintang Leicester saat mengejutkan dunia dengan meraih trofi liga primer.
Pada musim itu, Mahrez tampil gemilang bersama beberapa pemain lain seperti Jamie Vardy, Ngolo Kante, Shinji Okazaki dan yang lainnya. Performa apiknya mendapat penghargaan di akhir musim sebagai pemain terbaik liga primer. Mahrez menorehkan 18 gol di semua kompetisi pada musim saat membawa The Foxes kampiun liga primer.
Memasuki musim ketiganya bersama The Foxes, Mahrez memperpanjang kontrak selama empat tahun pada Agustus 2016. Ia sempat masuk nominasi untuk Ballon d’Or pada Oktober 2016, dan finis di tempat ketujuh. Di akhir tahun 2016 Mahrez menerima penghargaan sebagai pemain terbaik Afrika dari BBC.
Pada 6 Mei 2017, Mahrez memainkan pertandingan Liga Primer ke-100 untuk Leicester saat melawan Watford. Ia lalu menyelesaikan musim tersebut dengan torehan 10 gol dari 48 penampilan di semua ajang.
Musim 2017/18 rupanya menjadi masa terakhirnya bersama The Foxes, catatan 13 gol dari 41 pertandingan di semua kompetisi menjadi persembahan bagi publik king power stadium. Penampilan memukau Mahrez membuat Man City merekrutnya pada musim panas 2018.
Riyad Mahrez di tebus dengan biaya 60 juta paun atau sekitar Rp 1 triliun lebih, hal itu menjadikannya sebagai pemain termahal Afrika. Mahrez menyatakan ingin memenangkan Liga Champions bersama City.Â
Bersama The Citizen, ia melakukan debutnya sebagai starter pada 5 Agustus, saat City mengalahkan Chelsea 2-0 untuk memenangkan Community Shield 2018 di Stadion Wembley.
Mahrez mengakhiri musim itu dengan mencetak 12 gol dan 15 assist dari 44 pertandingan. Riyad Mahrez meraih treble winner domestik di musim perdananya bersama City.
Di pentas Internasional, meskipun lahir di negara Prancis, Mahrez lebih memilih untuk membela Aljazair, itu dilakukan karena wasiat dari sang ayah saat masih hidup. Setelah melakukan debut pada mei 2014 melawan Armenia, Mahrez lalu tampil di Piala Dunia 2014.
Puncak prestasinya bersama tim nasional terjadi pada tahun 2019 saat ia dan kawan-kawannya merengkuh trofi piala afrika setelah mengalahkan Senegal 1-0. Dengan dirinya menjabat sebagai kapten tim. Hingga kini Mahrez sudah membuat 13 gol dari 53 pertandingan.
Dalam kehidupan pribadi, Mahrez menikahi kekasihnya yang asal Inggris, Rita Johal pada tahun 2015. Beberapa bulan kemudian mereka dikaruniai seorang putri. Hingga saat ini Mahrez telah memiliki dua orang anak.
Selain itu, Mahrez dikenal sebagai muslim yang taat. Mahrez juga diketahui sudah melaksanakan ibadah umrah pada 2017. Di luar sepak bola, ia memiliki respek terhadap sesama muslim. Contohnya, ketika penembakan di Selandia Baru beberapa waktu lalu, Mahrez menunjukkan simpati lewat akun Instagram miliknya.
Kejeniusannya mengolah si kulit bundar berbanding lurus dengan sifat dinginnya di luar lapangan.