Posisi bek sayap mungkin merupakan salah satu misteri terbesar di dunia sepakbola. Pasalnya, tidak banyak yang benar-benar bisa dianggap sebagai master di posisi ini. Marcos Cafu dan Roberto Carlos, adalah pengecualian.
Dipadu dengan fakta bahwa kira-kira hanya sekitar 20 persen pesepak bola profesional yang berkaki kidal, maka bek sayap kiri kelas dunia pun semakin sulit ditemukan. David Alaba dan Marcelo adalah dua dari sedikit pemain bek kiri yang punya kemampuan sangat baik.
Mengingat di era sekarang, selain harus kuat menjaga lini pertahanan, seorang bek sayap baik kanan atau kiri juga harus pandai membantu serangan, maka dibutuhkan stamina dan fisik yang luar biasa.
Di era Liga Primer, ada dua nama yang paling menonjol jika kita bicara tentang bek-bek kiri terbaik. Dua nama itu adalah Ashley Cole dan Patrice Evra, yang memiliki keseimbangan dalam bertahan serta menyerang, seperti yang dituntut dari bek sayap di era modern.
Namun ada nama ketiga, yang sangat jarang disebutkan jika membahas bek-bek kiri paling menonjol di kompetisi terbaik dunia itu. Jejak kehebatannya sendiri bisa dibilang sudah pudar sejak hengkang dari Liverpool ke Gremio pada tahun 2012. Dia adalah Fabio Aurelio.
Setelah tampil menonjol saat memperkuat Sao Paolo, Fábio AurĂ©lio memainkan peran penting dalam tim asuhan Rafael BenĂtez Valencia yang meraih gelar La Liga pertamanya sejak 31 tahun terakhir pada musim 2001/02.
Musim berikutnya, Aurelio mulai mengibarkan namanya sebagai salah satu bek kiri terbaik di Spanyol. Musim 2002/03 itu, dia mencetak delapan gol di ajang La Liga. Kemudian, musim 2003/04 bisa dikatakan sebagai musim terbaik Valencia, kala itu Aurelio membantu tim meraih trofi La Liga sekaligus juga piala UEFA.
Keberadaan Rafael Benitez jugalah yang kemudian membuat Aurelio menginjakkan kaki di Inggris. Dia bergabung dengan Liverpool lewat jalur transfer Bosman di bulan Juli 2006, dan menjadi pemain Brasil pertama sepanjang sejarah yang memperkuat The Reds.
Aurelio membuat debutnya tatkala Liverpool mengalahkan Chelsea 2-1 di ajang Community Shield. Pada musim 2006/07,Aurélio menjadi salah satu roda penggerak utama Liverpool.
Pada salah satu laga, Aurelio menampilkan kemampuan kreatifnya yang luar biasa dengan memberikan dua assist, untuk Peter Crouch dan Daniel Agger, saat Liverpool menaklukkan Arsenal 4-1 pada Maret 2007.
Namun sayang, sebulan berselang, cedera tendon Achilles yang dialaminya dalam partai Liga Champions melawan PSV membuat musim debut Aurelio berakhir lebih cepat. Cedera itu ternyata merupakan peringatan awal bahwa kariernya di Inggris bakal sangat identik dengan cedera.
Pada maret 2008, Aurelio mencetak gol pertamanya untuk Liverpool, saat itu ia melepaskan tendangan voli ke sudut gawang dari jarak 20 meter. Gol tersebut terjadi kala Liverpool menang 3-1 atas Bolton.
Periode dua bulan jelang akhir musim 2008/09, Aurelio mencetak dua gol berkelas lewat eksekusi tendangan bebas. Yang pertama, Maret 2009, ketika mengalahkan sang rival Manchester United 4-1 di Old Trafford.
Dan yang kedua adalah ketika melawan Chelsea di leg kedua perempat final Liga Champions, di mana dia dengan cerdik membuat Petr Cech terlihat seperti kiper amatir.
Meski pada akhirnya Liverpool disingkirkan Chelsea, Gol Aurelio ke gawang Petr Cech akan selalu ada dalam ingatan banyak orang. Keberanian untuk menembak langsung ketika setiap pemain mengharap umpan silang adalah salah satu teknik yang luar biasa.
Namun, pada musim panas 2009, Aurelio mengalami cedera saat bermain sepak bola pantai bersama anak-anaknya. Kesialan seperti inilah yang begitu identik dengan karier profesionalnya.
Saking seringnya cedera, Liverpool sampai menawari Aurelio kesepakatan pay-as-you-play atau dibayar hanya saat bermain pada Mei 2010, tapi dia menolak. Itu membuat Benitez mengumumkan kalau Aurelio bakal hengkang dari klub.
Benitez sendiri meninggalkan Anfield musim panas tahun itu, dan digantikan Roy Hodgson. Salah satu langkah pertama yang diambil Hodgson adalah menawari Aurelio kontrak baru berdurasi dua tahun, dan dia menerimanya.
Apa yang dilakukan Hodgson tampaknya seperti keputusan yang cerdas. Hanya sayang, tubuh Aurelio sepertinya sudah tidak bisa lagi mendukung potensi terbaiknya. Hantu cedera kembali menerornya, ia mengalami cedera Achilles di awal musim 2010/11.
Aurelio akhirnya meninggalkan Liverpool di bawah kepelatihan Kenny Dalglish pada musim panas 2012. Pada musim terakhirnya bersama skuad Anfield, Aurelio tampil hanya tiga kali dan penyebabnya adalah cedera ligamen lutut.
Setelah tampil hanya 134 pertandingan dalam enam musim di Liverpool, dengan membuat empat gol dan 14 assist, pemain kelahiran 24 september 1979 ini kembali ke negara asalnya sebagai agen bebas, ia bergabung dengan GrĂŞmio.
Namun, hantu cedera tetap ia alami yang membuatnya memutuskan pensiun pada tahun 2013 di usia 34 tahun. Bersama Gremio, Aurelio hanya mencatatkan lima penampilan saja di kompetisi domestik.
Sementara di level tim nasional, Aurelio sama sekali tidak pernah membuat penampilan untuk timnas senior Brasil. Sempat mendapat panggilan pada 2009, ia dicoret karena alami cedera. Dan sepanjang karirnya Aurelio hanya memperkuat timnas u-23 Brasil.
Rafael Benitez pernah melontarkan pujian untuk Aurelio. Benitez berkata: “Dia bisa melepas umpan silang dengan sangat hebat, dan mungkin dia bahkan seorang pengoper yang lebih baik daripada Xabi Alonso.” (Dikutip dari Thesefootballthemes)
Xabi Alonso sendiri memiliki reputasi sebagai salah satu gelandang dan pengumpan terbaik di Eropa. Itu artinya pujian terhadap Aurelio tersebut telah menegaskan bahwa pria asal Brasil ini memang pemain yang istimewa.
Dalam kondisi terbaik, Aurelio adalah bek kiri hebat yang tak hanya sanggup bertahan dengan baik namun juga mampu membombardir dan mengirim umpan-umpan silang dari sektor sayap.
Selain itu, dia adalah bek kiri yang mampu mengontrol permainan dari posisinya dengan penguasaan bola dan kemampuan taktis yang dia miliki. Jangan lupa, dia pun piawai untuk urusan bola mati.
Memegang kewarganegaraan ganda antara dua negara dengan tradisi kuat sepak bola, AurĂ©lio menggabungkan baja pertahanan Italia dengan bakat Brasil – dia memiliki semua kemampuan untuk menjadi bek kiri modern yang handal.
Namun, untuk pemain sehebat Aurelio, perjalanan karirnya yang singkat karena dihiasi dengan banyak cedera tentu sangat disayangkan.