Saat ini mungkin sebagian besar hanya mengetahui rivalitas antara Manchester United dengan Liverpool maupun Manchester United dengan Manchester City. Namun jangan salah, rival setan merah bukan cuma dua klub tersebut. Leeds United, kesebelasan yang sempat menghuni papan atas liga Inggris juga merupakan seteru United.
Sejarah rivalitas MU dan Leeds telah berlangsung panjang, bahkan dikabarkan perseteruan antara Man United dan Leeds United bermula dari sebuah peperangan yang terjadi di Inggris pada masa lalu. Meski perang dan sepakbola sebenarnya dua hal yang bisa dikatakan tidak memiliki hubungan.
Namun tampaknya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Dalam sejarah Inggris dikenal ada salah satu perang yang bernama The War of The Roses yakni perang saudara yang terjadi dalam Dinasti Tudors yang bertujuan untuk memperebutkan tahta kerajaan Inggris.
Perang ini melibatkan antara keluarga Lancaster dengan simbol mawar merah dan keluarga Yorkshire dengan simbol mawar putih yang terjadi pada abad ke-13 tepatnya di tahun 1455 hingga 1487.
Sejarah kelam tersebut tampaknya merembet pada perseteruan dua klub yakni Manchester United dan Leeds United. Rivalitas yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat ini terjadi lantaran MU merupakan bagian dari wilayah Lancashire dan Leeds berada pada wilayah Yorkshire. Tak heran terjadi gesekan yang sangat panas antara kedua kesebelasan.
Selain faktor sejarah, disebut-sebut masa revolusi industri di Inggris juga dianggap memiliki pengaruh terhadap rivalitas kedua tim. Kota Leeds yang saat itu memiliki komoditas utama industri wol harus disaingi oleh perkembangan industri kapas dari kota Manchester.
Saat itu industri kapas kota Manchester berkembang pesat sehingga industri wol dari kota Leeds tertinggal. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial dari warga kota Leeds.
Dalam hal sepakbola, semuanya dimulai dengan kemenangan 3-0 untuk Leeds atas Setan Merah di Divisi Dua pada Januari 1906. The Reds kemudian balas dendam dalam lawatan pertama ke Elland Road beberapa bulan kemudian ketika menang 3-1.
Pertemuan pertama di divisi utama terjadi pada 1925/26 dengan Leeds meraih kemenangan kandang 2-0 sebelum takluk 2-1 di Old Trafford. Pada 1930, Leeds berjaya dengan mengalahkan MU dengan skor telak 5-0.
Pasca perang dunia kedua, rivalitas kedua tim, konon juga disebabkan persaingan antara pelatih termasyhur kedua kubu yaitu Sir Matt Busby dan Donald Don Revie. Kedua pelatih sama-sama berhasil menciptakan generasi terbaik bagi klubnya. Busby dengan Busby Babes-nya, dan Revie dengan Revie Boys-nya.
Di tangan Busby, Manchester United menjadi kekuatan sepak bola yang lengkap, meraih tiga gelar liga selama tahun 1950-an. Busby adalah orang yang membawa United meraih kemuliaan dan dia tetap mengabdi di klub sampai 1969.
Sementara itu, di sebelah timur, Leeds United telah mengangkat Don Revie sebagai pemain-pelatih. Tidak lama kemudian, Revie kemudian menjadi pelatih secara penuh.
Don Revie adalah pelatih terbesar bagi Leeds United hingga kini. Tangan dinginnya menjadikan Leeds United cukup mendominasi persepakbolaan negeri ratu Elizabeth di era 1960-an hingga 1970-an. Pada era tersebut, Leeds meraih dua trofi liga inggris dan satu titel piala FA.
Pada dekade 1960-an, rivalitas MU-Leeds terbilang sangat sengit. Kedua saudara yang juga bintang Timnas Inggris saling berhadapan. Bobby Charlton membela setan merah serta Jack Charlton membela Leeds. Bintang lain, George Best dan Dennis Law di pihak MU. Sementara di kubu Leeds ada Billy Bremner dan John Giles.
Semifinal Piala FA tahun 1965 juga disebut-sebut sebagai awal perseteruan kedua kesebelasan. Saat itu kedua tim tengah sama-sama memburu gelar double winner. Pertemuan di semifinal ini pun berjalan begitu sengit bahkan lebih mengarah ke permainan brutal yang berujung perkelahian antara Dennis Law dan Jack Charlton.Â
Pada era 70-an, Rivalitas kedua tim tidak hanya terjadi di dalam lapangan, namun menjalar hingga suporter kedua kesebelasan. Kedua kelompok Hooligan tersebut kerap terlibat perkelahian di dalam maupun di luar stadion.
Tahun 1974, MU harus terdegradasi ke divisi kedua Liga Inggris. Sedangkan Leeds saat itu sedang berada pada masa keemasan. Hal ini pun sempat menurunkan tensi rivalitas kedua tim karena harus bermain di divisi yang berbeda. Namun hal itu tidak berlaku bagi fans kedua tim. Perbedaan tingkat divisi bermain justru menyulut api rivalitas kedua pendukung.
Sampai pada era 1990-an, kedua tim masih bersaing ketat. Bibit permusuhan yang baru pun muncul: Eric Cantona. Pemain yang membantu Leeds meraih gelar liga pada 1992, telah menjadi idola baru publik Elland Road.
Namun, Cantona secara tiba-tiba pindah ke MU setelah Sir Alex Ferguson menanyakan apakah Cantona akan dijual. Beberapa hari setelahnya, transfer terjadi.
Cantona kemudian sukses menjadi idola dan pahlawan bagi Setan Merah karena berhasil mengantarkan MU meraih gelar liga perdananya setelah 26 tahun, dan ini menimbulkan kebencian bagi suporter Leeds.
Wafatnya legenda Manchester United, Sir Matt Busby pada 1994, menjadi bukti bahwa rivalitas berubah menjadi kebencian. Kala itu, setiap laga sepakbola yang digelar di Inggris melakukan minutes of silence untuk menghormati wafatnya salah satu tokoh berpengaruh dalam sepakbola Inggris tersebut.
Namun, tidak bagi pendukung Leeds. Di Ewood Park, kandang Blackburn Rovers mereka menolak melakukan mengheningkan cipta dan malah meneriakan chant Theres only one Don Revie, one Don Revie.
Pada awal milenium baru, Dwight York dan David Beckham menjadi bintang MU, sementara Rio Ferdinand dan Jimmy Floyd Hasselbaink di pihak Leeds, menggairahkan persaingan kedua kesebelasan. Namun pada 2002, Rio Ferdinand di boyong oleh Manchester United, hal itu pula yang membuat fans Leeds United marah.
Rivalitas keduanya pun kini sudah tak pernah terlihat setelah Leeds United terdegradasi dari Liga Primer pada 2004 dan hingga kini belum berhasil promosi kembali.
Terakhir kali ‘Roses Derby’ terjadi pada 2011 saat kedua tim bertemu di Piala Liga Inggris yang berlangsung di Elland Road. Saat itu Manchester United berhasil mengalahkan Leeds dengan skor 3-0 lewat dua gol yang di cetak Michael Owen dan satu gol Ryan Giggs.