Cedera mungkin menjadi ketakutan terbesar bagi seorang pesepakbola. Bak kecelakaan, cedera juga bisa dialami kapan saja dan dialami oleh siapa saja. Selain tak tahu kapan datangnya, cedera juga bisa menjadi penentu nasib seorang pesepakbola profesional itu sendiri.
Dalam sejarahnya, terdapat beberapa pemain yang akrab dengan cedera. Sebut saja Ronaldo de Lima. Lututnya yang sulit untuk disembuhkan memaksa permainan Ronaldo il fenomeno tak lagi sama.
Kemudian ada Petr Cech yang sampai harus memakai pelindung kepala agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Ketika masih membela Chelsea, tepatnya saat berhadapan dengan Reading, 14 Oktober 2006, ia mengalami benturan keras di bagian kepala. Ketika hendak mengambil bola, bagian kepalanya terbentur oleh kaki kanan Stephen Hunt.
Setelah mendapatkan perawatan ia divonis menderita patah tulang tengkorak. Akibatnya peraih Golden Glove Premier League 2004 dan kiper terbaik dunia versi IFFHS 2005 itu harus menepi selama tiga bulan lamanya.
Lalu, ada nama pemain Kroasia kelahiran Brasil, Eduardo da Silva.
Eduardo beralih kewarganegaraan menjadi warga Kroasia pada tahun 2002, buah dari kecintaannya terhadap negara tempatnya bernaung sejak usia 16 tahun. Ia lalu menjalani debut internasional untuk tim senior Kroasia pada bulan November 2004, ketika usianya masih 21 tahun.
Baktinya untuk negara pecahan Yugoslavia tersebut ternyata sangat besar. Ia dipercaya pelatih Slaven Bilic untuk Piala Eropa 2012 dan Niko Kovac untuk Piala Dunia 2014. Seharusnya, Eduardo bisa tampil di lebih banyak turnamen penting. Sayang, fisiknya selalu dihantam cedera.
Eduardo tumbuh di lingkungan Rio de Janeiro, dan membuat langkah pertamanya dalam sepakbola bermuara pada klub CBF Nova Kennedy dan Bangu Atletico Clube.
Pada September 1999, bakat Eduardo dilirik oleh Dinamo Zagreb. Sempat menjalani masa peminjaman, Eduardo dengan cepat membuktikan dirinya di tim utama Dinamo Zagreb.
Musim-musim di Dinamo Zagreb ia jalani dengan sangat baik. Berkat kegemilangannya, Eduardo lalu digaet oleh tim gudang peluru.
Arsene Wenger mendatangkan Eduardo da Silva ke Stadion Emirates sebagai pemuda potensial dari Kroasia. Tak salah, pasalnya pemain keturunan Brasil itu berhasil meraih tiga trofi Liga Krosia serta tiga Piala Kroasia bersama Dinamo Zagreb.
Akan tetapi, sinarnya yang belum juga mengkilap harus terkubur lewat sebuah insiden yang sangat mengerikan.
Tepat pada 23 Februari 2008, Eduardo mendapat tekel keras hingga memaksanya rehat dari dunia sepak bola.
Kala itu, di pertandingan melawan Birmingham, kaki kiri Eduardo menjadi korban keganasan tekel bek Martin Taylor. Hasilnya, tulang fibula atau betis Eduardo patah dan engkel kirinya mengalami dislokasi.
Insiden mengerikan terjadi terjadi di menit ketiga dan membuat partai Liga Primer Inggris yang digelar di St. Andrew’s Stadium itu tertunda selama delapan menit.
Sang kapten, Cesc Fabregas, terlihat sebagai pemain yang paling terguncang dengan insiden itu. Eduardo pun ditandu keluar dan langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk menjalani operasi.
Taylor sendiri langsung mendapat kartu merah dari wasit akibat tekel mematikannya itu. Meski bermain dengan sepuluh pemain, Birmingham tetap mampu menahan imbang Arsenal 2-2. Selepas laga, Taylor mengaku sama sekali tidak bermaksud untuk mencelakai Eduardo dan sudah berulang kali menjenguk penyerang berdarah Brasil itu di rumah sakit.
Tapi tetap saja, publik tidak menerima sikap manis Taylor kepada Eduardo. Insiden itu sudah kelewat horor. Semua yang melihatnya pasti akan merasa ngeri.
Setelah mengalami cedera yang sangat parah itu, Eduardo baru bisa beraksi kembali setahun setelahnya.
Eduardo kemudian hijrah ke Shakhtar Donetsk pada musim panas 2010. Bermain di klub tersebut, ia menuai prestasi. Klub asal Ukraina dibawanya menjuarai liga. Tak tanggung-tanggung, selama empat tahun dirinya bermain di Ukraina, Shakhtar menggondol empat trofi juara Liga Primer Ukraina.
Tak ketinggalan pula Piala Ukraina dan Piala Super Ukraina yang berhasil digondolnya secara beruntun.
Eduardo sempat mendapat momen haru pada tahun 2010. Saat itu, kala Shaktar bertemu dengan Arsenal di kompetisi Liga Champions Eropa, ia masuk sebagai pemain pengganti dan mendapat tepukan meriah dari para penggemar The Gunners.
Di laga itu, Shaktar kalah dengan skor 1-5. Lalu pada laga kedua yang berlangsung di Donetsk, Eduardo mencetak gol penentu kemenangan 2-1 atas Arsenal dan menolak untuk merayakan golnya demi menunjukkan rasa hormat kepada mantan klubnya itu.
Kini di usianya yang sudah menginjak 36 tahun, Eduardo masih aktif bermain untuk Legia Warsawa.