• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Friday, February 26, 2021
  • Login
  • Home
  • Story
  • Football Stories
No Result
View All Result
FOOTCHAMPION
  • Home
  • Story
  • Football Stories
No Result
View All Result
FOOTCHAMPION
No Result
View All Result
Home CERITA

Diego Ribas dan Kisah Kelam Seorang Berbakat Paling Diinginkan

Garin Nanda by Garin Nanda
January 9, 2020
in CERITA
0 0
0
Diego Ribas dan Kisah Kelam Seorang Berbakat Paling Diinginkan
Share on FacebookShare on Twitter

Tak perlu diragukan lagi, kalau negara Brasil adalah penghasil talenta-talenta berbakat dunia. Kemahiran mengolah si kulit bundar sudah biasa dilakukan di negri samba. Sepak bola seakan menjadi kebiasaan. Tanpa bola, masyarakat Brasil mungkin tidak akan terlalu dikenal.

Yah meskipun di negeri asal Amerika Selatan itu terdapat wisata favela, piramida tertua di dunia, dan bisa memancing dengan para lumba-lumba, tetap saja, sepak bola menjadi sajian utama bagi negara berpenduduk 211 juta jiwa.

Meski terdengar bosan jika terus mengulang talenta yang diciptakan Brasil, mau bagaimana lagi, mereka sendiri tak pernah berhenti dalam menelurkan manusia dengan kaki-kaki luar biasa.

Kini, satu nama yang mungkin tak terlalu populer akan menjadi bahasan. Adalah Diego Ribas. Pecinta sepak bola masa kini mungkin tak terlalu mengenal, siapa sosok pria mungil berkaki lincah ini. Namun bagi penggemar sepak bola lawas, nama Diego Ribas jelas tak akan luput dari ingatan.

Diego Ribas lahir pada 28 Februari 1985. Lahir dengan talenta luar biasa, ia lantas meninggalkan Brasil dan malang melintang untuk membela sejumlah kesebelasan Eropa.

Walau begitu, kehebatannya tak begitu mengantarkannya pada kesuksesan kala berkarier di benua sepak bola.

Saat itu, menjuarai Campeonato Brasilerao Serie A musim 2002 menjadi salah satu kesuksesan besar dalam sejarah Santos FC. Bukan karena mereka tak pernah kalah dalam satu musim, atau karena sukses mengalahkan rival sejatinya seperti Sao Paulo, Corinthians, atau Palmeiras. tapi karena revolusi pemain muda yang mereka lakukan di musim tersebut.

Kesuksesan Santos tak lepas dari kontribusi beberapa pemain pilarnya. Nama Robinho, Elano, dan Diego Ribas pun ikut menanjak seiring kesuksesan Santos. Moncernya permainan mereka di tahun tersebut membuat keempatnya memilih hijrah ke Eropa di musim selanjutnya dengan tim yang berbeda.

Diego Ribas belum berminat cicipi kompetisi ternama macam Serie A atau La Liga. Namun ia justru memilih untuk bergabung dengan FC Porto, dengan alasan, idolanya, Deco de Souza, pernah bermain disana.

Diego melakukan debutnya untuk Porto dengan hasil imbang 1-1 melawan Uniao de Leiria pada Agustus 2004. Ia pun mencetak gol pertamanya untuk Porto di pertandingan melawan Nacional .

Di musim pertamanya, Diego tampil sebanyak 30 kali, dan mencetak dua gol. Namun pada musim 2005/06, ia tidak mampu mempertahankan tempatnya, saat Porto tampil di bawah arahan Co Adriaanse. Ia merasa kesulitan terima tuntutan dari pelatih, hingga ada akhirnya meninggalkan klub untuk menandatangani kontrak dengan Werder Bremen.

Bayang-bayang pemain besar tak berhenti meski Diego hijrah dari Porto. Di Bremen, Diego mengalami hal yang sama. Ia diharuskan melakukan apa yang dilakukan oleh superstar klub di musim sebelumnya, Johan Micoud, yang bermain di belakang striker.

Namun perjalanan di Bremen diawalinya dengan baik. Ia langsung nyetel dengan permainan tim, dan berhasil kesankan Thomas Schaaf. Diego merupakan sosok gelandang kreatif. Kegemilangan Diego saat itu mampu antarkan Bremen ke final Liga Europa musim 2008/09. Sayang, magisnya takluk di tangan Shakhtar Donetsk.

Akan tetapi, kekecewaan tersebut terobati dengan trofi DFB Pokal. Saat itu, Bremen berhasil menjungkalkan perlawanan Bayer Leverkusen dengan skor 1-0.

Setelah musim tersebut, Diego lantas hijrah ke Juventus. Meski saat itu dirinya juga diinginkan Manchester City, Diego tetap ngotot untuk bergabung dengan klub asal Turin.

Nahas, kepindahannya ke Italia menjadi salah satu yang paling sura. Aura bintang yang terdapat dalam dirinya seketika lenyap. Kepindahan Diego gagal dan dianggap sebagai salah satu pembelian terburuk Si Nyonya Tua.

Diego kala itu didatangkan dari Werder Bremen dengan mahar 27 juta euro atau sekitar 393 miliar rupiah, pada bursa transfer musim panas 2009. Namun semuanya tak berjalan sesuai ekspektasi.

Secara keseluruhan, Diego memang mampu mengemas 7 gol dan 18 assist dari 47 penampilan. Namun sayang, gaya bermain stylish yang dimilikinya kurang cocok dengan model sepakbola Italia yang terkenal keras. Karena performa standar dari Diego juga, Juventus hanya finis di posisi tujuh klasemen akhir Liga Italia 2009/10 dengan koleksi 55 angka.

Sepanjang musim 2009/10, Juventus juga mengalami pergantian pelatih. Ciro Ferrara yang menangani Juventus per awal musim harus rela ditendang dari jabatannya pada Januari 2010 untuk digantikan Alberto Zaccheroni.

Karena rentetan hasil negatif itu, Diego pun dijual ke VfL Wolfsburg pada musim panas 2010. Saat itu Wolfsburg hanya mengeluarkan 15,5 juta euro atau setara dengan 225 miliar rupiah. Hal itu berarti Wolfsburg hanya mengeluarkan setengah dari uang yang dikucurkan Juventus untuk mendatangkan Diego semusim sebelumnya.

Meski menjadi pembelian termahal klub, Diego tak menjadi pemain utama. Dikabarkan, hubungan renggangnya dengan pelatih Steve McClaren jadi alasan mengapa ia tak masuk ke tim utama.

Terpuruk di Juve memberi awal dari tak stabilnya karier Diego. Ia sempat dilego ke Atletico Madrid pada musim 2011/12. Di kesebelasan asal Madrid ini ia bermain reguler baik di La Liga maupun di Liga Europa. Ia pun menjadi figur penting Atletico yang menjuarai Liga Europa musim tersebut.

Penampilan itu lantas membuatnya dipulangkan ke Wolfsburg. Akan tetapi, performanya kembali menurun. Bahkan saat kembali direkrut klub yang bermarkas di Wanda Metropolitano, Diego telah berbeda. Performanya sudah tak lagi seperti pertama ia berseragam Atletico.

Pada tahun 2014, Diego Ribas akhirnya putuskan berkarier di Turki, bersama Fenerbache. Dua tahun disana, Diego tampil sebanyak 53 kali di pertandingan liga, dan hanya mampu sarangkan 5 gol saja. Itu terjadi karena selain performanya yang tak lagi sama, cedera juga jadi penyebab tumpulnya kegemilangan dirinya.

Di tahun 2016, Diego kemudian resmi bergabung dengan Flamengo. Di kampung halamannya, ia seolah kembali temukan asa.

Secara perlahan, Diego Ribas, yang merupakan pemuda Brasil yang berpetualang ke Eropa, telah kembali ke tanah kelahiran. Di tahun 2017, ia berhasil menjadi bagian dari Flamengo yang menjuarai Liga Brasil. Selain itu, Diego mendapat sejumlah penghargaan termasuk pemain terbaik Copa do Brasil.

Lalu yang tak boleh dilupakan, diusianya yang sudah menginjak 34 tahun, Diego Ribas berhasil antarkan Flamengo menjuarai turnamen Copa Libertadores.

Garin Nanda

Garin Nanda

Next Post
10 Lulusan Terbaik La Masia

10 Lulusan Terbaik La Masia

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Connect with us

  • 81 Followers
  • 27.7k Followers
  • 103k Subscribers
  • 22.9k Followers
  • Trending
  • Comments
  • Latest

The Biography of Robert Lewandowski

April 2, 2019
Mengapa Hanya Ada Tiga Kali Pergantian Pemain ?

Mengapa Hanya Ada Tiga Kali Pergantian Pemain ?

August 1, 2019

Why Football Players Shave their Leg-hairs

April 25, 2019

Alen Halilovic: Croatian Messi Whose Career Was Ruined due to His Father’s Bodyguard

March 19, 2020

Super Bowl 2017: Here’s How Many People Watched the Super Bowl

0

What is good from Frenkie de Jong?

0

A Life Story of Paulo Dybala

0

Who is actually Ole Gunnar Solskjaer?

0

Super Bowl 2017: Here’s How Many People Watched the Super Bowl

April 15, 2020

Arsenal and Sutton communities teams deepen bonds

April 14, 2020

Lance Armstrong Is Facing a $100 Million Lawsuit From the U.S. Government

April 13, 2020

McLaren’s F1 reboot needs to be successful for the sake of the sport

April 12, 2020

Recommended

Super Bowl 2017: Here’s How Many People Watched the Super Bowl

April 15, 2020

Arsenal and Sutton communities teams deepen bonds

April 14, 2020

Lance Armstrong Is Facing a $100 Million Lawsuit From the U.S. Government

April 13, 2020

McLaren’s F1 reboot needs to be successful for the sake of the sport

April 12, 2020

About Us

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

Read more

Categories

  • Basketball
  • BERITA BOLA
  • BIOGRAFI
  • Boxing
  • CERITA
  • Cycling
  • Football
  • Football Stories
  • Formula 1
  • Golf
  • Moto GP
  • Story
  • Tennis
  • Uncategorized

Tags

acmilan Ajax argentina Barcelona biography brazil Champions League chelsea filippoinzaghi footballstar Football Stories Football Story intermilan italy juventus liga champions lionelmessi liverpool luissuarez manchester city manchester united manchesterunited mariobalotelli messi MMA MotoGP 2017 mourinho MU neymar pemain terbaik premierleague premier league realmadrid real madrid ronaldinho ronaldo rumor transfer Super Bowl The Presidents Cup UFC US Sports Valentino Rossi worldcup Zlatan Ibrahimovic zlatanibrahimovic

Recent News

Super Bowl 2017: Here’s How Many People Watched the Super Bowl

April 15, 2020

Arsenal and Sutton communities teams deepen bonds

April 14, 2020

© 2021 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Home
  • Story
  • Football Stories

© 2021 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In