Footballovers, tak dapat dipungkiri, bahwa Jose Mourinho merupakan salah seorang pelatih terbaik di dunia yang pernah ada. Terlepas dari banyaknya kontroversi yang menyertainya.
Mourinho sudah memenangkan berbagai trofi bergengsi baik di kancah domestik maupun di level eropa. Tim sekelas FC Porto pun berhasil dibawanya jadi yang terbaik di Liga Champions musim 2003/04.
Keberhasilan merengkuh trofi si kuping besar bersama FC Porto membuat namanya melambung, klub inggris, Chelsea pun tak ragu untuk memboyongnya.
Mourinho akhirnya resmi menukangi Chelsea sejak musim panas 2004. Selama di stamford bridge, Mourinho bekerja dalam dua periode, yakni tahun 2004 hingga 2007 dan tahun 2013 hingga 2015, Disana, Mourinho telah raih total 8 trofi, termasuk tiga gelar liga primer.
Bahkan, dalam karir kepelatihannya, manajer asal Portugal ini juga sudah mencatatkan diri sebagai salah seorang pelatih yang pernah meraih treble winners ketika membawa Inter Milan menjuarai dua kompetisi domestik serta Liga Champions dalam semusim; hanya tujuh pelatih dengan prestasi serupa di dunia.
Bersama I Nerazzurri disebut-sebut sebagai masa-masa terbaik dalam karier kepelatihannya. Ketika itu dia berada di Giuseppe Meazza, selama dua musim pada periode 2008 sampai 2010. Total lima trofi berhasil dipersembahkannya bagi klub dengan warna khas biru-hitam tersebut.
Mourinho sangat menikmati dua musimnya di Inter, setelah kesuksesannya, Mourinho lalu pergi ke Madrid pasca memenangkan final Liga Champions melawan Bayern Munchen.
Ketika hengkang dari Inter Milan, tidak banyak yang tahu, pelatih yang dijuluki The Special One itu sempat merasa berat hati untuk meninggalkan kota Milan. Mourinho sempat berpikir ulang sebelum mengambil keputusan. Namun, tawaran dari Madrid tersebut terbukti memang sulit untuk ditolak.
Sebuah video yang memperlihatkan sisi emosional Jose Mourinho pun sempat beredar di dunia maya beberapa hari setelah laga final liga champions 2010. Dalam video itu, terlihat Mourinho masuk ke mobil yang dikemudikan sopirnya setelah final sepekan sebelumnya di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid.
Beberapa detik kemudian mobil berhenti dan Mourinho terlihat keluar lalu berjalan ke arah di mana bek Marco Materazzi yang sedang bersandar di sebuah dinding.
Mourinho memeluknya dan selama beberapa detik kedua pria itu terisak-isak. Dengan tangannya, Materazzi beberapa kali menampar punggung Mourinho sebelum mereka akhirnya berpisah. Ketika Mourinho berbalik untuk berjalan pergi, wajahnya berkerut dan dia tidak berusaha menyembunyikan air matanya sembari berjalan kembali ke arah mobilnya.
Sebenarnya, sehari sebelum laga final liga champions melawan FC Bayern, Mourinho memang sudah memberi sinyal soal rencana kepergiannya ke Real Madrid.
“Sedih, karena hampir pasti ini pertandingan terakhir saya bersama Inter,” ungkapnya ketika itu.
“Jika Anda tidak melatih Real Madrid, maka Anda akan selalu memiliki celah dalam karier Anda,” tambahnya. (Dikutip dari laman Football365)
Namun, tetap saja keputusannya itu terasa sangat berat. Bahkan, eks Presiden Inter Massimo Moratti menyebut Mourinho sempat menangis, seperti yang pernah ia ceritakan pada 2017 silam.
“Final Liga Champions adalah akhir sebuah perjalanan dan sebagai Interisti, kami lebih menghargai perjuangan menuju final daripada hasilnya. Kami tidak bisa merayakan kesuksesan secara penuh, karena setelahnya Jose pergi dengan cepat.”
“Setahun sebelumnya (2009), dia memberitahu saya soal ketertarikan Real Madrid. Lalu hal itu berulang. Anda tak bisa menahan seseorang, tetapi harus diakui memang tidak menyenangkan melihat presiden Madrid, Florentino Perez menanti Mourinho dalam mobil saat final Liga Champions di Stadion Santiago Bernabeu,” ungkap Moratti (Dikutip dari 90min)
Menurut Morrati, Mourinho menyesal telah pergi, dan sebenarnya dia pun tidak pernah benar-benar berniat meninggalkan Italia.
“Jose sendiri menyesali, bahkan sebelum mengambil keputusan. Beberapa jam kemudian di kantor saya di Milan, dia mengatakan akan pindah ke sebuah bisnis, bukan keluarga. Jose juga mengatakan, jika bisa, dia ingin bertahan di Inter.”
“Saya bebaskan dia untuk mengambil pilihan. Air matanya saat pergi memang nyata, dan saya senang hingga detik ini dia masih mengatakan mendukung Inter,” tambah Moratti (dikutip dari 90min)
Ketika dimintai komentar tentang Inter oleh Sky Sports. Pelatih berusia 56 tahun itu pernah mengatakan bahwa dirinya merupakan seorang fan Inter. Mourinho pun masih terus mendukung Inter, dan berharap mereka bisa meraih kesuksesan di masa mendatang.
“Saya adalah Interisti dan akan selalu berharap bagi mereka untuk sukses, bahkan dari jauh,” kata Mourinho.
Sementara itu, semasa melaksanakan tugas kepelatihannya di Real Madrid, Mourinho juga menyesali dirinya sendiri ketika pergi dari Inter Milan. Ia mengaku sering menangis saat tinggalkan Inter.
“Tidak ada yang bisa memberikan saya kebahagiaan seperti saat di Inter. Saya menangis lebih dari satu kali ketika pergi. Saya merayakan saat Inter menang dan saya tersiksa saat mereka kalah,” ujarnya.
Tiga musim menukangi Real Madrid, meski meraih satu titel La Liga dan satu trofi copa del rey, karirnya di Spanyol tidak bisa dianggap sukses jika dibandingkan dengan tim-tim sebelumnya yang pernah ia tangani. Setelah Madrid, Mourinho kemudian melanjutkan karir ke Chelsea dan Man United.