Footballovers, Bermain bagi klub sebesar Manchester United tentunya akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi seorang pesepakbola. Namun apa jadinya jika bermain bersama Manchester United justru membawa petaka bagi karir si pemain. ?
Setelah membantu MU meraih treble winner pada musim 1998/99, kiper utama Peter Schmeichel yang sudah cukup lama bergabung di setan merah membuat keputusan untuk meninggalkan Old Trafford, hal tersebut lantas membuat Sir Alex Ferguson bergerak cepat untuk mendapatkan pengganti kiper asal Denmark yang legendaris itu.
Ferguson sudah mendapatkannya dalam diri Mark Bosnich dan ia juga masih menyimpan Raymound van der Gouw. Akan tetapi, keduanya mengalami cedera dan membuat Ferguson harus bergerak mencari kiper lagi.
Pilihan pun jatuh kepada Massimo Taibi. Penjaga gawang Italia kelahiran 18 februari 1970 yang saat itu bermain di Venezia. Penampilannya pun cukup cemerlang di bawah Mistar Gawang Venezia.
Meskipun menghabiskan seluruh hidupnya di Italia, Massimo Taibi tidak berpikir dua kali untuk bergabung dengan sang juara Eropa. Taibi akhirnya dikontrak MU dengan harga yang saat itu terbilang cukup mahal yaitu 4,5 juta paun atau sekitar Rp 75 Miliar dan ia menjadi orang italia pertama yang bermain untuk The Reds Devils.
Taibi langsung mendapat debut pertamanya bersama Setan Merah setelah satu minggu menginjakkan kaki di kota Manchester. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung diturunkan dalam pertandingan big match melawan Liverpool di stadion Anfield pada 11 September 1999.
Ketika baru pertama kali hadir di persepakbolaan Inggris, tentunya Taibi belum handal dalam berbicara bahasa Inggris. Menyadari hal ini, pelatih kiper United, Tony Coton, menghubungi seorang pemilik restoran Italia di Manchester untuk bertindak sebagai penerjemah di tepi lapangan guna memberikan instruksi kepada Taibi.
Dalam debutnya Taibi tampil cukup mengesankan walaupun ia kebobolan dua gol dari pemain Liverpool. Ia membuat sejumlah penyelamatan penting setelah MU turun dengan 10 pemain di babak kedua. Pada pertandingan itu MU menang dengan skor 3-2. Di akhir laga, Taibi mendapat predikat Man of the Match.
“Sulit untuk menggantikan Schmeichel dan ada begitu banyak tekanan pada saya,”
“Tapi debut saya melawan Liverpool adalah kenangan yang luar biasa. Itu adalah pertandingan yang indah ketika saya memenangkan pertandingan,” Ujar Taibi (dikutip dari laman Mirror.Uk).
Penampilan gemilang mantan penjaga gawang AC Milan ini kembali muncul ketika MU ditahan imbang Wimbledon di Old Trafford 1-1. Kali ini, gol lawan murni kesalahan pemain belakang united. Taibi sendiri tampil gemilang dan kembali menjadi Man of the match di akhir pertandingan.
Meskipun tampil gemilang di dua laga, Taibi tak akan pernah bermain di kompetisi antar klub eropa karena Manchester united telat dalam mendaftarkannya untuk tampil di ajang tersebut.
Dalam laga berikutnya, MU menghadapi Southampton. Ferguson kembali menurunkan Taibi di bawah Mistar. Tapi Taibi tidak menyangka kalau laga ketiganya bersama MU menjadi laga yang membuat masa depannya berakhir lebih cepat.
MU yang ketika itu sempat tertinggal 0-1 berhasil membalikkan keadaan lewat gol dari Teddy Sheringham dan Dwight Yorke. Namun, di babak kedua mimpi buruk itu datang.
Pergerakan Mark Hughes di lini tengah merepotkan dua gelandang setan merah. Hughes kemudian memberikan bola kepada Matt Le Tissier yang tanpa pengawalan. Berada jauh dari gawang Taibi, Tissier melepaskan tendangan mendatar yang tidak terlalu keras. Taibi sebenarnya bisa menangkap bola itu sebelum si kulit bundar lolos melalui sela kakinya dan bergulir pelan ke gawang MU.
Skor akhir dalam laga itu 3-3. Publik Old Trafford terdiam. Para pendukung MU keheranan mengapa penjaga gawang mereka bisa melakukan kesalahan fatal seperti itu.
Ferguson pun hanya bisa bungkam seolah menelan perkataannya sendiri yang sebelumnya membela Taibi. Komentator BBC, Steve Wilson juga tidak habis pikir klub sebesar Manchester united dengan mudahnya kehilangan tiga poin di kandang sendiri. Bahkan media Inggris melabeli Taibi sebagai “Orang Buta dari Venezia” akibat blundernya tersebut.
Meski begitu Ferguson masih memainkan Taibi dalam laga melawan Chelsea di Stamford Bridge. Namun lagi-lagi Ferguson dibuat keheranan saat melihat aksi Taibi dalam laga tersebut.
Taibi banyak membuat kesalahan dan bermain sangat buruk dalam pertandingan itu, kekalahan pun di derita MU, tidak tanggung-tanggung mereka dihancurkan The Bues 5-0. Dan itu menjadi kekalahan pertama United sejak Desember 1998.
Pertandingan melawan Chelsea menjadi akhir dari kisah Massimo Taibi bersama skuad setan merah. Pada laga berikutnya hingga akhir musim 1999/00 Ferguson tak pernah memainkannya kembali. Ferguson lebih sering memainkan Mark Bosnich dan Raymound Van Der Gouw secara bergantian.
Kontrak empat tahun yang sudah ditandatangani oleh Massimo Taibi berakhir hanya dalam waktu 22 hari. Pada Januari tahun 2000, Taibi pulang ke Italia dan bergabung dengan Reggina.
Rupanya bukan penampilan gemilang melawan Liverpool yang dikenang tapi blundernya dalam laga melawan Southampton yang akan selalu di ingat fans setan merah. Hingga 18 tahun kemudian Taibi masih menyesali kesalahan yang pernah dibuatnya. Ia juga mengutarakan perasaannya ketika saat itu mendapat tawaran dari klub sebesar Manchester United dan ia juga mengaku takjub dengan suporter setan merah.
“Saya meninggalkan Italia pada 1999 karena saya tidak bisa menolak klub sebesar Manchester United,” kenang Taibi.
“Saya tidak terlalu mengenal Sir Alex Ferguson dengan baik, yang saya tahu dia ingin merekrut saya. Saya pikir saya hanya bertemu dengannya satu kali sebelumnya.”
“Itu adalah pengalaman yang baik dan stadion yang fantastis. Saya menyukai penggemar United.” Kata Taibi (dikutip dari laman Mirror.Uk)
Massimo Taibi memang sudah meminta maaf. Tapi para fans MU seolah tidak peduli. Namanya tetap akan selalu melekat sebagai salah satu pemain gagal di United. Peristiwa yang menegaskan kalau seorang kiper tidak akan diingat karena penyelamatannya melainkan karena kesalahan yang pernah dilakukannya.
Setelah dari MU, Taibi menjadi kiper andalan di beberapa klub kecil Italia, seperti Reggina, Atalanta, Torino, dan Ascoli. Sepanjang karirnya, Taibi hanya memperoleh dua trofi yaitu gelar Serie B bersama Piacenza pada 1995 dan Trofi Interkontinental bersama MU pada 1999. Pada tahun 2009 ia memutuskan untuk pensiun dari si kulit bundar.