Bagi penggemar liga inggris jaman now, nama-nama klub seperti Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Man City pasti akan menjadi idola. Mayoritas pasti akan menjagokan salah satu dari kelima tim tersebut. Faktor sejarah, prestasi, dan kualitas menjadi alasan.
Meski begitu, jangan pernah lupakan klub-klub tradisional yang lain seperti Aston Villa. Saat ini klub berjuluk The Villans tersebut memang tidak termasuk dalam klub papan atas negeri ratu Elizabeth. Mereka hanyalah tim yang sering berkutat di papan tengah liga Inggris.
Berdasarkan sejarahnya, Aston Villa merupakan salah satu klub tertua di Inggris, mereka didirikan pada 1874 atau empat tahun sebelum Everton lahir. Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke-20 Aston Villa adalah klub kuat di Inggris.
Raihan trofi liga dan Piala FA bukan hal yang asing bagi Aston Villa kala itu. Sebelum perang dunia pertama, Mereka telah memenangkan 6 gelar liga inggris.
Bisa dikatakan saat ini, Aston Villa merupakan salah satu klub tersukses di Inggris, mereka punya tujuh titel liga, tujuh trofi Piala FA, lima gelar piala liga dan satu trofi si kuping besar.
Aston Villa menjadi salah satu dari lima klub Inggris yang pernah meraih gelar juara di kompetisi prestis antar klub eropa. Selain tentunya Liverpool, Manchester United, Chelsea dan Nottingham Forest. Trofi si kuping besar yang didapat Aston Villa tersebut terjadi pada awal dekade 1980-an atau tepatnya di musim 1981/82.
Pada dekade 70-an hingga awal 80-an merupakan masa kejayaan kembali Aston Villa setelah di awal abad 20. Meskipun di awal 1970-an, The Villans sempat menghuni kompetisi divisi tiga, namun perlahan mereka naik kasta ke divisi dua pada musim 1971/72.
Pada 1974, mantan pelatih Manchester City, Ron Sounders ditunjuk untuk menangani tim. Pekerjaan pertamanya sederhana: mengembalikan Villa ke tempat yang mereka yakini adalah tempat mereka yang sah yakni Divisi Utama.
Di bawah Ron Saunders, Villa langsung merebut Piala liga pada 1974/75 setelah mengalahkan sesama tim dari divisi dua, Norwich City. Hanya butuh satu tahun setelah menjabat, Saunders mampu mengembalikan Aston Villa kembali ke kasta teratas liga inggris.
Dengan Villa kembali di tingkat teratas Inggris, Saunders bertekad membangun tim yang tidak hanya bisa bertahan di liga tetapi juga mampu bersaing di papan atas.
Cara yang dibangun Saunders dimulai pada 1975, Villa memboyong Dennis Mortimer dari Coventry, Mortimer kemudian menjadi pemain andalan Aston Villa. Musim 1975/76, Aston Villa menempati urutan ke 16 klasemen akhir liga Inggris di atas rival sekota, Birmingham City dan Wolverhampton Wanderers.
Selain itu, di musim itu, Villa juga tampil di piala UEFA. mereka tampil di piala UEFA setelah memenangkan piala liga di musim sebelumnya. Meski demikian, Villa harus tersingkir di babak pertama oleh klub Belgia, Antwerp.
Musim berikutnya, yakni 1976/77 Aston Villa menyelesaikan musim dengan menempati peringkat keempat, hanya selisih enam poin dari sang juara, Liverpool. Striker mereka, Andy Gray keluar sebagai pencetak gol terbanyak liga dengan 25 gol.
Performa apik Aston Villa di musim tersebut mengalami puncaknya ketika merengkuh piala liga setelah menjalani tiga pertandingan dengan Everton di partai final.
Pada musim 1977/78, Ron Saunders mendatangkan dua pemain bertahan yang nantinya juga akan bermain di final piala champions 1982 yaitu Allan Evans dan Ken McNaught dari Everton.
Terbukti, Rekrutan baru Saunders tersebut mampu membantu memperbaiki lini pertahanan Aston Villa yang dianggap pada musim sebelumnya cukup buruk. Meski demikian, Aston Villa hanya menempati urutan ke delapan di liga Inggris. Hal yang sama terjadi di musim selanjutnya.
Puncak penampilan Aston Villa dibawah juru taktik Saunders terjadi di musim 1980/81 ketika mereka keluar sebagai yang terbaik di ranah Inggris. Di awal musim tersebut Villa mendatangkan striker yang nantinya akan menjadi pemain penting bagi klub yang bermarkas di Villa Park tersebut, Peter White.
White di datangkan dari Newcastle United. Di akhir musim pemain yang kemudian menjadi pelatih timnas Indonesia itu keluar sebagai topskor liga dengan torehan 20 gol.
Tampil sebagai juara liga Inggris, Aston Villa berhak meraih tiket untuk bermain di kompetisi tertinggi antar klub di benua biru : Piala Champions pada musim 1981/82. Dan dari sinilah musim bersejarah itu terjadi.
Di Musim itu, Aston Villa tampil buruk di liga Inggris, hal itu menyebabkan Ron Saunders mengundurkan diri pada bulan februari. Pelatih yang telah mengorbitkan banyak pemain muda untuk Villa ini gagal membawa timnya ke jalur kemenangan, hingga februari 1982, Villa terjerembab di urutan ke 17 liga inggris.
Saunders digantikan oleh asistennya, Roy Barton. Ditangan Barton, Aston Villa tersingkir dari piala FA setelah seminggu Saunders mengundurkan diri. Tapi Barton mampu memperbaiki peringkat Aston Villa di liga Inggris menjadi lebih baik.
Di ajang liga Champions, penampilan Aston Villa jauh lebih baik. Saat itu, format liga Champions masih menggunakan sistem gugur. Aston Villa memulai perjalanannya dengan menyingkirkan klub asal Islandia, Valur di putaran pertama dengan kemenangan agregat 7-0.
Pada putaran kedua, Aston Villa dipertemukan dengan wakil Jerman, Dynamo Berlin. Pada leg pertama yang di helat di Jerman timur, Aston Villa kalah 1-2, namun mereka berhasil membalasnya dengan skor 1-0 di Villa Park pada leg kedua.
Kedudukan imbang agregat 2-2, namun The Villans berhak melaju ke fase berikutnya setelah unggul produktivitas gol tandang dari Dynamo Berlin.
Setelah tiga bulan, Aston Villa kembali lagi berjuang di Piala Champions pada maret 1982 di bawah asuhan pelatih anyar, Roy Barton. Kala itu, Villa tampil di babak perempat final menghadapi raksasa Ukraina, Dinamo Kiev.
Aston Villa tampil sangat apik di leg pertama dengan menahan imbang 0-0. Di leg kedua yang digelar di kandang, Villa menang 2-0 melalui gol dari Gary Shaw dan McNaught.
Aston Villa kemudian menghadapi wakil Belgia, Anderlecht di babak semifinal. Anderlecht kala itu disebut sebagai salah satu klub terbaik di eropa. Hal itu dibuktikan dengan mereka menyingkirkan Juventus di fase sebelumnya.
Leg pertama babak semi final berlangsung di Villa Park dan menjadi pertandingan yang ketat, dengan kedua tim tidak terlalu banyak menampilkan permainan menyerang. Meski begitu, Villa unggul pada menit ke-27 melalui sang striker, Tony Morley.
Kedudukan 1-0 pun bertahan hingga akhir pertandingan. Di laga berikutnya, dalam laga yang sempat diwarnai kericuhan, kedua tim bermain imbang 0-0, hasil ini sekaligus membuat Aston villa lolos ke partai final piala champions untuk kali pertama.
Di pertandingan puncak, Bayern Munchen akan menjadi lawan bagi Aston Villa dalam laga yang akan dihelat di Stadion De Kuip, Roterdam tersebut. Fc Bayern sendiri di babak semifinal menyingkirkan wakil Bulgaria, CSKA September Flag.
Sudah sangat jelas status The Villans dalam laga ini adalah under dog alias tidak di unggulkan. Fc Bayern yang saat itu dihuni para pemain bintang seperti Paul Breitner dan Karl Heinz-Rumminigge menjadi favorit untuk kembali merengkuh trofi si kuping besar.
Pada 26 mei 1982, kedua kesebelasan bertemu. Laga baru berjalan 9 menit, Aston Villa harus kehilangan sang kiper, Jimmy Rimmer karena cedera leher. Rimmer lalu digantikan oleh Nigel Spink. Spink yang merupakan produk akademi Aston Villa, sebelumnya baru bermain satu kali bersama skuad utama Villa, namun ia langsung diberi kesempatan dalam laga prestis sekelas final piala champions.
Meski demikian, kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Spink, penjaga gawang berusia 23 tahun tampil gemilang dibabak pertama dengan melakukan beberapa kali penyelamatan.
Fc Bayern meskipun tampil menyerang namun gagal menciptakan gol di babak pertama. Skor 0-0 pun bertahan. Pada babak kedua, Fc Bayern kembali tampil menguasai dan menyerang, namun penampilan apik Spink berhasil menggagalkan sejumlah peluang FC Bayern.
Keasikan menyerang, Fc Bayern lupa pertahan, mereka akhirnya di kejutkan oleh gol dari penyerang Aston Villa, Peter White pada menit ke 67. Hingga wasit meniup peluit panjang, Aston Villa berhasil mempertahankan keunggulan.
Dan sejarah pun tercipta di Stadion De Kuip, The Villans untuk kali pertama keluar sebagai yang terbaik di benua biru, dan yang lebih istimewa mereka melakukannya di musim pertama tampil di kompetisi tersebut.
Duet striker mereka, Gary Shaw dan Peter White masing-masing mencetak 3 gol. Skuad Aston Villa kemudian kembali ke kota asal mereka, Birmingham dan mendapat sambutan meriah dari para fans.
Sisi luar biasa ditunjukan Roy Barton, hanya butuh waktu 56 hari sejak pertama kali ditunjuk, Barton langsung mempersembahkan trofi eropa pertama bagi Aston Villa.
Gelar Piala Champions tersebut menjadi pencapaian istimewa The Villans dan menjadi satu-satunya sepanjang sejarah. Lima musim kemudian, mereka terdegradasi dari divisi utama inggris. Dan dalam perjalanan selanjutnya, Aston Villa tidak banyak melakukan kejutan kembali.
Kini, Masa sudah berganti. Waktu kejayaan Aston Villa tinggal sejarah yang harus tetap dikenang.