Unai Emery mendapat tugas berat setelah ditunjuk sebagai pengganti Arsene wenger di kursi kepelatihan Arsenal. Beban tak sembarangan dipikul Emery untuk berikan perbedaan pasca 22 tahun era kepemimpinan Wenger.
Namun begitu, Emery punya cukup modal untuk sekadar menenangkan para penggemar. Melihat rekam jejak sang pelatih, sulit untuk mengesampingkan kalimat “luar biasa”. Perjalanan penjang yang ditempuh Emery bisa menjadi bukti bahwa pria yang kini berusia 48 tahun itu layak disebut sebagai salah satu juru taktik terbaik di dunia.
Sejak kecil, Emery sudah akrab dengan hal-hal berbau sepakbola. Ia memulai karier di Real Sociedad, dengan posisinya sebagai gelandang kiri. Bertambahnya tahun membuat Emery semakin matang. Namanya kian besar saat ia dimasukkan ke kesebelasan utama Sociedad. Meski demikian, persaingan ketat di Sociedad membuat namanya terbuang dari Basque dan membuatnya hijrah ke kesebelasan divisi dua, FC Toledo.
Di Toledo, menit bermain Emery mulai kembali. Ia menghabiskan empat musim disana, untuk kemudian hijrah ke Racing Ferrol, Leganes, dan Lorca di divisi tiga.
Namun cedera lutut membuat Emery harus beristirahat sampai musim berikutnya.
Hingga pada akhirnya, Lorca yang saat itu mengalami kesulitan keuangan akhirnya meminta Emery untuk menjadi pelatih. Minimnya keuangan Lorca membuat Emery sempat kesulitan menangani klub tersebut di awal karier kepelatihannya. Tapi, dia ingat ucapan kakeknya yang mengatakan kalau sepakbola bukan tentang uang. Namun tentang bagaimana sebuah tim memberi hiburan bagi para penonton dengan permainan indah.
Motivasi tersebut nyatanya benar-benar dipraktekkan oleh Emery di Lorca dan membawa kesebelasan tersebut promosi ke divisi dua Spanyol.
Sang kakek sendiri memang kerap mengajak Emery menonton pertandingan di stadion. Di sana, Emery kecil tidak hanya menonton, tapi juga mendiskusikan segala hal yang menarik mengenai permainan. Dari sana kemampuannya memahami taktik dalam permainan tumbuh.
Apa yang dilakukan Emery di Lorca membuat kariernya melesat. Di musim 2006/07, ia ditawari menjadi pelatih Almeria dan berhasil membuat kesebelasan tersebut promosi ke La Liga untuk kali pertama semusim berikutnya.
Bertahan selama dua musim di Almeria, Emery akhirnya berlabuh di Valencia. Meski Valencia ketika itu tengah alami krisis keuangan, Emery tetap nekad untuk membesut klub berjuluk Los Che.
Melatih Valencia memberi tantangan tersendiri bagi Emery. Namun begitu, ia tetap mampu melesat diantara celah yang terbuka. Musim 2010/11 bisa menjadi contohnya. Emery berhasil membawa Valencia duduk diposisi ketiga meski saat itu mereka ditinggal oleh pemain-pemain bintang, termasuk David Villa dan David Silva.
Setelah itu, Emery sempat membesut klub Russia, Spartak Moskow, sebelum akhirnya membangun kerajaan di Sevilla.
Bersama Sevilla, Emery benar-benar tunjukkan kualitasnya sebagai pelatih kelas wahid.
Soal prestasi, tidak perlu diragukan lagi kiprah Emery. Tercatat, ia berhasil mempersembahkan gelar Europa League tiga kali berturut-turut sejak musim 2013/14.
Torehan tersebut begitu membanggakan bagi kesebelasan Andalusia ini. Pasalnya, itu telah memecahkan rekor Sevilla sebelumnya yang berhasil dua kali menjuarai Liga Europa saat dilatih pelatih senior, Juande Ramos.
Saat melatih PSG, Emery juga tak kalah moncer. Ia berhasil mempersembahkan 1 gelar liga, 2 gelar Coupe de France, dan 2 gelar Piala Liga.
Soal taktik, Emery punya cari unik untuk memberi motivasi para pemainnya.
Dilansir dari situs remsi UEFA, Emery selalu membiasakan pemainnya untuk menonton video permainan kesebelasan lawan jelang pertandingan. Uniknya, Emery sendiri yang mencari, mengompilasikan, dan menyunting videonya.
Ya, Emery merupakan ahli dalam bindang sunting video. Ia sangat teliti agar bisa menciptakan video menarik demi membiasakan pemainnya untuk menonton video permainan kesebelasan lawan yang akan dihadapi.
Klip video ini begitu dirasa penting oleh Emery. Ia bahkan beberapa kali menghukum pemainnya yang ketahuan tidak menonton video tersebut.