Berlari bak kilat hingga cetak gol dan melakukan aksi akrobatik, itulah kebiasaan Obafemi Martins saat tampil diatas lapangan. Lahir di jantung ibukota Nigeria, Lagos, Obafemi Martins kerap mengisi waktu luangnya dengan bermain bola.
Bersama teman-teman sebayanya, Martins membentuk regu untuk saling berhadapan. Biasanya, ia bermain tanpa sepatu, sama seperti anak-anak lainnya. Kala itu, dibutuhkan waktu hingga dua jam untuknya dan teman-temannya dalam mencetak gol, karena itulah dirinya kerap merayakan gol seperti yang kita kenal sekarang. Gaya melompat jungkir-balik kebelakang, bak kutu loncat, sebagai bentuk rasa bahagianya bisa mencetak gol.
Di usia 16 tahun, Martins dibawa oleh sang kakek untuk pergi ke Italia. Martins mengawali karier profesionalnya bersama klub Serie C Italia, Reggiana, di tahun 2000. Ia mampu tampil memukau bersama klub asal Emilia-Romagna tersebut, hingga bakatnya diendus oleh klub-klub di Serie A seperti Perugia dan Inter Milan.
Setelah itu, bakatnya resmi didapat oleh Inter Milan. Di tahun 2001, Martins lebih dulu bergabung dengan tim muda Inter. Berkat kehadiran Martins yang berhasil mencetak total 23 gol, tim U-18 Inter berhasil menjuarai Serie A U-18 di musim itu. Berkat kegemilangan itupula, Martins langsung ditarik oleh Hector Cuper, manajer Inter saat itu, ke tim utama.
Debut senior Martins dimulai pada laga melawan Parma. Dua bulan kemudian, ia membuat sejarah karena dibawa sang pelatih untuk lakoni laga Liga Champions melawan Bayer Leverkusen. Saat itu, Martins berhasil mencetak gol untuk kemenangan 2-0 Inter.
Dari pertandingan tersebut, Cuper seolah menandai nama besar Martins dikancah Eropa dengan gayanya yang khas untuk kemudian mudah dikenal oleh pecinta sepakbola dunia.
Setelah itu, Inter mampu lewati hadangan Valencia. Lalu mereka bertemu dengan AC Milan dibabak semifinal Liga Champions 2002/03. Kala itu, Milan asuhan Carlo Ancelotti dikenal memiliki pertahanan yang sangat kuat. Namun Cuper tetap percaya pada Martins untuk bisa selamatkan wajahnya didepan para penggemar.
Di pertandingan tersebut, Martins diingat dengan aksi yang sukses mengelabuhi Paolo Maldini. Menerima bola untuk kemudian dikontrol melalui punggungnya, Martins berhasil melewati hadangan bek yang dikenal super tangguh itu. Lewat sontekan kaki kirinya, Martins berhasil mencetak gol untuk Inter.
Meski Martins dianggap jenius dalam laga tersebut, Inter tetap tidak terselamatkan. Tetapi tetap saja, kepercayaan yang diberi kepada sang pelari cepat mampu dibalas dengan performa gemilang.
Di kompetisi Liga Champions, Martins kembali gegerkan Eropa saat membawa Inter sukses pecundangi Arsenal di London. Meski pada akhirnya gagal membawa Inter melaju ke babak selanjutnya, aksi Martins kembali menjadi sorotan. Dan seperti biasa, aksi akrobatiknya di markas meriam London sukses memberi kenangan tersendiri bagi penggemar I Nerazzuri.
Saat itu boleh dibilang nama Martins masih terus bersinar meski Inter diisi oleh nama-nama populer seperti Adriano Ribeiro, Julio Cruz, dan Christian Vieri. Di tahun 2005, Martins bahkan mendapat kontrak baru hingga tahun 2010 dengan nilai sebesar 2,5 juta euro per tahunnya sebagai hadiah dari performa baiknya.
Namun namanya mulai tersisih kala Inter kedatangan nama Zlatan Ibrahimovic dan Hernan Crespo. Di awal musim 2006/07, Martins harus kehilangan tempatnya di Inter. Martins tahu bahwa waktunya di Inter sudah habis. Permintaan transfer pun diajukan olehnya ke manajemen klub.
Selama lima tahun kariernya di kota Milan, Martins mencatatkan 88 penampilan di tim senior dan membuat 28 gol, serta menyumbangkan empat gelar bagi Inter, Serie A di musim 2005/06, dua Coppa Italia di musim 2004/05 dan 2005/06, serta Supercoppa Italia di tahun 2005.
Permintaan transfernya pun disambut oleh Newcastle United. Newcastle tercatat telah menyelesaikan kesepakatan dengan Inter untuk sang striker pada 24 Agustus 2006. Martins menandatangani kontrak lima tahun dan mewarisi nomor 9 klub, yang dikosongkan setelah pensiunnya pencetak gol terbanyak, Alan Shearer pada bulan April.
Akan tetapi, tahun pertamanya dengan Newcastle tak semudah yang dibayangkan. Permainan Inggris yang lebih cepat, membuat ia kesulitan. Ia memulai debut kala melawan Aston Villa. Sial baginya, dalam laga debutnya melawan Aston Villa di tanggal 27 Agustus 2006, ia harus ditarik keluar akibat cedera lutut.
Setelah pengecekan lebih lanjut, baru diketahui bahwa Martins mengalami pendarahan internal di kakinya. Meskipun begitu, memasuki bulan berikutnya, performa Martins kembali membaik. Ia berhasil mematenkan posisinya sebagai penyerang utama The Magpies dan mengakhiri musim dengan total 17 gol dari 46 pertandingan di semua kompetisi.
Kala itu, ia sukses membentuk trisula mematikan bersama Mark Viduka dan Michael Owen.
Sayangnya, peran Martins tergeser akibat pergantian manajer Newcastle dari Glenn Roeder ke Sam Allardyce. Big Sam lebih memilih duo Michael Owen dan Mark Viduka sebagai ujung tombak utamanya, ketimbang memasukkan nama Martins. Posisi Martins di Newcastle semakin terpinggirkan di musim ketiganya setelah hamstring-nya harus sobek dan membuatnya absen selama beberapa bulan. Musim tersebut juga menjadi yang terakhir bagi petualangan Martins di Inggris bersama Newcastle.
Di klub bermotif putih-hitam itu, Martins berhasil sumbangkan 35 gol di semua kompetisi dari 104 pertandingan. Selain itu ia juga menyumbangkan gelar Piala Intertoto pada musim 2006.
Selepas kepergiannya dari Newcastle, Martins tak pernah benar-benar bertahan lama di satu klub. Ia menerima pinangan Wolfsburg. Di sana ia tidak banyak dimainkan, dan dijual ke Rubin Kazan musim berikutnya. Ternyata ia juga tidak kerasan bermain di Rusia, apalagi anaknya baru lahir di Inggris. Maka Rubin Kazan meminjamkannya ke Birmingham City. Kembali ke Inggris, Martins mendapatkan gelar di sana. Ia mencetak gol kemenangan Birmingham atas Arsenal di Final Piala Liga 2011.
Tak mau kembali melanjutkan karier di Rusia, Martins lalu pindah ke La Liga. Di Spanyol ia bermain untuk Levante, yang dibawanya ke peringkat 4 klasemen La Liga.
Setelah itu, Martins melanjutkan karier di Major League Soccer untuk kemudian tergabung bersama klub Cina, Shanghai Shenhua. Kini, di usianya yang menginjak 34 tahun, Martins berstatus sebagai pemain tanpa klub.