Ajax Amsterdam sukses mencuri kemenangan tipis 1-0 di markas Tottenham Hotspur pada laga leg pertama Semifinal Liga Champions. Donny van de Beek tampil sebagai pahlawan dengan golnya di menit ke-15.
Hasil tersebut memastikan Ajax Amsterdam sebagai satu-satunya tim yang tidak pernah kalah ketika berlaga di kandang lawan di kompetisi Liga Champions musim ini.
Selain Ajax Amsterdam, bintang mereka, Matthijs De ligt, juga sukses bukukan rekor yang tak kalah menakjubkan. Penampilan sang wonderkid lantas membuahkan sebuah catatan emas. Dengan usia 19 tahun, ia menjadi kapten termuda yang pernah tampil dalam semifinal kompetisi tertinggi antarklub Eropa.
Rekor itu sendiri sebelumnya dipegang oleh Cesc Fabregas. Gelandang timnas Spanyol itu berumur 21 tahun ketika memimpin Arsenal dalam semifinal 2009 kontra Manchester United.
Jika melihat fenomena saat ini, pemain milik Ajax Amsterdam ini memang sedang digandrungi oleh klub-klub besar Eropa tak terkecuali Juventus dan FC Barcelona.
De Ligt lahir 19 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1999. Di usianya sekarang, De Ligt digadang-gadang sebagai pemain termuda yang bermain di final Liga Eropa. Ia juga debutan termuda di tim nasional Belanda sejak tahun 1945.
Selama menapaki karier profesional, prestasi kapten Ajax ini tergolong luar biasa. Tahun 2017, De Ligt meraih penghargaan Amsterdam Talent of The Year, membawa pulang penghargaan Johan Cruijff Prize 2018 serta Golden Boy 2018.
Dalam pernghargaan Golden Boy sendiri, De Ligt berhasil menyisihkan empat kandidat lainnya seperti Justin Kluivert (AS Roma), Vinicius Junior (Real Madrid), Trent Alexander-Arnold (Liverpool), dan Patrick Cutrone (AC Milan).
Dalam diri De Ligt, sepakbola memang sudah tertanam sejak kecil. Tidak berselang lama setelah kelahirannya, Ia diboyong oleh orangtuanya ke Abcoude, sebuah wilayah yang terletak di Amsterdam. Selain karena alasan ekonomi, diboyong nya De Ligt menuju Amsterdam juga karena kedua orangtuanya merupakan fans klub sepakbola Ajax Amsterdam.
Sempat menggeluti olahraga tenis, De Ligt menerima ajakan teman sebayanya untuk bermain bola. Karena sudah terbiasa dengan olahraga itu sejak kecil, De Ligt tak menemui kesulitan saat harus menggocek si kulit bundar.
Setelah lama berlatih sepak bola, De Ligt bergabung dengan klub FC Abcoude. Bermain selama tiga tahun di klub tersebut, De Ligt terus mengasah kemampuannya. Ia berjuang keras untuk meningkatkan skill serta mempertajam cara bermainnya.
Hingga saat usianya menginjak 9 tahun, De Ligt bergabung dengan akademi Ajax Amsterdam. Perkembangannya yang sangat pesat membuat De Ligt selalu bermain dengan kelompok usia yang lebih tua.
Pada musim 2015/16, De Ligt mencatatkan 2 gol dari 13 penampilan di Eredivisie U19. Dia juga mengemas satu gol dan satu asis dari 7 penampilan di UEFA Youth League.
Di usianya yang ke 17 tahun, De Ligt dipromosikan untuk masuk tim utama Ajax Amsterdam. Itu semua karena ia berhasil mencapai banyak penghargaan pemain muda berbakat saat berada di tim junior.
De ligt menjalani debutnya di tim utama Ajax Amsterdam pada 8 Agustus 2016, dan dia memulainya secara sempurna dengan mencetak gol pertamanya di pertandingan tersebut.
Di musim itu pula dia dinobatkan sebagai pencetak gol termuda kedua kesebelasan setelah Clarence Seedorf. Karena dinilai punya mental dan jiwa kepemimpinan yang tinggi, De Ligt menjadi kapten termuda dalam sejarah klub Ajax Amstredam di usianya yang baru menginjak 19 tahun.
Masih berusia sangat muda, De Ligt memang tergolong pemain yang begitu luar biasa. Pelatih Ajax U-19, Ronald De Boer, bahkan menyadari ada sesuatu yang spesial dalam diri De Ligt. Pria yag kini berusia 48 tahun itu lantas menyarankan De Ligt untuk berlabuh ke tim yang lebih besar.
“Bagiku, kapten Ajax yang berusia 19 tahun, dia adalah orang yang juga berada di sebelah Virgil Van Dijk di tim nasional, maksudku dia sangat kuat. Bertekad untuk menjadi pemenang. Luar biasa,”
“Dia bisa bermain di setiap tim. Jika dia pergi ke tim yang tampil menyerang atau bertahan dia bisa bermain di setiap tim karena dia sangat bagus.”
Sebagai seorang bek tengah bertipe ball-playing defender, De Ligt juga memiliki statistik yang cukup memukau. Dikutip dari Total Football Analysis, rataan umpan suksesnya mencapai lebih dari 90%.
Untuk kemampuan duel udara sendiri, rataannya mencapai 5,7 kali per laga dengan 60% diantaranya dimenangkan olehnya.
Selain lihai dalam memberi umpan dan memenangkan duel udara, De Ligt juga tak kalah mumpuni dalam melakukan penjagaan ketat. Dia selalu berada pada posisi yang tepat untuk kemudian mampu mengamankan pertahanan.
Membaca situasi, melakukan tekel sempurna, hingga menerobos ke lini pertahanan lawan dan mengirimkan umpan, juga menjadi kelebihan pemain asal Belanda itu.
Menilik kegemilangan De Ligt, wajar bila dirinya banyak diminati oleh klub-klub besar Eropa. Bahkan, harganya dianggap layak melebihi Frankie De Jong yang telah menandatangani kontak bersama Barcelona dengan mahar 75 juta paun atau sekitar lebih dari 1 triliun rupiah.
Tak terlalu mempedulikan ketertarikan klub besar Eropa, De Ligt mengaku masih ingin fokus bermain di Ajax.
“Aku belum membuat keputusan, jadi aku tidak tahu. Aku hanya fokus pada fase akhir musim ini. Kami masih ada banyak pertandingan, jadi mari akhiri musim ini dengan cara yang baik.”