Seorang penjaga gawang merupakan benteng pertahanan terakhir dalam sebuah kesebelasan sepakbola, itu artinya sektor ini menjadi sangat penting. Lengah sedikit saja bola bisa masuk ke dalam gawang.
Nah footballovers, bicara mengenai penjaga gawang, kamu mungkin sudah tidak asing lagi kan dengan nama-nama seperti Iker Cassilas, Gianluigi Buffon, Keylor Navas, Hugo Loris, Manuel Neuer, Peter Cech dan Alisson Becker.
Nama terakhir, bahkan sedang hangat diperbincangkan oleh publik sepakbola dunia berkat penampilan gemilangnya dibawah mistar gawang Liverpool dan Timnas Brasil. Alisson becker pula lah salah satu kiper terbaik yang mewakili generasi kiper kelahiran 90-an.
Namun Becker tidak sendirian, Masih ada beberapa kiper kelahiran 90-an yang juga tampil apik bersama tim yang dibelanya, sebut saja Marc Andre Ter Steigen, David De Gea, Thibaut Curtois, Ederson Moraes, dan Jan Oblak.
Jika dibandingkan dengan yang lain, Jan Oblak bahkan bisa dikatakan sebagai kiper yang paling sering mendapat pujian. Hal ini sangat wajar mengingat penampilan Oblak bersama Atletico Madrid dalam tiga musim terakhir sangat begitu baik.
Kiper legendaris Italia, Gianluigi Buffon pernah di tanya siapakah kiper terbaik di dunia saat ini, beliau menjawab Manuel Neuer, Jan Oblak dan Allison Becker.
Sama halnya dengan Buffon, Alisson Becker juga sempat mengakui kehebatan Oblak. “Aku menyukai Oblak, dia merupakan salah satu penjaga gawang yang aku cermati,” kata Alisson sebagaimana dikutip Goal.
Pelatihnya di Atletico Madrid juga berkata, “Jan Oblak adalah yang terbaik di dunia, dan aku berharap dia akan bertahan di sini,” ujar Simeone.
Selain itu, mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger juga pernah memuji Jan Oblak, “Oblak adalah kiper yang terbaik di Eropa saat ini. Malam ini ia tampil begitu baik, dan jujur saja kami frustrasi dibuatnya. Ketika kami sudah unggul satu gol, kami pikir gol selanjutnya akan mudah, tapi ternyata perkiraan kami salah,” ujar Arsene Wenger selepas leg pertama semifinal Liga Europa melawan Atletico pada April 2018.
Tetapi tahukah kamu footballovers, sebelum menjadi kiper hebat, Dahulu Jan Oblak hanyalah kiper yang sering diremehkan, Pada awal bermain di Spanyol, ia jarang sekali mendapatkan kesempatan bermain bersama Atletico Madrid.
Jan oblak adalah kiper kelahiran Slovenia pada 7 januari 1993 di Ĺ kofja Loka, pusat akademik, ekonomi, dan budaya Upper Carniola, sebuah kota yang berpenduduk hanya 12.000 orang.
Oblak mengawali karirnya dengan bermain di akademi Locan pada tahun 1998 hingga 2003, ia kemudian hijrah ke akademi Olimpia dan bermain disana hingga tahun 2005.
Oblak kembali melakukan petualangannya ke klub lain, kali ini ia bergabung dengan akademi Olimpija Ljubljana. Pada musim 2009/10 Oblak resmi mendapatkan tempat di tim utama. Ia tampil baik dan membuat 34 penampilan liga, sebelum ditawari kontrak oleh klub Italia Empoli pada tahun 2009.
Meskipun banyak klub yang ingin merekrutnya, ia berkomitmen masa depannya bersama Olimpia Ljubljana dan menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2011.
Namun pada musim panas 2010, ia direkrut klub Portugal, Benfica. Mereka yakin dengan kemampuan kiper yang saat itu berusia 17 tahun, tetapi tidak yakin dengan mentalnya, kedewasaan dan kemampuannya untuk mengatasi kepindahannya ke klub besar serta tekanan yang menyertainya.
Bersama Benfica, Ia lebih banyak dipinjamkan ke klub lain di liga Portugal, Oblak menghabiskan waktu di Olhanense, UniĂŁo de Leira dan Rio Ave sebelum kesempatannya bersama Benfica akhirnya datang.
Hal itu terjadi, ketika Artur Moraes sang kiper utama Benfica mengalami cedera. Oblak diberi sarung tangan dan kesempatan untuk membuktikan kualitasnya pun datang.Â
Ia Memainkan 28 laga dan kebobolan 8 kali di semua ajang. Penampilan bagusnya bersama Benfica di musim 2013/14 membuat Atletico Kepincut.
Akhirnya pada tanggal 16 juli 2014, ia resmi menandatangani kontrak dengan Atletico Madrid.
Ketika didatangkan dari Benfica dengan mahar 16 juta euro atau sekitar Rp 256 Miliar, banyak suporter Atlético Madrid yang meragukan kualitas Jan Oblak. Tidak heran, karena harga tersebut menjadikannya penjaga gawang termahal di La Liga saat itu.
Sejatinya Oblak sangat percaya diri. Pertama, Ia didatangkan dari Benfica dengan harga yang tidak murah—16 juta euro. Kedua, penampilannya di musim terakhirnya bersama Benfica begitu apik. Oblak hanya kebobolan 8 gol dalam 28 pertandingan.
Tetapi footballovers, catatan istimewa itu rupanya tidak membuat sang pelatih Atletico memercayakan kiper tim kepada dirinya. Simeone justru masih percaya pada kualitas Miguel Angel Moya sebagai kiper nomor 1 atletico madrid.
Di awal karirnya bersama Los Rojiblancos, Oblak sangat jarang mendapatkan menit bermain, bahkan ia harus menunggu satu bulan untuk melakukan debut kompetitifnya.
Laga melawan Olympiakos di Liga Champions pada 16 september 2014 menjadi debut Oblak bersama Atletico. Pertandingan itu menjadi kesempatan Oblak membuktikan diri kepada Simeone. Untuk membuktikan bahwa ia pantas menjadi penjaga gawang termahal La Liga.
Tetapi alih-alih menunjukan performa apiknya, Penampilannya justru jauh dari kata gemilang.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Karaiskaki tersebut ia menghadapi tiga tendangan mengarah ke gawang dan ketiganya menjadi gol. Kekalahan pun di derita oleh Atletico madrid dengan skor 3-2.
Sungguh partai debut yang buruk untuk kiper termahal di la liga. Simeone pun seakan kapok menurunkan Oblak lagi. Pupus sudah harapan Oblak untuk merebut posisi penjaga gawang utama dari tangan Moya.
Atletico bahkan sempat menawarkan Oblak kembali ke Benfica seiring penampilannya yang tidak sesuai harapan. Namun pihak Benfica sudah tidak menginginkannya.
Setelah pertandingan itu, Oblak harus menunggu sekitar tiga bulan untuk kembali bermain, ia memainkan laga menghadapi L’Hospitalet, klub divisi ketiga sepakbola spanyol di ajang Copa Del Rey, Penampilannya memang bagus, tapi itu tidak menjadi patokan karena yang dihadapi hanyalah tim kecil.
Pada tanggal 17 Maret 2015, ia menggantikan Moya yang cedera pada menit ke-23 pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions melawan Bayer Leverkusen, ia melaksanakan tugasnya dengan baik dan mencatatkan clean sheet dalam kemenangan kandang 1-0.Â
Laga pun berlanjut ke adu penalti setelah aggregat sama kuat. Dalam drama adu penalti, ia menggagalkan tiga sepakan Leverkusen. Atletico madrid pun melenggang ke perempat final.
Empat hari kemudian, karena kiper utama cedera, ia melakukan debut di la liga, ia berhasil Clean Shet dalam kemenangan 2-0 atas Getafe.
Cederanya Miguel Angel Moya menjelang akhir musim 2014/15 ternyata menjadi berkah bagi Jan Oblak, ia lebih banyak diturunkan. Oblak membuat performa bagus melawan rival sengitnya Real Madrid di babak perempat final liga champions.
Setelah itu, ia dipercaya menjadi kiper utama Atletico Madrid. Oblak mendapat tempat di hati Simeone dan para pendukung Atletico. Kepercayaan dirinya pun semakin meningkat.
Memasuki musim baru, ia lebih dipercaya tampil dan berhasil membuktikan kualitasnya sebagai kiper dengan masa depan yang cerah. Penampilan gemilang Oblak pada musim 2015/16 turut membawa Atletico ke final Liga Champions.
Kini, selama beberapa musim terakhir ia telah mengukuhkan statusnya sebagai salah satu yang terbaik di dunia, berkat penampilan gemilangnya ia telah meraih Zamora Trophy selama tiga musim berturut-turut.Â
Ia mematahkan rekor milik Viktor Valdes dan Antoni Ramallets yang hanya mampu meraihnya dalam dua kali berturut-turut.
Sebagai kiper hebat, Oblak berhasil mencatatkan rekor tanpa kebobolan yang ke-100 hanya dalam 178 pertandingan. Sebagai perbandingan, Manuel Neuer butuh 188 laga, Gianluigi Buffon butuh 222 laga, Victor Valdes mencapainya pada pertandingan ke-217, dan Iker Casillas mencatatkan rekor 100 kali nirbobol setelah bertanding 306 kali.
Selain Trofi Ricardo Zamora, Oblak juga berhasil meraih berbagai penghargaan individu lainnya seperti pemain terbaik Slovenia empat tahun beruntun dan kiper terbaik la liga pada musim 2015/16 dan 2017/18.
Itulah Jan Oblak, dulu sempat diremehkan kini menjadi salah satu kiper terkemuka di dunia. Dengan penampilan yang begitu gemilang, Oblak menjadi incaran banyak tim tim kuat eropa.
Namun Atletico madrid tentu saja tidak akan melepas sang penjaga gawang begitu saja. Bahkan kini ia telah diikat hingga tahun 2023.
Jadi bagaimana footballovers, menurut kamu apakah kelak jan oblak akan menjadi pemain terbaik dunia ?