Tim nasional Prancis merupakan salah satu tim tersukses di panggung akbar piala dunia. Satu tahun yang lalu Les Bleus berhasil buktikan diri menjadi yang terbaik ketika perhelatan di langsungkan di Rusia. Gelar itu merupakan yang kedua setelah tahun 1998.
Kehebatan Prancis memang tak perlu diragukan lagi, mengingat dalam setiap masanya mereka memiliki bintang-bintang sepak bola seperti Michel Platini, Zinedine Zidane, Thiery Henry, Antoine Griezman, dan yang paling fresh, Kylian Mbappe.
Tak hanya trofi, sejumlah cerita juga selalu menyertai timnas Prancis di setiap gelaran piala dunia. Dari kisah berbau kontroversi, takhayul, hingga cerita lucu nan konyol.
Salah satu kisah menarik yang tidak akan terlupakan terjadi di piala dunia 1978 yang digelar di Argentina. Di negeri tango lah sejarah tersebut tercipta.
Pada Hari itu, 10 juni 1978 di Estadio Jose Maria Minella, Mar De Plata. Kala itu Perancis berhadapan dengan Hungaria dalam pertandingan terakhir di penyisihan grup. Laga itu sudah tidak terlalu menentukan bagi kedua tim karena sudah dipastikan tersingkir.
Namun, dalam pertandingan tersebut ada sesuatu yang janggal karena timnas Perancis memakai jersey belang-belang hijau-putih mirip Glasgow Celtic tapi dengan motif vertikal. Momen tersebut tentu sangat mengejutkan semua pihak, pasalnya Prancis sangat identik dengan warna biru atau putih.
Lantas bagaimana hal itu terjadi ? ternyata beberapa jam sebelum pertandingan pihak televisi meminta salah satu dari kedua negara memakai jersey dengan warna yang cukup terang, mengingat mayoritas televisi di Argentina masih hitam putih, jadi untuk membedakan mana Prancis dan mana Hungaria.
Padahal sesuai rencana, awalnya Hungaria akan memakai kostum berwarna putih-putih dan Perancis berwarna putih-biru. Namun di televisi hitam putih kedua warna tersebut akan terlihat sama, meskipun warna celana berbeda, sehingga salah satu tim harus berganti kostum.
Setelah berunding, Prancis yang dalam laga itu bertindak sebagai tim tamu bersedia mengalah untuk berganti kostum. Sialnya Perancis tak membawa kostum utamanya yakni warna biru.
Alhasil panitia pun mengakalinya dengan mendatangkan klub lokal setempat, Atletico Kimberley. Panitia menanyakan kepada Kimberley apakah memiliki satu set jersey berwarna gelap untuk di pinjamkan ke Prancis.
Beruntung, Kimberley mempunyai jersey dengan garis-garis warna hijau dan putih, dan mereka pun setuju untuk meminjamkannya ke timnas Prancis. Akhirnya kostum Perancis pun berganti menjadi hijau putih belang-belang.
Namun, jersey Kimberley tidak memiliki nomor punggung dan hanya tersedia 14 kostum. Sedangkan timnas Perancis sendiri terdiri dari enam belas pemain untuk pertandingan itu termasuk Bernard Lacombe yang akrab dengan nomor 17, Dominique Rocheteau nomor 18, Didier Six 19 dan Olivier Rouyer 20.
Karena tidak ada nomor punggung, pihak Atletico Kimberley tidak keberatan ketika kostumnya di pasang nomor punggung buatan, tetapi mereka mempunyai persyaratan, bahwa Kaos harus diberi nomor 2 hingga 11 dan 13 hingga 16. Tidak ada nomor 12, karena Di Argentina nomor tersebut untuk kiper pengganti.
Butuh waktu hampir satu jam untuk Prancis membuat nomor punggung buatan tersebut. Setelah semuanya beres, kedua tim kemudian memasuki lapangan, dengan pemain Prancis, Rocheteau mengenakan nomor punggung 7, Rouyer 11, dan Claude Papi memakai nomor 10.
Lalu Didier Six memakai nomor punggung 16 dan Bernard Lacombe, meskipun gelandang serang, harus memakai nomor 2 karena itu adalah satu-satunya kostum yang tersisa. Namun Lacombe tidak bermain dalam laga itu.
Celana pendek tandang biru Prancis memiliki nomor, jadi kelima pemain tersebut menghasilkan satu nomor di baju mereka dan satu lagi di celana pendek mereka. Dalam artian beberapa pemain Prancis mengenakan nomor punggung yang berbeda dari nomor yang berada di celana.
Para pemain Prancis tidak terpengaruh atas hal tersebut, mereka mampu menang 3-1, berkat gol dari Christian Lopez, Marc Berdoll, dan Dominique Rocheteau.
Di sisi lain, Beberapa pemain Klub Atletico Kimberley berada di antara para penonton, mereka mengenakan baju merah dan menyaksikan pertandingan dengan rasa bangga melihat kostumnya berlaga di Piala Dunia.
Inilah untuk kali pertama, mungkin juga yang terakhir sebuah tim peserta Piala Dunia tidak mengenakan kostum kebesarannya.