Footballovers, 27 juni 1977 atau sekitar Empat puluh dua tahun yang lalu lahir seorang bayi berjenis kelamin laki-laki ke dunia di kota Madrid dari rahim seorang ibu bernama Maria Luisa Blanco. Tentu saja Maria dan sang suami Pedro Gonzales merasa senang berkat kelahiran putranya itu.
Mereka lalu menamai bayi itu dengan nama Raul Gonzales Blanco, ketika tumbuh dewasa, siapa sangka Raul menjadi bocah yang gemar memainkan si kulit bundar.
Bakatnya mulai tercium ketika ia direkrut tim junior Atletico Madrid pada tahun 1990. Namun, dua tahun kemudian ia pindah ke akademi Real Madrid hingga akhirnya pada tahun 1994 ia menandatangani kontrak dengan Real Madrid C.
Di tahun yang sama setelah melakoni beberapa pertandingan dan mencetak 13 gol, Raul langsung di promosikan ke tim utama oleh Jorge Valdano, Pelatih Madrid kala itu. Ia melakoni debutnya di usia 17 tahun. Dua tahun berselang Raul diberikan kostum bernomor punggung tujuh. Nomor yang ia pakai hingga dirinya menjadi legenda Real Madrid.
Setelah Raul, kostum nomor tujuh milik Madrid dikenakan oleh mega bintang asal Portugal Cristiano Ronaldo hingga tahun 2018. Tapi nomor tujuh milik Raul lah yang lebih dikenang di Estadio Santiago Bernabeu. Publik Bernabeu menyebutnya dengan agung sebagai sang pangeran.
Raul tentu dipanggil ‘pangeran’ bukan tanpa sebab. Selain putra asli Madrid, walau sempat membela Atletico di karier juniornya, Raul begitu populer di Bernabeu. Ia dicintai publik Madrid tak hanya sebagai pemain dan striker terbaik Los Blancos, tapi juga sebagai ikon.
Bersama Iker Cassilas, Raul termasuk sebagai dua pemain yang pada tahun 2008 lalu diberi keistimewaan berupa ‘kontrak seumur hidup’ yang otomatis akan selalu memperbarui jangka panjang kontraknya, asal kedua pemain terlibat dalam 30 pertandingan semusim.
Tapi kita semua tahu bahwa Raul hengkang ke Schalke 04 dan Casillas berlabuh di Fc Porto, mereka berdua adalah pemain kesayangan publik Bernabeu. Sesuatu yang mungkin belum didapatkan sepenuhnya oleh Cristiano Ronaldo hingga akhir kariernya di kota Madrid.
Bersama Real Madrid, Pada usia 22 tahun, yaitu pada tahun 1999, Raul Gonzales sudah masuk ke tim terbaik dunia versi International Federation of Football History & Statistics (IFFHS).
Setahun kemudian Raul membawa Real Madrid menjuarai liga champions eropa setelah mengalahkan Valencia, ia juga mencetak gol dalam laga final tersebut. Dua tahun berselang ia kembali mencetak gol di final kontra Bayern Leverkusen. Gelar liga champions ketiga untuk Raul setelah tahun 1998 ia juga meraihnya.
Hingga kini, Raul masih menjadi pemain dengan penampilan terbanyak untuk real madrid dengan koleksi 741 pertandingan. Ia juga menjadi pencetak gol terbanyak Real Madrid sepanjang masa, dengan rekor 323 gol, melewati rekor legenda El Real, Alfredo di Stefano. Namun rekornya dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo, dengan 451 gol di semua kompetisi.
Enam belas tahun membela Real Madrid, Raul sudah mengoleksi 6 trofi La liga, 4 piala super spanyol, 3 trofi liga champions, 1 gelar piala super eropa dan 2 piala interkontinental. Selain itu, beberapa penghargaan individu pun kerap ia raih, diantaranya adalah lima kali sebagai pemain lokal terbaik di La liga dan dua kali menjadi topskor la liga.
Sebagai pesepakbola besar, Raul kerap menuai pujian dari kawan-kawannya. Luis Figo pernah berkata “Aku telah banyak bermain dengan pemain-pemain yang bagus, namun Raul dari dimensi yang lain. Aku bahkan tidak pernah melihat pemain sebagus Raul Gonzalez.” (DI KUTIP DARI LAMAN RUNNING THE SHOW)
Zinedine zidane juga pernah mengatakan hal yang sama “Raúl adalah pemain terbaik di dunia. Hanya itu yang bisa saya katakan.” .
Tidak hanya dari rekan satu timnya saja, namun pujian juga kerap terlontar dari mulut para lawannya, seperti salah satunya dari kiper legendaris spanyol, Santiago Canizares.
“Dia mimpi buruk, tidak ada yang bisa berimprovisasi seperti dia di kotak penalti. Beberapa striker memainkan satu nada saja. Mereka yang paling mudah dijaga kiper. Raúl tidak dapat dibaca. Dia akan melemparkannya ke arahmu, dia akan mengirimmu dengan cara yang salah dengan sedikit tipuan, dia akan melebar di sekitarmu, dia akan memukulnya dengan keras, dia akan menyerahkannya kepada rekan setim. Dia punya banyak pilihan berbeda.” Ujar Canizares (DI KUTIP DARI LAMAN RUNNING THE SHOW)
Masa jaya Raul tersebut menjadi penanda bahwa dirinyalah sang raja di Santiago Bernabeu. Ini juga dibuktikan dengan ban kapten yang melingkar di lengan kirinya sejak tahun 2003, saat usianya 26 tahun, yang menjadikannya kapten termuda dalam sejarah klub tersebut.
Kepergian Raul dari Schalke pada tahun 2012 sempat membuat pihak klub mengabadikan nomor 7 mereka untuk jangka waktu yang tidak di tentukan, sebelum akhirnya di pakai oleh Max Meyer.
Bukan tanpa alasan Schalke 04 mengabadikan nomor 7 karena untuk mengenang jasa-jasa pemain berjulukan ‘El Ferrari’ tersebut. Julukan ‘El Ferrari’ diberikan oleh Fernando Hiero karena menganggap Raul begitu bertalenta, memiliki teknik yang baik, cepat dan sangat tajam.
Di penghujung kariernya, Raul sempat membagi pengalamannya di Liga Qatar bersama Al Sadd dan klub NASL, New York Cosmos. Raul akhirnya resmi gantung sepatu pada tahun 2015 dalam usia 38 tahun.
Sedangkan bersama Timnas Spanyol, Raul juga mengenakan nomor tujuh. Ia main di empat piala dunia dan dua piala eropa. 102 Penampilan dan mencetak 44 gol sepanjang karirnya bersama La Furia Roja.
Selain jiwa kepemimpinannya dan kemampuan mencetak golnya yang melegenda, ada satu hal lain yang patut diteladani dari seorang Raul. Ia sama sekali tak pernah menerima kartu merah sepanjang karier profesionalnya, baik di klub maupun tim nasional.
Meski tidak menghabiskan seluruh karier sepakbolanya di Real Madrid, publik Santiago Bernabeu tetap menganggap Raúl sebagai salah satu idola dan legenda terbesar mereka.
Kini Raul sudah kembali ke Madrid, pada 2018 ia sempat menangani Real Madrid u-15, berselang satu tahun kemudian ia diangkat sebagai pelatih Real madrid Castilla.