Footballovers, bila menyebut Argentina, pasti publik pada umumnya lebih mengenal Lionel Messi atau Diego Maradona. Karena bergelimangnya prestasi mereka berdua, orang lupa bahwa ada pemain hebat lain yang juga pantas untuk selalu diingat, kemampuannya mengolah si kulit bundar juga punya pesona tersendiri.
Ya, dialah Juan Roman Riquelme. Pemain kelahiran San Fernando pada 24 Juni 1978. Riquelme memang bukan Diego Maradona atau Lionel Messi. Namun, dalam urusan mengenang jersey bernomor punggung legendaris yang kerap diidentikkan dengan seorang pengatur serangan atau playmaker yang handal, nama Riquelme tak kalah harumnya di tanah Amerika Latin sana.
Publik sepakbola, khususnya di Argentina, tak akan pernah melupakan kemahiran Riquelme bermain sepakbola. Riquelme menjadi pujaan publik Argentina memang bukan karena aksinya yang membuat Argentina semakin di kenal dunia, namun permainan sederhananya dalam bermain sepakbola bisa membuat orang benar-benar menikmati sebuah pertandingan.
Riquelme memiliki visi, kontrol, keterampilan dan operan akurat, namun ia tidak terlalu memiliki kecepatan, padahal dalam sepakbola modern kecepatan menjadi hal penting namun itu tak menjadi masalah bagi seorang Riquelme, karena masih ditopang dengan kreativitas yang luar biasa.
Bernomor punggung 10, Riquelme bukanlah pemain yang siap memporak porandakan pertahanan lawan dengan kecepatannya menggiring bola, mendrible, mencetak gol seperti Messi atau menerima umpan terobosan.
Justru ia hanya berjalan-jalan kecil di depan area kotak penalti untuk mencari ruang kosong agar rekannya bisa memberikan bola kepadanya. Juan Roman Riquelme dapat dianggap sebagai salah satu pemain sepak bola terakhir yang dianggap sebagai playmaker murni.
Selain memiliki olah bola mumpuni, Riquelme juga mampu memaksimalkan bola mati. Servis bola matinya tak jarang menjadi penentu akhir sebuah laga. Ia kerap menciptakan sebuah gol melalui tendangan bebas atau memberikan umpan terukur lewat sepak pojok yang berhasil di konversi menjadi gol oleh rekannya.
Di antara playmaker lainnya, terutama yang berada di Eropa, Riquelme memang terlihat seperti seorang playmaker klasik yang didatangkan dari era ketika menikmati cerutu dan minum anggur masih menjadi norma bagi kebanyakan pemain.
Juan Roman Riquelme mengawali karirnya bersama Argentinos Junior pada 1992, tiga tahun kemudian ia memperkuat Boca Junior dan berhasil menembus skuat utama pada usia 18 tahun.
Kepiawaiannya mengatur serangan membuahkan hasil dengan membawa raksasa Argentina tersebut menjuarai Primera Division pada tahun 1998 dan 2000. Selama enam tahun membela Boca Junior, ia mencatatkan 144 penampilan dengan total 44 gol. Kemampuannya tersebut menarik minat Barcelona untuk mendatangkannya pada tahun 2002.
Namun, kepindahan tersebut menjadi petaka baginya. Pembeliannya saat itu dianggap oleh pelatih Barca saat itu Louis Van Gaal sarat muatan politis. Selain itu gaya mainnya juga dianggap tidak cocok bagi skema permainan Barca saat itu, hingga ia lebih sering main di sektor sayap, di mana bakatnya tumpul. Riquelme mulai terpinggirkan dan hanya mencatatkan 42 penampilan serta mencetak 6 gol dalam semua kompetisi.
Lalu, La Blaugrana pun mendatangkan Ronaldinho yang makin membuat Riquelme tersisihkan sehingga ia dipinjamkan ke Villareal pada awal musim 2003/04. Bersama klub inilah nama Riquelme mulai dikenal di panggung sepakbola dunia. Penampilan apiknya membuat Villareal memberinya kontrak pada tahun 2005. Bersama Villareal, Riquelmebermain hingga awal 2007. Ia telah menciptakan 45 gol dalam 145 laga.
Pada Februari 2007, Riquelme kembali ke klub lamanya, Boca Junior dengan status pinjaman hingga Juni 2007. Memasuki musim 2007/08 Riquelme mendapat kontra permanen, ia bermain di sana hingga tahun 2014, setahun berselang ia memutuskan gantung sepatu bersama klub terakhirnya Argentinos Juniors.
Bersama Boca Juniors, Riquelme telah meraih total 11 trofi. Sedangkan trofi lainnya ia raih saat berbaju The Yellow Submarine, yaitu sebuah gelar juara Piala Intertoto pada 2004 yang menjadi trofi koleksinya di Eropa.
Di level Internasional, Riquelme menjadi tulang punggung Tim nasional Argentina dari 1997 hingga 2008. Karir internasionalnya berakhir setelah ia membela timnas Argentina U-23 di Olimpade Beijing. Dalam jangka waktu 11 tahun tersebut, Riquelme mencatatkan 51 penampilan dengan torehan 17 gol.
Juan Roman Riquelme, salah satu pemain yang bermain sepakbola dengan caranya sendiri. Ia tetap pada gaya bermain sebagai gelandang serang klasik meski permainan sepakbola semakin modern, di mana peran gelandang serang kini semakin kompleks. Di era modern kita mengenal playmaker seperti Kevin De Bruyne, Cristian Eriksen, Mesut Ozil dan lainnya. Namun tentu saja gaya bermainnya tak sama dengan Riquelme.
Sejak perpisahan Riquelme dengan dunia sepakbola pada Januari 2015, hal itu menjadi penanda akhir dari generasi gelandang serang klasik.