“Aku tidak pernah berfikir akan melihat pemain yang lebih hebat dari Diego Maradona. Permainannya tidak bisa dipercaya. Aku sangat kagum padanya. Begitu juga semua orang pada saat itu,”
“Namun Messi melakukan hal yang lebih hebat dari Maradona. Rasio mencetak golnya sungguh luar biasa. Messi memiliki dribel yang lebih hebat dari siapapun. Apapun yang dilakukan Diego, Messi pun bisa melakukannya,”
Itulah ungkapan dari legenda sepak bola asal Inggris, Gary Lineker. Penyerang yang dikenal tajam itu lebih manaruh pujiannya pada sosok Messi, dan bukan Diego Maradona.
Namun begitu, Gary Lineker tidak lantas mengesampingkan keajaiban yang pernah dilakukan Maradona. Baginya, pemain dengan julukan tangan Tuhan itu akan tetap menjadi salah satu yang terbaik sepanjang sejarah.
Perbedatan memang selalu muncul dalam sepak bola. Hal tersebut terlbilang sangat wajar. Pasalnya semua orang punya selera, dan itu sangatlah manusiawi.
Mereka akan menganggap apa yang disukainya sebagai yang terbaik. Meski penilaiannya tak selalu bersifat objektif, orang yang sudah terlanjur cinta dengan suatu hal, akan dengan sekuat tenaga membela hal yang dicintainya tersebut.
Saat ini, perdebatan antara Messi dan Ronaldo masih menjadi yang paling panas. Untuk menentukan siapa yang terbaik, semua punya pandangan sendiri. Namun kembali lagi, dua bintang sepak bola itu sama-sama memiliki kemampuan yang sangat luar biasa.
Sama seperti Messi dan Ronaldo, perdebatan Messi dan Maradona juga masih terus didengungkan.
Messi yang tak sanggup membawa Argentina juara selalu menjadi pihak yang dianggap lemah. Padahal, ia merupakan pemain dengan prestasi segudang.
Beberapa waktu lalu, Pele mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial. Ia mengatakan bahwa Messi bukanlah pemain terbaik di dunia. Ia bahkan mengatakan bahwa Messi tidak lebih baik dari seniornya di Timnas Argentina, yaitu Maradona. Alasannya, Messi tidak memiliki kemampuan yang lengkap macam Maradona.
Pele sah-sah saja berkata seperti itu. Tiga gelar Piala Dunia yang ia dapat (1958, 1962, dan 1970), serta total 619 gol dari 638 penampilan bersama Santos di level klub, membuatnya punya hak untuk membicarakan Messi.
Namun, kedua pemain hebat itu lahir di generasi yang berbeda. Lagi-lagi, meski Messi gagal meraih gelar juara bersama Argentina, ia banyak memberikan jasa kepada FC Barcelona, dan seluruh prestasinya selama ini sudah cukup untuk menyematkan gelar pemain terbaik kepada dirinya.
Dilihat dari kisah cara keduanya melegenda, Messi dan Maradona juga memiliki awalan yang berbeda.
Dimulai dari Maradona, ia tertantang untuk membuat sebuah klub menyaingi kekuatan terbesar di sebuah negara. Diceritakan, sekitar 1980-an, kondisi Italia memanas. Negeri di semenanjung Eropa tersebut terbagi menjadi dua kubu, yakni Italia Utara dan Selatan. Pada masa tersebut, Italia Utara dengan kota Turin dan Milan sebagai pusatnya, sudah menguasai berbagai hal terlebih dahulu, salah satunya adalah sepakbola.
Di sisi lain, Italia Selatan masih dalam kondisi buruk. Segala hal negatif macam mafia dan kejahatan-kejahatan bawah tanah, selalu dikaitkan dengan mereka. Pulau Sisilia dengan Catania dan Palermo, serta kota Naples tempat Napoli berada, acap dikaitkan dengan praktik mafia. Di sepakbola, tak ada juga tempat bagi klub-klub Italia Selatan di masa itu.
Pada saat itu, meski ditawari untuk bergabung dengan klub besar Italia, termasuk Milan, Maradona lebih memilih untuk mengambil jalur Naples. Ia terbang ke Italia untuk bergabung dengan Napoli.
Maradona datang membawa harapan. Ia dipuja bak malaikat, dan ditunggangi segala beban yang ada dalam kubu il Partenopei. Akhirnya, malaikat yang akan membantu mengangkat derajat Italia Selatan jadi lebih baik di sepak bola itu berhasil.
Sejak Maradona datang, diiringi juga dengan kemunculan talenta-talenta lain macam Ciro Ferrara, Salvatore Bagni, Fernando De Napoli, Bruno Giordano, dan Careca, Napoli mencuat. Mereka mulai menjejakkan kaki di antara para penguasa Serie A dari utara, dengan Maradona yang menjadi pemimpin di dalam skuat.
Sementara Messi, ia mengawali jalan legenda dari sebuah ungkapan rasa terima kasih. Terancam dengan penyakit hormon pertumbuhan pada usia 10 tahun, Messi ditolong oleh Barcelona yang merawatnya dengan suntikan hormon pertumbuhan sampai usia 14 tahun. Ibaratnya, jika tak ada Barcelona, Messi yang sekarang kita kenal tidak akan ada.
Selama Messi berada di Barcelona, klub asal Catalunya itu mampu meraih berbagai prestasi apik. Dalam beberapa laga El Clasico melawan Madrid, mereka bahkan sanggup mengangkangi tim asal ibukota Spanyol tersebut.
Terlalu nyaman dengan FC Barcelona, Messi menolak untuk hengkang, atau seperti apa yang mereka katakan, La Pulga menolak untuk “mencari tantangan”.
Berdasar pada tantangan menaikkan pamor sebuah klub, Maradona sukses menjadi legenda. Disisi lain, berbekal rasa terima kasih yang amat dalam, Lionel Messi menjadi pemain yang tak akan terlupakan.
Messi memang masih belum mampu membawa Argentina juara. Tapi jangan lupakan kalau banyak pemain muda asal Argentina yang terinspirasi olehnya. Secara luas, Messi telah memberikan dampak yang lebih tajam dari Si Tangan Tuhan.
Bahkan, ia layak dijadikan panutan, mengingat di seberang sana, Maradona beberapa kali berkutat dengan masalah obat-obatan terlarang.
Mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Pele. Ia menilai kalau Maradona hanya memiliki masa keemasan sebentar. Sementara Messi, ia konsisten tampilkan permainan memukau.
Sementara Mario Kempes mengatakan, Messi dan Maradona adalah pemain terbaik di era mereka masing-masing.
Jika boleh menukil pernyataan dari Juan Sebastian Veron, maka itu mungkin akan menjadi yang paling bisa diterima.
Legenda Argentina, Juan Sebastian Veron, merasa perbandingan dua pemain dari era yang berbeda tidak adil. Kedua pemain yang dimaksud tentu adalah Lionel Messi dan Diego Maradona. Maradona merupakan pemain yang eksis pada era 1980-an. Sedangkan Lionel Messi mulai mencuri perhatian di dunia sepak bola pada era modern.
Memperdebatkan siapa yang terbaik antara Messi dan Maradona memang telah lama muncul di kalangan penggemar sepak bola. Namun, Veron yang pernah memiliki pengalaman bermain bersama kedua pemain tersebut enggan memilih siapa yang lebih baik.
“Itu sulit, sangat kompleks. Ada yang bilang Maradona, karena dia memenangkan Piala Dunia. Mereka yang tidak melihat Maradona, dan hanya melihat Messi akan memberitahumu Messi,” ujar Juan Sebastian Veron (via goal)
“Aku pikir perbandingan seperti itu dengan pemain yang telah memberi kami begitu banyak dalam sepak bola tampaknya sangat tidak adil. Diskusi semacam itu tidak menghasilkan apa-apa, tidak berguna,”
Kembali lagi, kita semua telah disuguhkan permainan indah dari Messi maupun Maradona. Namun untuk membandingkan keduanya, baik Messi dan Maradona tak akan pernah sama.
Jadi, kenanglah Maradona sebagai legenda, dan nikmatilah Messi selagi kaki-kakinya masih layak untuk dipuja.