Enam tahun yang lalu, nama Paulo Dybala mungkin belum terlalu dikenal oleh banyak orang. Namun sejak kepindahannya ke Juventus pada musim panas 2015 namanya semakin melambung ditambah dengan performa apiknya di klub yang berbasis di kota Turin.
Musim pertamanya di Juventus Dybala mampu lesakkan total 23 gol dari 46 pertandingan di semua kompetisi. Ia juga menikmati musim yang bagus bersama Juventus pada musim 2016/17. Tercatat Dybala mencetak 19 gol dan sembilan asisst bersama kesebelasan berjuluk La Vecchia Signora.
Dalam dua musim pertamanya di Juventus, Dybala terus memamerkan bakatnya yang luar biasa. Ia memiliki visi dan kecerdasan yang didukung teknik untuk memaksimalkan kemampuannya.
Pada musim selanjutnya, ketajamannya tidak menurun, bahkan semakin meningkat, karena ia berhasil cetak 26 gol dari 46 pertandingan. Bersama dengan Gonzalo Higuain, Dybala menjadi duet mematikan di lini depan si nyonya tua.
Penampilan gemilangnya bersama Juventus membuatnya sering mendapat panggilan oleh tim nasional Argentina. Hingga kini Dybala telah memiliki 26 caps dan mencetak 2 gol untuk La Albiceleste.
Dybala punya intelejensi dan kemampuan individu di atas rata-rata, memperkuat Juventus sejak usia relatif muda, dan punya kepribadian baik di dalam dan luar lapangan. Kekuatan dari seorang Dybala adalah kaki kirinya yang sangat kuat.
Secara permainan Dybala memiliki kemampuan untuk mengalahkan lawan dalam situasi satu lawan satu dan melindungi atau menahan bola untuk rekan satu tim dengan punggung mengarah ke gawang. Berkat kecepatannya, penempatan posisi, gerakan yang lihai, dan keterampilan mengolah bola, Dybala sering unggul ketika tim lakukan serangan balik.
Selain itu, Dybala merupakan pemain pekerja keras, ia juga dikenal karena stamina dan kontribusi defensifnya. Selain skill dalam permainan terbuka, Dybala juga seorang eksekutor bola mati yang ulung. Ia kerap jadi algojo penalti ataupun tendangan bebas.
Sebagai seorang pemain yang menjelma jadi pemain hebat, pastinya ada sosok penting dibalik cemerlangnya karir pesepak bola, Dybala pun demikian, nah, tahukah kalian bahwa ada sosok Gennaro Gattuso dibalik karir yang mengesankan Paulo Dybala.
Saat itu, musim 2013/14, Gattuso masih berusia 35 tahun dan belum lama pensiun dari sepak bola. Pada tahun 2013 Dybala dan Gattuso sama-sama menjadi pemula. Pemain Argentina yang saat itu berusia 19 tahun merupakan wajah baru di sepakbola Italia setelah menjalani musim yang baik bersama Instituto de Cordoba di divisi dua Liga Argentina.
Sementara Gattuso telah memiliki pengalaman panjang sebagai pemain namun merupakan wajah baru sebagai pelatih. Setelah melatih Sion selama 4 bulan, Legenda AC Milan itu melatih Palermo sejak juni 2013.
Palermo sedang berlaga di Serie B Italia saat itu, namun memiliki skuat yang penuh dengan pemain bertalenta. Abel Hernandez, Franco Vazquez, Edgar Barreto, dan Michael Morganella adalah beberapa bintang yang bertugas membawa klub asal Sisilia itu kembali ke Serie A.
Garang, cerdas, dan tak menolak untuk melonggarkan peraturan permainan sesuai kemampuan mereka, Gattuso memulai tantangannya sebagai pelatih meski nampaknya masih ingin bermain. Di sesi latihan Palermo dia akan ikut bergabung seperti pemain lainnya.
Gattuso dikenal sebagai gelandang yang tak kenal lelah dengan permainan keras. Pun demikian ketika melatih, Dybala pun sering menjadi target favoritnya.
Jika Dybala berusaha merebut bola dengan memunggungi pelatih asal Italia itu, Gattuso akan meninggalkan jejak sepatunya ke bagian pahanya. Jika mencoba menjauh dari penjagaannya, Dybala akan menerima sedikit pukulan ke arah ususnya. Jika berupaya memainkan bola panjang, Dybala akan merasakan bajunya ditarik.
“Gattuso membantu ku berkembang pesat karena dia salah satu dari orang yang mau menendang ku,” ujar Dybala. (Dikutip dari Goal)
Dybala memang mendapatkan pelajaran langsung dari Gattuso. Ia sering mendapatkan tendangan di paha, tinju di perut, dan tarikan kaus oleh Gattuso dalam latihan.
“Dia memberikan saya nasihat bagaimana cara menghindari kerasnya permainan lawan. Dalam lebih dari satu sesi latihan dia akan menendang saya agar saya tahu cara mempertahankan diri.” Ujarnya lagi (Dikutip dari Goal)
“Hal terkait kekuatan fisik sangat sulit bagi saya. Menghadapi lawan yang menghadang menggunakan kekuatan fisiknya adalah yang tersulit. Saya harus bekerja lebih keras di gym dan terus belajar menghindari tendangan dan tabrakan. Saat itu saya belum terbiasa dengan hal tersebut.” Ujar Dybala. (Dikutip dari DayliMail).
Namun karir Gattuso sebagai pelatih Palermo sangat singkat, karena ia dipecat setelah hanya meraih dua kemenangan dan sekali imbang dalam enam pertandingan pertama di perjalanan Serie B, tetapi pelatih berusia 40 tahun itu jelas memiliki pengaruh.
Meskipun hanya sebentar melatih Paulo Dybala, namun itu membuahkan hasil, dan tidak hanya dari aspek fisik, hal itu telah meningkatkan kemampuan serta mental Dybala.
Paulo Dybala bermain dalam 93 laga untuk Palermo, dan mencetak 21 gol. Dybala kemudian bisa menunjukkan kelasnya di Juventus, meski di tim nasional ia kini masih terus berjuang menjadi pemain yang tak tergantikan seperti Javier Mascherano dan Lionel Messi.
Ketika ditanya terkait sosok Dybala, Gattuso menyatakan, “Dybala telah unggul tiga halaman dari seluruh halaman yang ada di buku panduan bermain sepakbola,”. Meski menurut pelatih asal Italia itu, Dybala membutuhkan bab tersendiri untuk kisah istimewa ini.
Dybala mengakui kerasnya permainan fisik di sepak bola Italia adalah hal yang baru baginya saat itu. Dia harus banyak berlatih di gym agar mampu dan terbiasa bertabrakan dengan lawan di lapangan.
Pelajaran dari Gattuso yang menjadi pelatihnya saat itu, diakui Dybala, menjadi salah satu pelajaran terpenting dalam kariernya. Sekarang, Dybala sudah menjadi pemain hebat dan menjadi incaran banyak klub top eropa serta menjadi pemain tim nasional Argentina.