Roy Keane barangkali bisa disebut sebagai salah satu pemain paling “mengerikan” dalam sejarah Liga Primer Inggris. Sebagai pemain, Keane telah dianggap sebagai pria yang temperamental.
Pria asal Irlandia yang mengapteni United sejak 1997-2001 ini memang dikenal galak. Dia tidak pernah segan untuk memarahi siapa pun yang dirasanya tidak serius di Man United.
Keane dikenal garang dan tak segan main tangan saat mendapati orang yang tak sepaham dengannya. Keane dikenal sebagai pribadi yang keras, baik secara fisik maupun mentalitas.
Rekan satu timnya, Gary Neville, menyebut Keane seperti seorang anjing galak. Neville pernah merasakan gonggonganny ketika dia tidak mau terus berlari dalam suatu pertandingan karena kelelahan.
Neville pernah mengatakan “Itu seperti menghadapi seekor pitbull yang menggeram di depan mata,” kenang Neville.
Sebagai pria yang keras, sangat wajar jika Keane mengganggap pertengkaran Sterling dengan Gomez yang terjadi belum lama ini sebagai sesuatu yang biasa.
Roy Keane turut mengomentari Pertengkaran antara Raheem Sterling dan Joe Gomez saat laga Liverpool kontra Manchester City awal November lalu.
Dalam program olahraga di ITV, mantan gelandang MU itu mengaku pertikaian antar pemain adalah hal yang lumrah. Bahkan, ia mengaku pernah terlibat baku hantam dengan rekan setimnya di United, Peter Schmeichel.
Perkelahian dengan Schmeichel pada tahun 1998 bukanlah perkelahian pertama antara Keane dan Schmeichel. Di awal kedatangannya ke United, Keane sempat berulah. Ia berkelahi dengan Schmeichel sehingga legenda klub, Bobby Charlton, terbangun dari tidurnya.
Dalam wawancaranya dengan program olahraga tersebut, Keane mengaku berkelahi dengan Schmeichel di lobi hotel saat pukul empat pagi.
“Saya berkelahi dengan Peter Schmeichel di lobi hotel, saat itu pukul empat pagi, tidak banyak orang yang lalu lalang. Namun, Sir Alex menarik kami dan mengatakan kami sangat memalukan,” kata Keane.
Setelah baku hantam itu, Keane mengaku perselisihannya usai dan tidak merembet ke rekan tim yang lain. Maka dari itu, ia mengaku insiden Sterling dengan Gomez seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan.
“Saya pikir mereka membesar-besarkan masalah ini. Saya pikir ini bagian dari pertandingan,” ujarnya lagi.
Meskipun dikenal sebagai pria yang garang, Keane tak lupa kewajibannya sebagai pemain, yakni membantu timnya meraih kemenangan. Salah satu penampilan Keane yang paling dikenang ialah pada leg kedua semifinal Liga Champions 1998/99 di kandang Juventus.
Ketika itu, Keane mendorong rekan-rekannya untuk berjuang meski tahu tidak akan bermain di final karena terkena kartu kuning dalam laga itu.
Sepanjang karirnya, Keane pernah meraih penghargaan PFA Player of The Year dan FWA Player of The Year yang disabetnya pada 2000. Hal itu membuktikan kapasitas Keane sebagai gelandang jempolan.