Inggris menjadi salah satu negara paling sukses di ajang kompetisi paling prestis antar klub eropa, Liga Champions atau yang dulu dikenal Piala Champions. Hal itu dibuktikan dengan bercokolnya lima klub asal negeri ratu Elizabeth dalam daftar peraih gelar juara liga champions.
Manchester United, Liverpool, Chelsea, Aston Villa dan Nottingham Forest adalah klub-klub yang pernah membawa nama baik negeri tiga singa di level eropa.
Dari kelima klub tersebut, nama Nottingham Forest mungkin terdengar masih asing dikalangan pecinta sepak bola era milenial. Maklum, klub yang bermarkas di stadion City Ground ini sudah cukup lama tidak pernah berkiprah di divisi teratas Inggris, Premier League.
Meski begitu, klub yang berdiri sejak 154 tahun yang lalu itu pernah catatkan tinta emas di kancah sepak bola eropa. Ketika itu, Forest berhasil menjadi juara Liga Champions, tidak hanya satu melainkan dua sekaligus.
Peristiwa manis tersebut di raih secara beruntun, tepatnya pada musim 1978/79 dan 1979/80. Di akhir tahun 70-an ini Forest memang sedang mencapai puncak kejayaannya.
Pada 1978/78, di pertandingan final, Forest berhasil menaklukkan klub Swedia, FC Malmo dengan skor tipis 1-0 dalam laga yang berlangsung di stadion Olimpik, Munchen.
Forest melaju ke final piala Champions musim tersebut setelah menyingkirkan Liverpool, AEK Athens, Grasshopper dan FC Koln di babak sebelumnya. Di lain pihak, Malmo yang juga baru pertama mencapai final mampu mengalahkan Dynamo Kiev, Wisla Krakow, Austria Vienna dan AS Monaco.
Dewi fortuna sedikit berpihak kepada Forest lantaran menghadapi Malmo yang tengah dihantui badai cedera dalam partai final. Akhirnya, Forest mampu mengatasi wakil Swedia itu berkat gol semata wayang Trevor Francis lewat sundulan jelang turun minum.
Keberhasilan Forest merengkuh trofi si kuping besar saat itu mengikuti jejak Manchester United dan Liverpool yang terlebih dahulu merasakan manisnya gelar eropa.
Trofi si kuping besar kembali hadir di negeri tiga singa pada musim selanjutnya, 1979/80. Lagi-lagi, Forest yang melakukannya, mereka berhasil mempertahankan gelar usai di final mengalahkan Hamburg SV dengan skor 1-0 melalui gol dari Robertson di menit ke-20.
Sebelum tampil di final, Forest terlebih dahulu harus melewati rintangan sulit, tercatat klub Swedia, Oster mereka singkirkan di babak pertama, lalu giliran Arges Pytesti, dan BFC Dynamo yang mereka lenyapkan di fase 16 besar dan perempat final.
Ajax Amsterdam menjadi lawan di babak semi final, Forest tak gentar dengan nama besar klub Belanda itu yang di era tersebut sedang dalam masa jayanya.
Dan, Alhasil permainan memukau Forest mampu mengalahkan Ajax di kandang dengan skor 2-0. Sementara di leg kedua yang berlangsung di Amsterdam, Forest kalah 0-1. Meski demikian, Hasil itu membawa Ian Bowyer dan kawan-kawan melaju ke final untuk menantang Hamburg dan akhirnya juara.
Kejayaan Nottingham Forest di kancah eropa telah menegaskan statusnya sebagai klub papan atas Inggris pada saat itu, Sebelum merengkuh trofi eropa pertamanya, Forest terlebih dulu merajai kompetisi sepak bola di negeri tiga singa.
Meskipun berdiri sejak 1865 dan jadi salah satu klub tertua Inggris, Forest baru bisa menjadi juara liga domestik di musim 1977/78. Yang menarik, trofi tersebut menjadi satu-satunya gelar liga hingga saat ini.
Tak hanya itu, selain gelar juara Liga dan piala champions, pada masa jayanya, Forest juga menjadi kampiun di ajang piala liga pada musim 1977/78 dan 1978/79.
Keberhasilan Nottingham Forest tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sosok seorang pelatih yang menukanginya. Dibalik kesuksesan mereka di Inggris dan Eropa, ada sosok Brian Clough yang dengan tangan dinginnya membawa The Tricky Trees ke puncak kejayaan.
Bagi publik Inggris, Brian Clough merupakan perwujudan banyak hal. Ia pelatih berbakat, bisa memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal, seorang motivator ulung, serta kesayangan media-media lokal yang komentarnya dinanti untuk headline.
Clough, sebagaimana ditulis The Guardian, adalah perpaduan kesombongan, kemurahan hati, dan keraguan yang membawa klub semacam Nottingham Forest berjaya di panggung Eropa sebanyak dua kali.
Bakat-bakat seperti Martin O’Neil, Frank Clark, Francis Trevor, Larry Lyold, Peter Shilton dan John McGovern dimaksimalkan hingga mampu bersaing dengan pemain hebat lainnya di Inggris maupun Eropa hingga membawa Forest berprestasi.
Brian Clough sendiri melatih Nottingham Forest sejak tahun 1976, sebelum melatih Forest, ia pernah menangani Hartlepools, Derby County, Brighton & Holve Albion, dan Leeds United. Clough juga pernah menjadi pemain di era 50-an dan 60-an ketika memperkuat Middlesbrough dan Derby County.
Tidak butuh waktu lama, Clough di dampingi asistennya Peter Taylor langsung membawa Forest promosi ke divisi satu liga Inggris dengan menjadi peringkat ketiga klasemen akhir divisi kedua musim 1976/77 dibawah Wolverhampton dan Chelsea.
Di musim 1977/78, Nottingham Forest bukan hanya tampil mengejutkan di divisi utama sebagai tim promosi tapi juga menjadi tim yang paling sedikit tidak terkalahkan selama 42 pertandingan dan menjadi juara Liga Inggris musim itu.
Selain gelar juara liga Inggris untuk kali pertama, Brian Clough juga menjadi salah satu pelatih yang langsung juara liga di kompetisi tertinggi setelah promosi dari kasta kedua.
Peruntungan Clough tidak hanya sampai disitu, walaupun tidak pernah lagi menjuarai liga Inggris di musim berikutnya, tapi dirinya malah membawa Forest menjadi jawara Eropa dua musim berturut-turut di tahun 1979 dan 1980.
Bagaimanapun juga, kejayaan tak serta merta berlangsung lama. Memasuki era 1980-an, prestasi Nottingham Forest mulai seret. Mereka lebih sering menghabiskan waktu di papan tengah dibanding bersaing merebut mahkota juara.
Keadaan tersebut diperparah dengan defisitnya kas keuangan klub serta konfliknya bersama Taylor yang lagi-lagi memanas sehingga membuat keduanya berpisah pada 1982 dan tak pernah bertegur sapa setelahnya hingga kematian Taylor pada 1990.
Beruntung Clough masih bisa menjuarai Piala Liga Inggris di musim 1988/89 dan 1989/90. Clough mengakhiri karirnya sebagai seorang pelatih pada tahun 1993 setelah 18 tahun melatih Nottingham Forest. Clough akan selalu dikenang sebagai salah satu pelatih terhebat di daratan Inggris.
Kondisi Nottingham Forest saat ini berbanding terbalik dengan kondisi mereka di akhir tahun 70-an. Mereka kembali menjadi tim semenjana di persepakbolaan Inggris seperti fase sebelum dilatih Brian Clough.
Sejak terakhir promosi ke Premier League musim 1998/99 dan akhirnya harus degradasi lagi di musim 1999/2000 sebagai juru kunci klasemen, Nottingham Forest tidak pernah lagi merasakan naik kelas ke kasta tertinggi kompetisi di Inggris.
Meski demikian, Dua gelar Liga Champions yang telah mereka raih akan selalu tersimpan rapi dalam sejarah. Sebuah trofi yang bahkan belum pernah di raih Arsenal.