Pada gelaran Piala Dunia 2014, Tim Howard berhasil mencuri perhatian dengan performa yang begitu gemilang. Kiper yang baru saja putuskan pensiun pada Oktober 2019, mengukir sejarah sebagai penjaga gawang dengan penyelamatan terbanyak di Piala Dunia sejak 1966.
Torehan rekor itu diciptakan Howard ketika dia mampu mempertahankan gawang Negeri Paman Sam dari gempuran para pemain Belgia pada laga 16 besar di Stadion Arena Fonte Nova, Kota Salvador, Brasil. Dari total 38 peluang Belgia, Howard sanggup menangkis 16 ancaman.
Aksi tersebut juga membuat pria berkepala plontos itu dinobatkan sebagai man of the match alias pemain terbaik dalam laga Amerika Serikat melawan Belgia.
Dengan penyelamatan itu, Howard langsung menjadi pahlawan Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai kiper terbaik dan membuat banyak orang mengaguminya. Bahkan, presiden Barrack Obama saat itu memberi pesan kepada Howard untuk segera mencukur jenggotnya untuk menghindari kerumunan banyak orang.
“Aku tidak tahu bagaimana kamu selamat dari segrombolan orang ketika kamu pulang. Kamu sebaiknya mencukur jenggot agar tidak ada yang mengenalmu”. tutur Obama (dikutip dari thesefootballtimes)
Karena kepiawaian Howard dalam menyelamatkan gawang Amerika, Hashtag #ThingsTimHowardCouldSave pun menjadi topik teratas di Twitter Negri Adidaya. Dia ada di setiap ribuan tweet para pendukung tim nasional AS. Mulai dari ia bisa menyelamatkan gol tangan Tuhan Maradona pada Piala Dunia 1986, ia bisa menyelamatkan Chiellini dari gigitan Suarez. Ia bisa menyelematkan kapal Titanic yang tenggelam, ia bisa menyelamatkan dinosaurus dari hantaman meteor, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya, sambutan rakyat Amerika terhadap Howard boleh dibilang terlalu berlebihan. Pasalnya, kiper yang kini berusia 40 tahun memang sudah menjadi salah satu kiper terbaik di liga inggris kala itu.
Kehebatan Howard tak lantas hadir begitu saja. Selain karena memang kecintaanya terhadap sepakbola. Gerakan cepat yang dilakukan mantan kiper Manchester United ini juga hadir dari sebuah penyakit yang dialaminya. Yaitu, sindrom tourette.
Sindrom Tourette adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya tiba-tiba melakukan gerakan atau ucapan berulang yang tidak disengaja dan di luar kendali. Kondisi ini biasanya dimulai pada usia 2-15 tahun, dan lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
Tim Howard sendiri bukanlah keturunan asli Amerika. Ayahnya adalah seorang Afro-American yang berkulit hitam, sedangkan ibunya, Esther Howard, adalah seorang berkebangsaan Hungaria. Sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan perbedaan.
Howard kecil tumbuh di New Jersey. Bisa dibilang, Howard hadir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Hal itu terbukti dari lingkungan yang ditempatinya. Howard dan keluarganya tinggal disebuah pemukiman kelas menengah.
Di lingkungan tersebut ada beberapa orang yang hadir dari beberapa negara termasuk Italia, Polandia, Spanyol, hingga India. Karena tumbuh di lingkungan multiras, Howard tidak pernah menyadari soal kulitnya yang lebih gelap dibanding teman-teman Amerikanya. Ia baru sadar saat masuk sekolah dasar ketika berusia 10 tahun.
Selain kerap dipandang sebelah mata akibat perbedaan warna kulit. Howard juga memiliki masalah pribadi lainnya, yang hadir dari sindrom yang dialaminya itu. Ia termasuk kedalam orang yang sulit sekali untuk tidur, mudah kaget, dan tidak terbiasa dengan orang-orang baru disekitarnya.
Akan tetapi, ibunya selalu menguatkannya. Ia memahami keadaan sang anak dan terus meyakinkan Howard kecil bahwa suatu saat nanti ia pasti akan menjadi sosok yang disukai banyak orang.
Howard lahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai seorang supir truk. Sang ayah pergi meninggalkan keluarga sejak Howard kecil. Howard pun tumbuh besar bersama kakaknya, Chris, dan ibunya. Sang ibu, yang pemalu, lebih banyak tinggal di apartemen ketimbang bersosialisasi dengan tetangga. Walau begitu, Howard mengaku ibunya adalah seorang yang penyayang.
Apartemen yang ditinggali Howard pun sederhana.
Meski begitu, kecintaan Howard terhadap sepakbola membawa berkah baginya, sekaligus keluarganya. Meski sempat cicipi olahraga basket hingga membawa tim sekolahnya juara, kemampuan sepakbola Howard dinilai lebih menonjol.
Eksistensinya mulai diketahui saat Howard bergabung dengan MetroStars dan memenangkan penghargaan Kiper Terbaik MLS 2001. Kala itu, ia adalah kiper termuda yang mendapatkan gelar tersebut. Di tahun yang sama dan setahun setelahnya, Howard juga tergabung dalam skuat terbaik MLS.
Bermain baik di MLS, Howard sempat direkomendasikan untuk bermain di Feyenoord. Namun setelah jalani sejumlah trial, calon kiper terhebat Amerika ini ditolak. Barulah pada tahun 2003, pelatih kiper Manchester United, Tony Coton, merekomendasikan Howard kepada Sir Alex Ferguson.
Dari sinilah, namanya kian melambung setelah Manchester United membelinya seharga 4 juta dollar atau setara 56 milliar rupiah untuk menggantikan Fabian Barthez.
Howard memulai debut dengan sangat baik di Manchester United saat menyelamatkan penalti dalam laga Community Shield melawan Arsenal. Di musim pertamanya, Howard berhasil masuk kedalam Best eleven Liga Primer versi PFA.
Selama kurang lebih tiga tahun membela United, Howard berhasil menyumbangkan beberapa piala bergengsi, diantaranya Piala FA, Piala Liga, dan Community Shield.
Setelah posisinya tergantikan seiring dengan kedatangan Edwin van Der Sar, Howard akhirnya putuskan hengkang ke Everton setelah sebelumnya berstatus sebagai pemain pinjaman di klub tersebut.
Di Everton, Howard memang tidak memenangkan trofi. Namun, di tahun 2007, ia berhasil membawa Amerika Serikat menjuarai Piala CONCACAF. Serta tepat di tahun 2009, Howard kembali torehkan prestasi. Meski gagal membawa Amerika juara, setidaknya ia mampu bawa Negri Paman Sam bercokol di tangga runner up Piala Konfederasi FIFA. Namun tetap saja, ia berhak atas sarung tangan emas di gelaran edisi tersebut.
Lebih lanjut, Howard juga berhasil memenangkan penghargaan kiper terbaik CONCACAF tahun 2013, 2014, dan 2015.
Ketika ditanya soal kehebatan kiper asal Amerika ini, khususnya pada gelaran Piala Dunia 2014, beberapa ahli kesehatan mengatakan penampilan Howard dipengaruhi sindrom tourette yang dideritanya.
Seperti yang sudah dijelaskan, sindrom tourette merupakan gangguan saraf yang menyebabkan seseorang melakukan gerakan tanpa disengaja dan berulang-ulang.
“Aku sadar aku lebih cepat dibandingkan orang lain saat melakukan gerakan tertentu,” ujar Howard kepada koran Jerman Spiegel tahun 2013 silam. (dikutip dari bbc)
Sindrom inipun dinilai dapat menjadikan Howard sebagai penjaga gawang yang hebat.
“Penderita sindrom tourette sangat cepat dalam melakukan gerakan yang tidak terduga,” tutur Georgina Jackson, seorang profesor neuropsikologi kognitif dari Universitas Nottingham (dikutip dari bbc)
Georgina mengatakan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi, seperti olahraga dan bermain musik, dapat menolong para penderita mengurangi gejala mereka. Ia pun menambahkan kegiatan fisik dapat secara signifikan mengurangi hambatan penderita untuk melakukan gerakan.
“Semakin berbahaya kondisi di depan gawang, tubuhku makin tak memiliki hambatan untuk bergerak,” ungkap Howard pada Spiegel. (dikutip dari bbc)
Kini, mantan kiper Manchester United dan Everton telah putuskan pensiun. Kiper berusia 40 tahun itu sempat mengatakan pada Januari 2019 bahwa ia akan pensiun pada akhir musim MLS, atau tahun ketiganya dengan Colorado.
Mantan kiper nomor satu Amerika Serikat itu membuat 339 penampilan Liga Premier bersama Setan Merah, dan dia telah memainkan 413 pertandingan untuk Everton di semua kompetisi dalam 10 musim.
Untuk Timnas Amerika, Howard berhasil memenangkan 121 caps internasional dan bermain dalam dua edisi Piala Dunia.